Chereads / The Adventure of Detective Karl / Chapter 5 - File Case 04 - Codename: SCARLET (Part One) - Gertakan.

Chapter 5 - File Case 04 - Codename: SCARLET (Part One) - Gertakan.

Liburan sekolah memang sudah selesai. Kami bersekolah seperti biasanya. Tapi, ada satu kasus yang enggak akan pernah kami lupakan. Kasus yang membuat Karl dan aku, hampir kehilangan nyawa kami. Itu adalah hari penyiksaan yang sangat tidak manusiawi dalam hidup aku dan Karl. Hari-hari, dimana kami harus berhadapan dengan seklompok penjahat elite yang terorganisir.

Kasus ini bermula pada saat tanggal 3 January 2013. Saat itu, terjadi kasus pembunuhan seorang polisi lokal di Jakarta. Namanya adalah Briptu Farras. Dia merupakan keponakan dari Inspektur Susilo. Diduga dia dibunuh saat melakukan pengintaian terhadap sebuah partai yang dicurigai melakukan praktik 'politik kotor'. Hasilnya? Dia mengetahui rencana korupsi partai tersebut dan rencana pembunuhan sekelompok orang-orang penting. Partai tersebut sebagaimana telah diketahui, menyewa sekelompok pembunuh bayaran untuk melakukan aksi kejinya. Sang Briptu berhasil mendapatkan informasi tersebut. Namun, esok harinya saat dia ingin melaporkan hasil investigasinya, dia ditembak oleh sniper, lalu ditabrak menggunakan mobil jeep. Pada saat kejadian, 2 orang remaja yang merupakan adik kandung dari sang Briptu, melihat jelas siapa yang menembak dan menabrak abang mereka.

Setelah aku dan Karl mendengar kabar ini, kami ke TKP bersama inspektur Susilo. Karl mulai melakukan penyelidikan, dan aku mulai menginterogasi ke 2 remaja tersebut yang belakangan ku ketahui, mereka merupakan teman sekolahku, satu angkatan, namun berbeda kelas. Pada akhirnya, Karl mampu menangkap sang sniper. Tapi tidak dengan pengendara mobilnya. Setelah selesai di interogasi, inspektur Susilo langsung membawa mereka ke LPSK untuk mendapat perlindungan sebagai saksi. Dan dia selalu menyuruh paling tidak 7 anak buahnya, untuk menjaga ke 2 remaja ini setiap hari agar tidak diganggu oleh kelompok pembunuh bayaran yg berniat membalaskan dendam mereka.

4 January 2013. Pkl. 06:00.

"Herman!! Bangunn!! Wehh bangun wehh!! Hari ini kita harus ke kantor polisi untuk menyelidiki siapa sebenarnya kelompok pembunuh ini?"

Aku yang langsung duduk di atas kasur, secara refleks menampar Karl. Karena sudah kebiasaanku kalau hari libur dibangunkan pagi-pagi, pasti bangun dengan keadaan bad mood.

"Apa-apaan sih lo! Masih jam 6 pagi ini!" Kataku sambil berbaring dan menarik selimut kembali.

"Ah setdah. Sakit ini lo tampar. Weh, bangun! Kita mau ke kantornya inspektur Susilo. Mau cari tau siapa yang udh ngebunuh si briptu Farras. Herman! Bangun! Atau gue telefon Cleo nih! Bang..."

"Oke oke! Gue udh bangun! Tapi please, jangan telefon Cleo. Ntar bisa abis gue dimarahin kalau gk ikut bantuin lo untuk nyelesain masalah ini."

"Nah! Gitu dong! Oke, sekarang lo mandi cepet, trus sarapan. Gue udh buatin sarapan tuh di meja makan. Abis itu, kita berangkat. Gue yang nyetir."

"Makan apaan kita pagi ini? Sereal?"

"Hmm. Sereal ada, tapi gue udah buatin nasi goreng. Simpel enggak ribet."

"Tau gitu, gue aja dah yang masak tadi. Dan biasanya masakan lo gk ada yang beres."

Setelah mandi dan sarapan nasi goreng Karl yang rasanya lebih mirip sama otaknya Karl yang udah kelewat absurd, aku membereskan barang-barang yang diperlukan untuk dimasukan kedalam mobil SUV milik Karl. Kami pergi dari apartement pukul 8 pagi, dan tiba di kantor polisi Jakarta Pusat pukul 9 pagi, tempat dimana inspektur Susilo bekerja. Namun, kami terlambat. Kantor itu sudah berantakan tidak karuan. Diduga kantor tersebut diserang 7 orang yang tidak dikenal. Mereka menggunakan senjata laras panjang, dan menembak kearah markas polisi tersebut. 12 orang tewas didalam insiden tersebut. Termasuk 3 orang sahabat alm. Briptu Farras yang tengah menyelidiki berkas-berkas sang Briptu. Garis polisi telah dipasang. Kami bahkan sempat dilarang masuk. Untungnya, kami mempunyai kartu pengenal khusus yang memberikan kami hak istimewa di kepolisian Republik Indonesia. Kami lalu berlari mencari inspektur Susilo. Kami menemukan inspektur dalam keadaan luka ringan. Tangannya hanya terkena pecahan kaca. Dia berada di mobil ambulans bersama seorang perawat.

"Inspektur! Ini, apa yang terjadi sebenarnya?"

"Herman, kami baru saja diserang tadi pagi. Jam 7 pagi. Sekitar 7 orang datang dengan menggunakan mobil jeep, mereka turun, mengambil senjata, masuk kedalam kantor, dan mulai menembaki kami. Aku yang sedang berbicara dengan asistenku, refleks pergi ke belakang sofa. 3 orang temannya Briptu Farras berusaha melumpuhkan para penjahat. Tapi mereka yang malah tewas ditempat. Aku tidak sadar dibelakangku ada pintu kaca. Salah satu peluru mereka nyasar ke pintu tersebut sehingga membuat tanganku yg kugunakan untuk melindungi kepala, terluka."

"Setelah peluru mereka habis, lalu mereka kembali ke mobil jeep, dan pergi dengan cepat. Aku berdiri dan melihat bahwa hampir semua orang terluka. 12 diantaranya sudah tidak bernyawa. Termasuk ketiga temannya briptu farras. Beruntung asistenku selamat. Dia segera menelpon bantuan."

"Sebenernya, maunya mereka itu apa inspektur?"

"Kalau tebakanku benar, mereka mengincar arsip Briptu Farras. Arsip penyelidikannya terhadap sebuah partai yang diduga korup dan ingin membunuh sejumlah orang penting demi kepentingan politik mereka."

"Dan itu terbukti. Aku baru saja berkeliling dan melihat lemari besi yang aku gunakan untuk menyimpan arsip hasil penyelidikan sang briptu, hancur dan arsipnya hilang. Kemungkinan mereka yang mengambilnya. Dan kemungkinan besar, mereka yang telah menembaki kantor anda satu kelompok dengan yang telah menembak briptu Farras." Kata Karl sambil memegang segelas coklat hangat dan sebuah kartu remi.

"Lah, lo kapan.. Ah sudahlah. Selalu pergi dan muncul secara tiba-tiba." Kataku

"Apa itu benar Karl?" Tanya inspektur Susilo.

"Yap. Itu benar. Dan yang lebih parah. Mereka berhasil mengambil identitas 2 orang saksi kita. Saksi kunci yang melihat detik-detik kematian Briptu Farras."

"Astaga! Kamu serius Karl? Matilah kita!" Inspektur mulai panik. Dia mulai seperti seorang yang baru saja kebakaran jenggot.

"Tapi tenang. Kita masih punya arsip asli saksi mata kita inspektur. Aku menyimpannya di apartemenku. Dan saranku, sebaiknya anda menjaga ke-2 saksi ini dengan lebih ketat."

"Baik-baik. Aku akan meminta 7 orang anak buahku yang terbaik untuk menjaga mereka."

Semenjak insiden penembakan itu, ke 2 orang yang merupakan saksi kunci kami terus diawasi oleh para polisi yg menyamar sebagai tetangganya, supir, dan bahkan pembantu. Itu dilakukan agar tidak memancing kecurigaan orang lain. Aku dan Karl memberikan gelang khusus kepada mereka. Gelang itu aku yang merakitnya. Itu digunakan untuk melacak keberadaan ke-2 saksi tersebut agar tetap dalam pantauan kami, para penjaga dan inspektur Susilo. Selama kami mengawasi mereka, tidak ada hal aneh yang mencolok terjadi. Aku dan Karl yang masih satu sekolah dengan mereka juga, tidak mendapati hal-hal yang aneh. Kecuali, beberapa hari ini, ada 7 orang yang selalu membuntuti kami dan saksi. Namun mereka bukanlah ancaman.

11 February 2013. Pkl. 12:12.

"Herman. Lo tau apa yang gue pegang ini?" Tanya Karl padaku saat makan siang di kantin sekolah.

"Hmm. Itu kartu remi kan? Kartu Queen." Jawabku sambil menyantap mie kesukaanku.

"Iya. Ini memang kartu remi. Tapi bukan sekedar kartu remi. Coba, kemarikan matamu dan lihat baik-baik"

Karl mulai mencoba memantulkan cahaya matahari dengan kartu itu, dan terlihat jelas sebuah tulisan dengan huruf S berwarna merah.

"Ini hebat! Tapi apa artinya? Kalau cuman huruf S mah, enggak ada apa-apanya." Kataku

"Herman, gue udah melakukan penyelidikan. Dan dengan bantuan tuan Wikipedia dan mbah Google, yang gue dapati adalah..."

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, kami mendengar suara tembakan yang sangat banyak dan keras dari halaman depan sekolah.

"Tolong! Tolong! Cepat panggil polisi! Ada terrorist! Tolong!!"

To be continued

Next Issues: Sekolah Karl diserang oleh sekelompok teroris! Para teroris mengincar dua perempuan yang sangat krusial yang selama ini Karl lindungi untuk keperluan penyelidikan. Mampukah Karl dan Herman menyelamatkan dua perempuan itu? Apa arti dari huruf S tersebut?