Chereads / The Adventure of Detective Karl / Chapter 3 - File Case 03: Detective Karl and the Fireworks (Part one) - Hanya karena, Cinta?

Chapter 3 - File Case 03: Detective Karl and the Fireworks (Part one) - Hanya karena, Cinta?

Aku ingin menceritakan kepada kalian, mengenai suatu kasus yang sangat menarik. Kasus ini terjadi 1 bulan yang lalu. Bulan Desember 2012. Kalau Watson senang menulis kisah Sherlock Holmes di surat kabar, maka aku lebih senang untuk menceritakan kisah sahabatku, Karl, di blog ini.

28 Desember 2012. Jam 7 pagi, aku dan Karl dikagetkan dengan kedatangan keluarga kami masing-masing di apartemen kami. Dimulai dari ibuku, Ny. Maureen Clyff-Surya, ayahku, Tn. Bambang Surya, dan ke-2 adik kembar laki-lakiku Alfa dan Omega Surya. Yang lebih bikin kagetnya lagi, Tn. James Miller, Ny. Harmonie Hendriks-Miller, serta adik perempuannya Karl, Theresia Miller, jauh-jauh dari London, datang ke Indonesia demi merayakan tahun baru bersama. Mereka sudah berdiri di depan pintu, dan membunyikan bel dari tadi.

Aku yang tengah tertidur pulas, terbangun akibat bel tersebut. Berjalan keluar kamar dengan sempoyongan dan mendengar suara teriakan ke-dua adikku dan adiknya Karl. Segera aku tersadar, bahwa ada keluarga kami di depan. Aku berlari ke kamar Karl, membangunkannya, berjalan ke depan pintu dan aku mulai membuka pintu apartemen.

"Halo! Kalian semua! Apa kabar?!"

Kata Ny. Harmonie dan ibuku secara bersamaan.

Kami -yang masih bermuka konyol dan berambut seperti Son Goku-, kaget bukan main. Tanpa ada pemberitahuan, mereka datang ke apartemen kami dan membuat kami jadi bingung sendiri.

"Jadi begini Karl, ayah dan ayahnya Herman merupakan sahabat baik waktu SMA seperti kalian. Kalau Ayah menjadi Interpol, si Bambang ini, lebih memilih menjadi pebisnis. Nah, setelah mendengar keberhasilan kamu menggagalkan rencana Blackbird merebut berlian biru, ayah memutuskan untuk menelpon kamu, tapi si pak Bambang menelepon ayah duluan dan meminta agar kita merayakan tahun baru bersama di Indonesia. Jadi, pikir ayah, sekalian merayakan keberhasilan kamu waktu itu, makanya ayah dan ibu serta adikmu ke sini memakai pesawat jet pribadi milik kantor. Memang seperti tidak modal sih, tapi itu lebih baik dari pada ayah harus membeli tiket pesawat."

Kata pak James Miller.

"Dan, tanggal 30, kita akan ke Bali. Merayakan tahun baru di Bali sesuai rencana kami berdua." Tambah ayahku.

"Horee! Kita ke Bali!" Teriak yang lain.

Aku melirik ke arah Karl, dan Karl, melirik ke arahku.

"Karl.. Ini bisa menjadi..."

"Iya Herman.. Ini bisa menjadi bencana besar. Ke Bali dengan mereka semua? Ini bencana! Bencana tingkat Nasional!" Serunya secara perlahan.

"Dan gue ada janji dengan Cleo tanggal 30 sebelum dia berangkat ke German."

"Siapa? Cleo? Cleo pacar lo itu? Oh demi Zeus! Terus aja lo berduaan sama dia dan gue dilupakan! Semenjak lo pacaran sama dia, kita jadi jarang menganalisis kasus bareng inspektur Susilo, Man! Ayolah, tidak adakah hari untuk tidak membicarakan pacar lo itu?"

"Karl, bukan begitu maksud gue, tapi kan..."

"Ah! Udahlah.. Cukup! Sekarang terserah lo! Suka-suka lo dah!"

Semenjak kejadian itu, aku dan Karl sudah tidak mulai berkomunikasi. Bahkan, untuk melirik satu-sama lain saja, rasanya gengsi. Super gengsi. Setelah kami bercengkrama dengan keluarga kami, mereka akhirnya meninggalkan kamar apartemen kami. Mereka lebih memilih menginap di hotel dekat apartemen kami, agar lebih mudah ketika kami mau berangkat ke Bali nanti.

30 Desember 2012. Waktu di jam tanganku menunjukan pukul 06:55. Kami sudah tiba di bandara international Soekarno-Hatta, terminal 3. Kami tidak perlu membeli tiket, karena kami menaiki Jet pribadi milik keluargaku.

Aku duduk di samping Theresia. Kami mengobrol, bercanda dan tertawa bersama. Sedangkan Karl? Dia lebih memilih menyendiri di bangku belakang dengan iPod touchnya mendengarkan musik. Yap. Sahabatku itu memang penikmat musik. Terlebih Classic dan Accoustic. Dia menyukai Mozart dan Beethoven untuk Classic, dan Depapepe untuk accoustic.

Waktu perjalanan kami dari Jakarta ke Bali memerlukan waktu 1 jam dan kami tiba di bandara Ngurah-rai Bali pukul 08:07. Dari sana, kami pergi ke sebuah rumah besar yang ayah sudah siapkan di pinggir pantai. Ayah sudah membeli bagian pantai tersebut sejak lama. Namun baru benar-benar di gunakan tahun ini. Kami tiba disana pukul 09:00.

Setelah sampai, kami masuk ke kamar masing-masing. Merapikan pakaian dan mulai berganti pakaian untuk berenang di pantai. Hampir semua berenang di pantai. Kecuali Karl. Dia malah duduk di kursi pantainya, sambil mendengarkan musik. Selama aku di pantai, aku memperhatikan, ada 8 orang mencurigakan. Dan kalau perkiraanku tepat, mereka adalah anak buahnya om James Miller yg memang sudah ditugaskan untuk menjaga kami.

Hari itu, setelah berenang, kami pergi ke pusat kota. Untuk berbelanja, mencari souvernir, dan makan siang. Karl tidak pernah bersama kami. Dia lebih memilih berjalan-jalan sendiri ketimbang bersama kami. Mungkin, dia masih marah akibat pertengkaran kami waktu itu. Anehnya, ketika tiba waktunya makan siang, dia selalu datang tepat waktu ke restaurant dimana tempat kami ingin makan siang dan makan malam. Entah bagaimana dia tau, tapi anak itu memang luar biasa.

31 Desember 2012. Pukul 19:00. Kali ini kami makan malam di rumah. Di pinggir pantai, kami mulai memasak barberque, dan memanggang sosis. Ayahnya Karl mulai bercerita tentang pengalamannya selama dia menjadi Interpol. Karl kembali menyendiri. Dia tidur di kursi pantai dengan iPodnya, dan menatap langit malam. Ny. Harmonie dan ibuku tau mengenai permasalahan kami. Karena sampai saat itu, aku tidak pernah berbicara dengan Karl. Bahkan, untuk saling melirik pun, kami enggan.

Ny. Harmonie mulai memberikan nasihat kepada Karl yg sedang tiduran. Ibuku juga datang menhampiriku, dan mulai menasihatiku.

"Herman, ibu tau kalau kamu sedang mengalami pertengkaran dengan Karl karena perempuan. Kalian seharusnya tidak bertengkar. Karena sahabat sejati, selalu ada disaat kamu membutuhkan. Bukan malah meninggalkannya pada saat sudah punya kekasih. Ibu hanya ingin mengatakan hal itu saja."

Kata-kata ibu yang dalam, membuat aku tersadar. Apa yang telah aku lakukan untuk sahabatku itu, salah. Selesai kami diceramahi oleh ibu masing-masing. Kami mulai saling bertatapan, namun, tetap masih enggan untuk saling bertukar senyum. Kurasa Karl, masih kesal.

Aku melirik jamku. Dan waktu menunjukan sudah Pukul 22:38.

Suatu pemandangan aneh terjadi. Aku melihat di pinggir pantai yang agak jauh, sekitar 100 meter dari tempat aku duduk, 2 orang agen interpol yg menjaga kami bertengkar hebat. Belakangan ku ketahui, nama mereka adalah Brenda (25 tahun) dan Sebastian (27 tahun). Mereka adalah mantan kekasih. Dan aku rasa, karena itu adalah urusan percintaan. Jadi, aku tidak peduli.

Pukul 23:59. 1 menit lagi tahun baru! Ayah Karl sudah meminta anak buahnya untuk menyalakan kembang api dari arah depan rumah, sementara kami, berada di pantai yg terletak di belakang rumah.

"Oke, mari hitung mundur semuanya!" Seru ayahku.

"Lima! Empat! Tiga! Dua! Satu! Selamat Tahun Baru!! Woooo!!"

Kembang api mulai dinyalakan, dan langit malampun menjadi indah berhiaskan kembang api. Tapi tak lama kemudian, kami mendengarkan bunyi ledakan yang sangat keras dari arah tempat kembang api di nyalakan. Kami semua berlari kesana, dan Karl, sudah berdiri disana duluan.

"Ayah, Sebastian sekarat. Kemungkinan kembang apinya meledak. Membuat tangannya serta dadanya terluka parah."

Yang lain berteriak histeris. Mereka menangis. Tak lama kemudian, Brenda dan beberapa penjaga yang lain datang.

"Ayah dan om Bambang serta beberapa penjaga akan membawa Sebastian pergi dari sini ke rumah sakit terdekat. Karl, kamu tangani urusan ini bersama Herman."

Aku mulai melakukan penyelidikan. Melihat tempat kejadian yang sangat normal tanpa adanya rekayasa, aku mulai berasumsi.

"Gue rasa, ini memang murni kecelakaan." Kataku.

"Pikirkan lagi Herman. Jika itu memang murni kecelakaan, lalu, apa yg kita dapatkan disini... Hello! Ini bubuk mesiu yang menumpuk setelah Sebastian menjatuhkan tempat kembang apinya. Itu berarti, bahwa kejadian ini bukan murni kecelakaan. Tapi telah di rekayasa. Lebih tepatnya, sabotase."

Aku terkejut. Karena hal sekecil itupun, tak luput dari pandangannya. Lalu dia melanjutkan argumennya.

"Gue dari tadi udah memperhatikan. Ada 5 tempat kembang api yang disiapkan. Ketika yang pertama dinyalakan, itu tidak menjadi masalah. Tapi, ketika Sebastian menyalakan yang kedua. Bencana terjadi. Kembang api yang kedua meledak. Bukannya 'terbang dan meledak indah dilangit', namun malah menjadi bom mematikan. Sebastian mungkin dapat terbunuh, tapi dia mempunyai refleks yang baik, sehingga 'bom' tersebut, tidak membunuhnya. Bagaimna kalau lo mulai mencari petunjuk yang lain. Gue mau berkeliling, mencari informasi."

Setelah asumsi Karl dinyatakan, maka aku mulai mencari bukti yang lain. Aku mendapatkan sehelai rambut pirang panjang yang menempel di semak-semak yang menjadi senderan tempat kembang api, jejak sepatu dan tissue. Aku memberitahukannya pada Karl yang sedang ngobrol dengan 4 penjaga lainnya di depan gerbang. Lalu dia pergi ke ruang tamu, duduk di sofa, mengambil catatan kecilnya, dan mulai terdiam. Selama dia berpikir, aku menelepon Cleo untuk mengucapkan selamat tahun baru. 30 menit kemudian, dia berdiri dan mulai berbicara.

"Herman. Ucapkan salam dan selamat tahun baru dari gue buat Cleo juga ya." Katanya sambil tersenyum.

"Eh.. I.. Iya Karl.."

"Ngomong-ngomong, Herman. Gue tau siapa pelakunya."

"Dan dia pasti seseorang yang berambut pirang, muda, serta lincah."

"Kita akan pecahkan kasus ini. Herman, tolong panggil Brenda dan Johnson."

Aku lalu bergegas memanggil Brenda dan Johnson ke ruang tamu. Disanalah Karl meminta kedua orang ini duduk. Lalu, Karl mulai bertanya.

"Brenda, anda ada dimana saat kejadian?"

"Tuan muda, saya berada di pos timur. Kejadian ini terjadi di depan rumah. Berarti di sebelah barat. Saya di sana, sedang menjaga seperti biasa, sampai saya mendengar ada ledakan besar setelah kembang api ronde pertama selesai, saya segera berlari kesini."

"Dan kau, Johnson?" Kata Karl.

"Saya berada di pos gerbang depan, bersama Raffa dari jam 8 malam. Sampai tadi sekitar jam 12, saya mendengar ledakan yang besar dari arah depan rumah. Saya segera bergegas kesana bersama Raffa dan melihat keluarga tuan muda serta Sebastian yang sudah sekarat."

Karl lalu tersenyum sedikit. Dia benar-benar sudah mengetahui siapa pelakunya.

Next Issues: Dua orang pengawal telah di panggil. Seorang mantan pacar dan seorang sahabat. Siapa pelaku sebenarnya? Ternyata benar-benar tidak terduga.