"Korbannya adalah Tuan Akayashi. Seorang mantan Dubes Jepang untuk Indonesia. Dia ditemukan tewas di kantor dubesnya dengan dada yang bersimbah darah, dan kepala yang berlubang tepat di bagian jidatnya. Lubang itu diduga kuat terbentuk karena ditembak. Tapi konyolnya, lo pasti enggak akan percaya. Peluru tidak ditemukan sama sekali di lubang tersebut maupun di ruangan itu."
"Gila! Lo serius?" Tanyaku.
"Lah iya! Masa gue boong ama lo." Jawabnya.
"Karl. Ini kasus, bakalan jadi kasus yang sangat berat. Kita bahkan enggak tau harus mulai darimana." Kataku
"Herman.. Herman.. Sahabat gue ini terlalu pesimis rupanya. Cerita gue belum selasai ini." Katanya.
"Tapi.." Lanjutnya.
"Pisau yang digunakan untuk menusuk dada sang bapak dubes, masih tertancap di dadanya si bapak dubes. Tapi benda itu enggak mirip pisau sih. Lebih mirip bayonet. Namun enggak di temuin sidik jari di benda tersebut. Sampe sekarang, kasus pembunuhan ini masih misterius. Karena enggak ada barang bukti selain pisau tanpa sidik jari itu, maupun saksi. Bahkan CCTV di ruangan itu, yang seharusnya mampu merekam kejadian maut itu, malah hilang. Jadi enggak ada rekaman apa-apa. Semuanya bersih. Benar-benar bersih seperti kulit bayi."
"Hmm...." Jawabku.
"Nah. Jadi, si wanita itu kasih kita waktu cuman 5 hari. Kalau enggak, yah terpaksa dia alihkan kasus ini ke orang lain." Kata Karl
"Nahkan. Gue udah bilang. Ini kasus yang ribet dan berat Karl. Pesimis gue bisa nyelesain kasus ini dalam 5 hari. Serius dah." Kataku
"Iya sih. Tapi lo inget kasus Tuan Alfred gk?"
"Iya Karl, gue inget."
"Nah! Kasus yg seribet itu aja bisa gue pecahin dalam 2 jam. Masa ini gk bisa? Lagian, gue rencanain bakalan nyelesain kasus ini dalam 2 hari!" Katanya dengan semangat.
"Iya Karl, Iya! Gue tau kemampuan lo. Kemampuan yang melebihi batas normal manusia biasa. IQ yang tinggi, tingkat analisis yang luar biasa, kecepatan berpikir. Lo punya semua itu tuan Sherlock junior! Tapi masalahnya, kita mau mulai darimana?! Bahkan kita enggak punya saksi!" Kataku kesal.
"Herman.. Sahabatku.. Kita akan mulai besok sore. Di kantor inspektur
Susilo. Lagi pula, si perempuan misterius itu sudah mengumpulkan beberapa saksi dan dia akan mengantarnya pada kita. Dia akan meneleponku sehabis pulang sekolah." Katanya optimis.
"Terserah!" Kataku sambil menuju kamar, dan menutup pintu dengan keras.
1 Maret 2013.
Kami dalam perjalanan kesekolah menggunakan mobil Karl. Biasanya kalau pagi begini, aku dan Karl sering bercanda. Namun karena aku masih marah padanya karena dia menerima kasus kematian tuan Akayashi, jadi kami tidak berbicara satu sama lain. Bahkan ketika kami tiba di sekolah, kami tidak mengobrol seperti biasanya. Ketika jam istirahat, aku hanya bersama Cleo. Karl? Yah kalian tau. Dia sibuk dengan kasusnya yg dia sedang selidiki bersama Nami. Hingga tiba waktunya pulang sekolah, aku melihat ada sepucuk surat yang menyelip di pintu lokerknya Karl yang bersebelahan dengan lokerku. Akupun mengambil surat itu.
"ini… dari siapa?" gumamku dalam hati.
"Herman. Tertarik juga ya? Hahahaha" tawa Karl yang tiba-tiba berdiri dibelakangku.
"Apa sih lo? Enggak ya! Gue enggak akan bantu lo mecahin kasus geblek ini!" bentakku.
"Yaudah, sini suratnya. Mau gue baca." Katanya sambil membuka surat itu.
______________________________________________
Selamat siang detektif Karl.
Saya merupakan salah seorang penggemar beratmu, sekaligus klienmu saat ini. Saya suka cara anda memecahkan kasus dan menganlisis. Terlebih, saya suka melihat anda ketika anda sedang focus pada suatu hal.
Saat ini, saya telah mengumpulkan 3 orang yang kemungkinan menjadi tersangka dalam kasus ini. Mereka sudah berada di kantor inspektur Susilo sekarang. Anda bisa memeriksa mereka.
Langkah berikutnya, ketika anda selesai menginterogasi mereka, saya akan memberika anda akses ke ruang tempat kejadian. Di kantor Kedubes Jepang.
Maaf sebelumnya atas ketidaknyamanan ini. Saya terpaksa menggunakan surat karena saya rasa kita sedang diintai oleh orang. Saya takut jika mereka dapat menyadap telepon saya, maka mereka dapat mendengarkan apa yang sedang kita rencanakan. Untuk berikutnya, saya akan menggunakan surat sebagai sarana komunikasi kita.
Terimakasih telah membantu saya.
Salam Hangat,
O.C.I
______________________________________________
"What the? Gue kira dia mau nelpon gue tadi. Oke. Man, ayo ikut ke kantor inspektur sekarang." Katanya
"Tunggu. Oci siapa? Trus, dia orangnya gimana?" tanyaku.
"Kalau lo mau tau man, lo harus ikut dalam pemecahan kasus ini. So?"
"Yeah yeah… I'm in. Puas?" kataku dengan sedikit kesal.
"Nah! Gitu! Tunggu, gue panggil Nami, Rika sama Rin dulu ya. Mereka katanya mau ikut. Mereka penasaran dengan cara kerja detektif."
"Yaudah. Ajak aja sono. You're the boss, Karl."
Setelah Karl mengajak ketiga perempuan itu, kami berangkat ke kantor inspektur Susilo. Disana, sudah ada 3 orang saksi. Sama seperti yang telah diberitahu oleh perempuan misterius itu. Mereka adalah:
1. Naburo Katana. 35 tahun.
Mantan asisten tuan Akayashi yang sekarang bekerja sebagai staff khusus di kedubes Jepang. Dia yang pertama berada ditempat kejadian setelah mendengar suara minta tolong di ruang kerja tuan Akayashi. Dia juga yang telah memanggil polisi. Hubungan dia dengan tuan Akayashi sangat baik. Bahkan mereka sangat akrab. Tapi dia tidak terlalu suka pada sikap tuan Akayashi yang terlalu polos.
2. Budi Handoko. 42 Tahun
Seorang Office Boy hingga kini. Dia orang kedua yang memasuki tempat kejadian. Awalnya dia ingin membersihkan ruangan lain, namun mendengar teriakan minta tolong dari arah ruang kerja tuan Akayashi, maka dia berlari ketempat terebut.
3. Sakura Peterson. 30 Tahun.
Seketaris tuan Akayashi yang sekarang merupakan staff khusus Kedubes Jepang bersama tuan Naburo. Keturunan Jepang – Amerika. Dia berada dilokasi kejadian 20 menit setelah tuan Naburo memanggil polisi. Dia merupakan orang kepercayaan tuan Akayashi.
Karl lalu meminta kepada inspektur Susilo agar dapat menggunakan ruang khusus untuk mengajukan beberapa pertanyaan kepada mereka satu per satu. Setelah mendapatkan ruangan itu, aku dan Karl masuk kedalamnya.
"Nami, Rin, Rika. Kalian tunggu diruangan sebelah bareng inspektur Susilo yah." Pintanya pada ketiga perempuan itu.
"Baik. Kami akan menunggu diruang kaca itu Karl. Begitu juga sama si oichi satu ini, iya kan? Oichi?" Sahut Nami sambil memegang pundak Rin.
"Eh... ano... Iya..." Jawabnya
Pertama-tama. Karl yang memang agak sadis dalam sesi intrograsi ini, memanggil tuan Naburo. Setelah tuan Naburo masuk. Karl mulai bertanya.
"Tuan Naburo. Anda merupakan asisten dari tuan Akayashi. Betul?"
"Iya. Anda benar."
"Sebenarnya, tuan Akayashi punya berapa orang kepercayaan?
"Dia hanya punya 2. Aku dan Sakura. Hanya kami orang kepercayaannya."
"Herman, perhatikan dia baik-baik." Bisik Karl padaku.
"Baiklah. Sekarang, ceritakan bagaimana kejadiannya." Kataku.
"Baik. Jadi waktu itu, kira-kira jam 12 siang, aku hendak mengajak tuan Akayashi makan siang. Namun ketika aku keluar ruang kerja, aku mendengar suara teriakan minta tolong dari ruang tuan Akayashi. Aku lalu berlari keruangan itu, dan melihat tuan Akayashi sudah tewas bersimbah darah dengan pisau di dadanya serta kepalanya yang berdarah. Aku mencoba menyadarkannya, tapi dia tetap tidak sadar. Kuputuskan untuk menelepon polisi saat itu. Setelah itu aku berteriak minta tolong. Lalu datanglah si office boy itu, aku menitipkan tuan Akayashi kepadanya, karena aku ingin memanggil penjaga kemanan kami dibawah. Setelah memanggilnya dan naik keatas, aku melihat di depan ruang itu sudah banyak orang. Dan ketika aku kembali kedalam, aku melihat ada nona Sakura disana. Setelah itu, tidak berapa lama kemudian, polisi datang. Dan aku keluar dari ruangan itu. Sampai sekarang, aku tidak ingin masuk keruangan itu. Karena itu merupakan trauma tersendiri. Dimana anda melihat bahwa orang yang paling baik didunia, terbunuh didepan anda secara tragis. Aku, aku sangat sedih jika mengingat kejadian itu. Bahkan sampai sekarang."
"Baik baik... Jika begitu, apa anda melihat sesuatu yang mencurigakan di lokasi kejadian?" Lanjut Karl.
"Hmm... Iya. Sebenarnya, saya sempat melihat sesuatu di kepalanya. Sebuah benda kecil. Namun, ketika saya kembali sehabis memanggil petugas keamanan, benda itu hilang." Jawab tuan Naburo.
"Baiklah. Itu sudah cukup. Terimakasih tuan Naburo. Selanjutnya, tolong panggilkan nyonya Sakura." Kata Karl pada tuan Naburo.
"Gimana Man?" tanya Karl padaku.
"Dia cukup bersih." Sahutku.
"Termasuk soal peluru itu Man?"
"Ya, begitulah. Tapi tetap kita harus mencuriaginya."
"Hmm... Baik-baik."
Tidak lama kemudian, nyonya Sakura memasuki ruangan itu. Wajahnya terlihat tenang. Tidak tegang seperti raut wajah tuan Naburo tadi.
"Baik. Nyonya Sakura. Bisa kita mulai?" Tanya Karl.
"Silahkan tuan..."
"Tolong, jangan tuan. Saya masih muda. Panggil saja Karl. Dan dia yang disampingku ini, panggil dia Herman."
"Baik, Karl. Apa yang harus saya terangkan?"
"Silahkan anda ceritakan bagaimana kejadian itu berlangsung. Anda ada dimana dan sedang apa sesaat dan sesudah kejadian itu?" Tanya Karl.
"Baik. Ketika itu, saya berada di ruang kerja saya. Lalu saya mendegar teriakan dari ruangan tuan Akayashi. Ruangan tuan Ayakashi dan saya hanya berjarak 5 meter. Jadi saya dengan jelas dapat mendegar suara itu. Saya pikir itu hanya teriakan amarah tuan Akayashi saja, jadi saya hiraukan. Namun melihat tuan Naburo yang keluar dari ruangan tuan Akayashi sambil menelefon dengan terburu-buru, saya jadi curiga. Sehingga saya mencoba mencari tahu."
"Namun.." Sambungnya.
"Ketika saya masuk di ruangan itu, saya melihat seorang office boy disana dan tubuh tuan Akayashi yang sudah berdarah. Setelah itu saya berteriak meminta tolong. Dan orang-orangpun mulai berkumpul. Tidak lama kemudian, polisi datang dan kami diminta keluar. Itulah terakhir kali saya melihat tuan Akayashi. Melihat orang yang paling baik yang pernah ku kenal."
"Oke. Pertanyaan terakhir. Anda melihat sesuatu yang mencurigakan?" Tanya Karl.
"Hmm... Tidak. Saya tidak melihat sesuatu yang mencurigakan kecuali pisau yang tertancap di dada tuan Akayashi."
"Baik terima kasih atas keterangannya. Selanjutnya, tolong panggilkan tuan Budi Handoko." Pinta Karl.
"Karl, gue merasakan..."
"Iya man. Gue juga. Sudah. Nanti kita bahas setelah bapak Budi kita interograsi."
Setelah itu, tuan Budi Handoko masuk kedalam ruangan kami. Mukanya tampak sedikit tegang. Dia duduk didepan kami.
"Apa yang saya bisa bantu untuk kalian polisi-polisi muda?" Tanyanya
"Hmm.. Anda cukup memberitahukan apa yang anda ingat saat kejadian itu. Dan satu lagi, Kami bukan polisi. Kami detektif SMA." Jawab Karl.
"Saya mulai. Saat itu saya sedang bekerja seperti biasa. Membersihkan ruangan-ruangan. Ruang kerja tuan Akayashi terletak di lantai 3. Dan ketika saya sedang bersih-bersih ruangan di lantai 3, saya mendegar teriakan tuan Naburo. Saya segera berlari ke ruangan tersebut, dan mendapati tuan Ayakashi sudah terkapar di lantai. Tuan Naburo kemudian keluar untuk meminta bantuan. Saya mencoba untuk mendeteksi denyut nadi tuan Ayakashi. Namun tidak ada. Tidak berapa lama kemudian, orang-orang berkumpul dan nona Sakura masuk ke ruangan. Setelah itu polisi datang, dan kami keluar."
"Apa anda melihat kejanggalan tuan Budi?" Tanya Karl.
"Hmm... Selama saya disana? Tidak. Tidak sama sekali." Jawabnya.
"Baik terima kasih. Anda boleh keluar ruangan."
"So, Herman. Gimana?"
"Wah Karl. Dia bersih. Tapi tetap gue masih menaruh curiga sama mereka semua sampai kita buktikan kebenarannya." Kataku.
"Iya sih Man. Tapi inget. Mereka bisa lari, tapi enggak bisa sembunyi dari kebenaran."
Ketika kami keluar ruangan, sebuah surat diberikan kepada Karl. Karl kemudian membuka dan membaca surat itu sambil kami berjalan ke ruang kaca tempat Inspektur Susilo, Nami, Rin dan Rika berada.
"Man. Ayo kita ke kantor kedubes." Katanya.
"Hah? Ini jam 5 sore Karl, dan kita harus nganter Nami, Rin, sama Rika pulang."
"Hmm... Tidak apa-apa kok Herman-kun. Kami malah mau ikut. Siapa tau kami dapat membantu?" Sahut Rin.
"Iya? Wahh! Itu bagus! Ayo kita pergi! Lebih cepat, lebih baik!" Kata Karl.
"Tunggu Karl! Kita gk punya akses kesana!" Kataku.
"Siapa bilang? Nih." Jawab Karl sambil melempar sebuah name-tag.
"Ini. Dapet dari mana?" Tanyaku heran.
"Itu tadi ada di dalam surat itu. Ternyata wanita itu menginginkan kita bergerak cepat. Sudahlah, ayo!"
Akhirnya, sore itu kami pergi duluan bersama Nami, Rin dan Rika ke kantor kedubes Jepang. Setibanya disana, Karl dan aku langsung berkeliling. Iya. Yang dia lakukan adalah, dia akan mencoba mengingat semua perkataan dari para saksi, mencoba mencocokannya dengan tempat kejadian, dan memulai reka ulang dalam otaknya. Sementara aku? Aku hanya bisa menemaninya sambil mengingatkan Karl perkataan para saksi tadi.
"Oke. Mari kita reka ulang semua kejadian disini. Pertama. Tuan Ayakashi ditemukan tewas di ruangannya. Setelah itu tuan Naburo datang ke ruangan tuan Ayakashi. Ruangan tuan Naburo berada persis disebelah kanan ruangan tuan Ayakashi. Jadi, tuan Naburo berlari menghampiri tuan Ayakashi yang ternyata sudah tewas. Sampai sejauh ini masih normal." Kata Karl.
"Iya lalu, setelah itu, masuklah si office boy itu. Dia berkata kalau dia sedang bersih-bersih di lantai 3 ini. Karl. Dari sini, kita sudah tau kejanggalannya kan?" Kataku.
"Iya. Ditambah lagi, si seketaris itu, yang mengatakan kalau dia mendengar tuan Ayakashi teriak. Ruangan seketaris itu, jauhnya 5 meter di sebelah kanan ruangan tuan Ayakashi. Yang berarti, sebelum ruangan dia, masih ada ruangan tuan Naburo dan sebuah ruangan kecil. Ruang monitor. Yang berisi alat-alat pembersih." Tambah Karl.
Dia diam sejenak, dan berpikir. Lalu...
"Herman. Kasus ini selesai! Mari kita panggil mereka malam ini juga sebelum sang pelaku melarikan diri."
"Lo. Udah tau siapa pelakunya?" Tanyaku.
"Yaps. Ini kasus yang cukup mudah." Jawabnya.
To Be Continued.
Next Issues: Karl mengungkap siapa pelakunya. Di samping itu, ia sebenarnya sudah jatuh cinta pada seorang wanita... Iya, seorang wanita...