Chereads / The Adventure of Detective Karl / Chapter 2 - File Case 02: Detective Karl vs The BlackBird

Chapter 2 - File Case 02: Detective Karl vs The BlackBird

Sudah 2 hari semenjak Karl memecahkan kasus pertamanya di Indonesia. Kasus pembunuhan Sir Alfred Issac, sudah 2 hari itu juga, kami melakukan kegiatan kami sebagai anak SMA "normal" di Jakarta Academy. Hari-hari yg kami lalui tampaknya normal-normal saja. Kami bermain basket seperti biasa, belajar, dan bermain video game. Hingga suatu hari, tanggal 1 Desember, kami yang berada di apartement Karl di jalan Sudirman, mendapat telepon dari orang tuanya di London. Ya, sahabatku ini memang lahir di London. Tepatnya 12 Desember 1994. Ayahnya, James Miller, adalah seorang Interpol yg hebat di London. Sedangkan ibunya, Harmonie Hendriks adalah seorang dosen yg mengajar desain grafis di sebuah universitas di London. Ibunya merupakan orang asli Indonesia. Karl, mempunyai seorang adik perempuan bernama Theresia Miller yg berumur 15 tahun.

Waktu umur 1 tahun, dia dibawa ke Indonesia untuk tinggal di Indonesia. Sampai umur 2 tahun, ketika adiknya lahir, maka mereka kembali ke London. Dan setelah 15 tahun disana, dia memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Aku yg teman terdekatnya sejak kecil, selalu berkomunkasi dengannya walau dia di London dan aku di Indonesia.

Ketika aku sedang asyik belajar di kamar dan Karl bermain video game di komputernya, telepon berbunyi.

"Hey Karl! Angkat teleponya! Mau berapa lama di diemin?!"

"Yaampun Herman! Teleponya berbunyi! Mau berapa lama kamu mendiamkannya?" Sahutnya sambil meledek

"Oke oke, Aku angkat teleponya."

Dia memang paling tidak bisa diganggu jika sedang serius. Jadi aku putuskan untuk mengangkat teleponya.

"Halo?" Kataku dengan sopan.

"Iya, Halo? Bisa berbicara dengan Karl?"

Itu, seperti suara seorang perempuan yang aku kenal. Ibunya Karl! Tapi mana mungkin, dia itu merupakan orang yang sangat sibuk.

"Hmm. Iya. Ini dari siapa?"

"Coba aku tebak, kamu pasti Herman! Hey Herman! Ini tante Harmonie! Mamanya Karl. Apa kabar? Kalian baik-baik saja disana? Bagaimana si Karl? Apa dia merepotkanmu disana?"

Wah, ternyata memang ibunya Karl! seketika aku diam karena terkejut. Tak menyangka kalau ibunya yang super sibuk itu menelepon dari London. Aku bergegas berlari menuju kamarnya Karl, dan memberitahu bahwa ibunya sedang menelepon sekarang.

"Eh! Serius?! Masa mama nelepon dari sana? Ahh.. Bukan kali."

"Serius Karl! Masa iya aku bohong sama kamu? Gak mungkinkan?"

"Oke-oke. Aku kesana."

"Cepetan! Udah nunggu tuh."

"Halo? Ini beneran mama?" Kata Karl.

"Halo Karl, apa kabar? Iya ini mama. Bagimana keadaan kamu di Indonesia? Sehat?"

"Iya ma. Kakak disini baik-baik aja kok. Gimana kabar adik sama papa?"

"Lah, kok mendadak jadi Mario Teguh gini sih? Tumben. Biasanya ngomongnya ceplas-ceplos." ledekku sambil tertawa

"Papa sama mama dan adik baik-baik aja kok. Tapi temen mama mau minta tolong sama kamu. Dia mau mengadakan pameran berlian di Indonesia, di hotel the Ritz Carlton. Masalahnya, ketika dia sudah sampai di Indonesia, dia mendapat surat ancaman kalau seseorang akan datang dan mencuri salah satu perhiasan untuk pameran. Yang mama takutkan, dia pasti mengincar Berlian biru. Milik ratu Inggris yang akan di pamerkan."

"Blackbird! Itu pasti dia!" Seru Karl. "Oke deh ma, kapan temen mama mau ketemu aku?"

"Besok kira-kira pukul 6 sore di Grand Indonesia, di Crystal palace katanya."

"Oke deh mah. Makasih. By ma!"

"Dan, kita mendapat tugas baru, Karl?" Tanyaku

"Yap, benar sekali man."

"Dan siapa itu Blackbird?"

"Dia, pencuri hebat yang aku tau"

"Ah, serius?"

"Iya! Dia memang tidak sehebat Arsene Lupin, atau si tukang sulap Kaito Kid. Tapi dia mempunyai kecepatan tangan dan berlari yang hebat! Sangat cepat. Ditambah lagi dengan kepintarannya. Dan ini, Ini adalah kasus yang besar! Kita akan memecahkannya dan menangkapnya! Ayah pernah hampir menangkapnya, tapi gagal. Jadi, giliran aku yang akan menangkapnya! Itu pasti!"

Pukul 18:05 sore. Aku dan Karl sudah berada di Crystal Palace. Kami duduk di ruang makan VIP yang telah dipesan oleh klien kami. Tak lama, perempuan yg menjadi klien kami datang. Dia menggunakan gaun indah berwarna putih, memakai kacamata persegi panjang, dengan rambut indahnya yang panjang, serta parasnya yang luar biasa cantik. Walaupun sebenarnya dia berumur 38 tahun, namun seolah-olah wajahnya seperti masih berumur 25 tahun. Dia lalu duduk di kursi sebrang kami.

"Jadi, bisa anda jelaskan apa yg terjadi?" Tanya Karl

"Begini bapak Karl.."

"Mungkin, Karl saja cukup." Sela Karl.

"Baik. Jadi begini Karl. Perkenalkan, nama saya Shanes Liberty. Kemarin, tanggal 30 November saya tiba di Indonesia menggunakan pesawat pribadi. Sampai di bandara, ada seorang pegawai bandara yg memberiku surat. Lalu dia pergi menghilang entah kemana. Surat itu lalu saya buka. Dan ini isinya.

Shanes menyodorkan secarik kertas kepada Karl di atas meja makan. Karl lalu mengambilnya, dan melihat isi kertas itu.

Aku akan mengambil kembali apa yang telah menjadi milikku. Cepat atau lambat aku pasti menghampirimu, tepat dimana orang mendapatkan cahaya putih layaknya mutiara.. Oh iya, satu lagi. Aku akan sangat senang jika dapat hadir dalam jamuan makan dengan si polisi tua itu. James Miller, serta anaknya yang genius, Karl Miller.

Salam hangat

-Black Bird- ^^

"Sial! Dia tahu anda akan datang kepada saya!" Kata Karl geram.

"Bukan hanya itu, yang aku takutkan, dia ingin mencuri Blue Diamond. Berlian milik seorang ratu yang terkenal. Dulu dia sempat mencurinya. Tapi ayahmu, James Miller, berhasil merebutnya kembali."

"Jam berapa anda menerima surat ini?"

"Sekitar pukul 7:30."

"Aku rasa dia sudah lama mengawasi anda, dan dia pasti berada di bandara yang sama dalam hari yang sama dengan anda. Paling tidak, dia sudah tiba di sini lebih dahulu. Dia pasti tinggal di daerah Senayan. Dan aku berani bertaruh, dia tinggal di Hotel yang lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat pameran, namun tetap dapat mengawasi kalian."

"Bagaimana anda bisa tau?"

"Itu cukup mudah. Pikirkan jika saya di posisi Blackbird, apa yang akan saya lakukan untuk mencuri Blue Diamond tersebut? Tentu saya akan mengawasi anda, tinggal di tempat yang tidak jauh dari tempat pameran nantinya, mencari tau informasi mengenai keamanan pameran, dan memperkirakan situasi."

"An… Anda cukup hebat Karl. Baik. Kami mengharapkan kerjasama yang baik dengan anda. Saya harus pergi segera untuk persiapan pameran minggu malam nanti, dan soal bayaran? Saya akan berikan anda cek kosong. Anda yang akan mengisinya."

"Eh, itu. Anda serius soal itu?" Tanyaku keheranan.

"Iya. Saya serius. Ini ceknya saya tinggal. Saya harus pergi. Sampai jumpa."

Ketika perempuan itu meninggalkan ruang makan, Karl mulai mengambil buku kecilnya dan menuliskan rencana dan kemungkinan-kemungkinannya untuk menangkap maling itu. Aku membujuknya untuk pulang. Jadi kami pulang kembali ke apartemen Karl menggunakan mobil SUV-nya. Untungnya, besok hari minggu dan jadwal kami kosong hinggal pukul 7 malam waktu pameran dimulai, memberikan kami lebih banyak waktu untuk berpikir.

2 Desember 2012. Tepat pukul 6, Karl sudah bangun dan duduk di sofa panjang kesayangannya sambil memegang buku kecilnya dan menonton televisi. Aku terbangun karena teriakan Karl yg tiba-tiba meledak.

"Oh yes! I know it! Aku pasti bisa menangkap si Blackbird! Pasti!"

"Aduhh.. Apaan sih! Masih pagi ini. Dan ini tuh hari libur. Semua orang butuh istirahat."

"Aku tahu Herman! Aku tahu kapan dia muncul dan dimana! Hahaha.."

"Coba, katakan apa yg kamu dapatkan?"

"Melihat surat itu, dia akan muncul pukul 7 malam tepat pada saat cahaya bulan akan menjadi sangat terang. Ada 3 tempat yg bisa memantau aktifitas pameran di hotel Ritz Carlton besok. Tapi hanya ada 1 hotel yg benar-benar menjadi tempat melihat cahaya bulan yg sangat indah layaknya sebuah mutiara putih itu pukul 7 malam. Tempat Itu adalah the J.W. Marriot. Dari sana, dengan mudah dia dapat memantau aktifitas pameran. Namun dia akan muncul terlebih dulu dalam jamuan makan malam pukul 6 yg diadakan sebelum pameran. Aku bertaruh dia akan hadir disana namun tidak menggunakan kostum Blackbird-nya"

Aku terkagum-kagum dengan analisisnya. Seorang remaja yg berusia 17 tahun, sudah dapat membuat suatu analisis yg cukup rumit menurutku.

"Sore ini jam 4 kita akan ke tempat pameran. Dan menyiapkan segala sesuatunya untuk menangkap dia. Oh, dan kau sebaiknya membawa pistol airsoft gun mu. Untuk setidaknya membuat dia kerepotan." Lanjutnya.

"Oke oke tuan detektif."

16:00. Kami tiba di lokasi dengan menggunakan mobilnya Karl. Aku terkejut melihat begitu banyak polisi yang ditugaskan untuk mengamankan hotel tersebut dari si Black Bird dan tentu saja, Inspektur Susilo juga hadir disana. Untungnya, Kami mempunyai hak khusus yang telah diberikan oleh nyonya Shanes. Kami lalu berdiskusi dan merancang semua rencana penangkapan Blackbird yg telah disiapkan Karl. Pihak polisi setuju.

Pukul 6 malam. Aku dan Karl sudah berganti baju. Kami menggunakan kemeja putih, dasi emas, jas dan celana hitam. Kali ini, Karl memakai kacamatanya. Dia memang sudah lama menggunakan kacamata. Tapi karena malas, dia baru memakainya kembali hari ini.

Kami lalu ikut bergabung dalam jamuan makan malam tersebut. Kami duduk di tempat paling belakang karena dari sini, kami dapat mengawasi semua gerak-gerik yg mencurigakan. Kami terkejut karena Danny dan Madelyne Issac, anak dari alm.Alfred Issac, turut hadir karena kehebatan Danny bermain piano. Hadir juga beberapa orang ternama dan beberapa orang penting lainnya.

Ketika jamuan makan malam sedang berlangsung, aku tidak melihat ada hal yang mencurigakan, namun ketika aku memalingkan muka ke arah Karl, dia menjadi pucat pasi.

"Herman. Aku.. Aku merasakan keberadannya. Dia disini! Dia disini! Salah satu dari mereka itu adalah Blackbird. Tapi siapa?! Siapa?!" Bisiknya padaku.

"Karl, tenang. Habiskan makan malammu dan cobalah minum segelas air."

Ketika kami selesai makan, ada 3 orang yg keluar dari ruangan. Danny, seorang pengusaha muda bernama Armand, dan seorang dokter bernama Alfredo. Sudah 40 menit mereka pergi namun tak kembali ke ruangan.

"Herman, aura buruk tadi udah hilang. Dan kalau tebakanku benar, salah satu dari mereka pasti Blackbird. Aku bisa merasakannya." Kata Karl sambil berdiri dan keluar dari ruangan.

"Sesuai rencana, kita akan pergi ke hotel JW. Marriot. Masih punya 20 menit sebelum jam 7. Sebelum kemunculan Blackbird di atas hotel tersebut."

Kami bergegas berlari ke hotel Marriot, tempat dimana Karl memprediksikan Black Bird akan muncul. Kami meminta untuk inspektur Susilo tetap berjaga di ruang pameran lantai 5 di hotel Ritz Carlton dan meminta 10 polisi berjaga di lantai dasar hotel Marriot. Jam 19:00. Dari atap ini, kami dapat melihat dengan jelas acara pameran berlian yang baru dimulai. 5 menit kemudian, Karl menjadi pucat kembali. Dia berbisik kepadaku.

"Herman, dia dibelakang kita. Blackbird dibelakang kita! Keluarkan pistol air softgun sekarang!"

Aku refleks mengambil pistol air softgun, lalu kami menoleh kebalakang. Perkiraan Karl tak pernah meleset. Sang Blackbird berdiri tepat di depan kami sekarang. Dengan kemeja putih, sarung tangan dan dasi hitam, jas serta rompi dan celana hitam ditambah dengan topeng hitam yang menutupi sebagian wajahnya, sehingga hanya bagian mulut dan dagunya saja yg dapat terlihat.

"Hallo Karl! Sudah lama tidak bertemu. Anak dari James Miller. Si polisi tua yg selalu hampir menangkapku dan mengacaukan sebagian rencana-rencana hebatku. Dan, biar kutebak. Ini temanmu yg sedang memegang pistol air soft gun. Oh ayolah! Itu takkan mempan! Aku akan menembak kalian duluan dengan pistol cat hitam ku ini! Hahahaha!" Katanya sambil mengeluarkan pistol paint ball.

Dia lalu menembaki kami dengan peluru cat berwarna hitam.

"Herman! Balas tembakannya!" Kata Karl sambil memberitau polisi dengan radionya.

"Karl pada Serigala 3. Black Bird diatas! Sekali lagi! Black bird diatas! Cepat kirim bantuan!"

Selagi kami sibuk menghindar dari tembakannya dan aku membalas dengan peluru air soft gun, Black bird tiba-tiba berhenti menembak setelah mendengar suara para polisi yg sudah mendekat ke atas untuk menangkapnya. Dia berdiri diujung atap itu, lalu mengangkat tangannya. Terlihat kalau dia menggunakan pakaian khusus untuk bisa 'terbang' diudara."

"Tunggu Karl! Penjahat macam apa yang menggunakan peluru cat hitam begini? Kok dia konyol sih?" Tanyaku heran.

"Blackbird tidak pernah mau menyakiti orang. Dia hanya mau berlian. Kalau dia menggunakan pistol dengan peluru sungguhan, dia akan mengotori tangan serta reputasinya. Maka dari itu dia hanya memakai peluru cat" Jawab Karl.

"Cukup sudah permainan ini. Aku akan meluncur kesana dan merebut berlian biru! Selamat tinggal Karl!" Kata Blackbird sambil merentangkan tangannya, membuat pakaian terbangnya terlihat jelas kali ini.

Dia lalu melompat dari gedung itu dan mulai 'terbang' cepat ke tempat pameran. Dia lalu terbang masuk melalui jendela yang terbuka.

"Herman ayo! Kita kesana! Kalian para polisi segera ketempat pameran cepat! Karl pada inspektur Susilo, Blackbird ada disana!" Kata Karl kepada inspektur dengan radionya.

"Ya Karl! Aku melihatnya! Kami sedang mencoba.. Argghh!!..."

"Halo! Inspektur!"

"Dia tertembak peluru cat, Karl." Kataku sambil kami berlari turun kebawah dan menyebrang ke hotel Ritz Carlton.

Kami lalu memakai tangga menuju lantai 5, dan mendapati kalau ruangan itu sudah kacau balau. Para polisi terkena cat hitam di muka mereka dan membuat mereka jatuh tak berdaya. Aku menghampiri inspektur dan dia berkata kalau Blackbird membuat ini semua di bawah 60 detik! Dia dengan cepat menembaki semua polisi, berlari ke arah berlian biru dan mengambilnya. Namun 2 opsir yang berani, Brian dan Mark mencoba mengejarnya yang berlari menuju atap hotel.

Kami lalu berlari ke atas menuju atap hotel. Disana kami mendapati Blackbird sedang berdiri dengan pistolnya, dan 2 opsir yang rebah di lantai dengan cat hitam dimukanya. Itu adalah opsir Brian dan Mark yang terkapar di lantai.

"Herman, berikan pistolmu padaku." Bisik Karl.

Aku lalu memberikan pistolku pada Karl.

"Menyerahlah Black Bird! Kau sudah kalah! Berikan berlian itu padaku, atau kau akan masuk penjara!"

"Hey anak muda! Enak saja! Aku Blackbird! Manusia tercepat! Tidak akan aku berikan berlian ini padamu!"

"Oh yah? Secepat apakah kau? Secepat peluru air soft gun ini?!"

Karl lalu menembak ke arah tangan kanan Blackbird sebanyak 6 kali, sehingga membuat berlian itu terjatuh lalu berguling ke arah kami. Black Bird mencoba mengambilnya, namun para polisi yang lain sudah naik keatas, siap menembak sesuai aba-aba Karl, dan helikopter sudah siap menyorot dengan lampunya dari udara.

"Menyerahlah Black Bird! Kau sudah kalah!" Seru Karl.

"Anda! Anda sama kurang ajarnya sama seperti James Miller! Tapi aku menikmati permainan ini. Selamat tinggal Karl dan Herman!"

Dia lalu mengangkat tangannya sekali lagi, dan menjatuhkan dirinya dari atap gedung serta mulai 'terbang' cepat dan menghilang. Polisi mencoba mengejarnya dengan helikopter, namun tidak ketemu. Dia menghilang dalam gelapnya malam secepat pesawat Black Bird.

"Selesai. Kasus kali ini selesai. Walau tidak bisa menangkapnya, setidaknya kita bisa mengalahkannya. Dan nyonya Shanes, ini berliannya kami kembalikan. Herman, ayo pulang!" Seru Karl dengan semangat dan sedikit kelelahan.

Aku tau kalau Karl pasti kecewa karena tidak bisa menangkap si pencuri. Tapi anehnya dia malah tersenyum puas dan sangat gembira.

"Omong-omong, ini ceknya nyonya Shanes. Aku rasa nyonya tidak perlu membayar kami karena kami sudah gagal menangkapnya." Kataku

"Tidak tidak! Akan kuberikan 20 juta karena kalian berhasil menggagalkan Blackbird membawa berlian. Akan ku transfer ke rekeningmu Herman."

"Eh, tapikan kami…."

"Sudah-sudah. Anggap saja ini ucapan terima kasih dari saya."

"Herman! Ayo pulang! Gue ngantuk!" Seru Karl.

Malam itu, kami pulang dengan rasa bangga. Karena kami berhasil menggagalkan rencana salah satu penjahat hebat dunia. Malam itu juga aku kagum. Benar-benar kagum dengan kemampuan Karl yang diluar pikiranku. Dia genius. Aku masih tidak percaya kalau kami benar-benar melawan penjahat incaran Interpol.

Dan kalian tahu? Sesampainya kami di apartemen, kami tertidur pulas hingga kami lupa untuk ke sekolah besoknya.

Next Issues: Persahabatan Karl dan Herman retak karena seorang wanita? Di lain pihak, Kasus pembunuhan terjadi! Parahnya, itu terjadi pada saat tahun baru di kediaman Herman, di Bali.