Chereads / Mengejar Cinta Guru Tampan / Chapter 12 - Penjelasan Arkan 2

Chapter 12 - Penjelasan Arkan 2

Kudengarkan penjelasan Arkan dengan seksama.

"Waktu itu Dini nggak tau kalau kamu telfon dia karena handpone Dini sedang dicharger, dan Dini juga sudah tidur. Tapi, saat kamu mengeluarkan motor dari bagasi, Dini mendengarnya. Akhirnya dia bangun dan berusaha mengejarmu, tapi kamu sudah menjauh. Dini minta tolong sama aku buat ngikutin kamu. Dia minta nomorku agar dia tau keadaanmu. Tapi, sebenarnya sebelum Dini menyuruhku aku juga sudah punya inisiatif untuk mengikutimu." Ucap Arkan menjelaskan.

Tapi aku sama sekali belum puas dengan jawaban Arkan.

"Kalau waktu itu Dini minta nomormu hanya untuk mengetahui kabarku, terus kenapa kalian masih sering chatingan?" Tanyaku penasaran.

"Karena aku dan Dini sebenarnya ada sebuah misi." Jawabnya ragu.

Misi? Misi apa yang lagi direncanakan Dini dan Arkan?

"Misi apa?" Tanyaku dengan mengerutkan keningku.

"Misi untuk membuat Nenek percaya kalau hanya kamu yang aku cintai, hanya kamu yang ada dihatiku dan hanya kamu yang aku inginkan." Jawab Arkan yang membuatku salah tingkah.

"Aku akan berusaha buat meyakinkan Nek Rita." Ucapnya lagi.

"Aku masih punya satu pertanyaan lagi buat kamu."

"Apa, Ra. Tanyain aja semua yang masih mengganjal dihatimu." Ucapnya.

"Kenapa saat temanmu memintamu mengantarkanku kamu seolah nggak peduli? Hanya sekedar melirik saja tidak. Kenapa? Padahal, aku sudah berharap banget kamu bisa mengantarku kewarung dengan memboncengku." Ucapku sedih.

"Karena aku takut, Ra. Aku takut Nek Rita marah jika tau kamu keluar bareng denganku. Dan yang aku takutin akhirnya terjadi kan? Nek Rita marah sama aku gara-gara dia berfikir kalau aku mengajakmu keluar. Dia takut kalau aku hanya mempermainkanmu." Ucap Arkan dengan wajah menunduk.

"Walaupun Nenek percaya, Nenek nggak akan pernah restuin hubungan kita. Karena aku aja masih kelas 2 SMA. Mana boleh pacaran. Kalau sampai Nenek tau aku pacaran, bisa-bisa ditelan bulat-bulat aku nanti." Ucapku yang membuat Arkan tertawa kecil.

Aduhhh .. ketawanya..

Manis banget..

"Aku akan selalu menunggumu, Amaira." Ucapnya sambil menatapku lekat.

"Buaya darat kalau ngomong memang gampang banget bikin hati cewek meleleh ya." Ucapku sambil tertawa kecil. Hingga akhirnya membuat kita tertawa bersama.

Setelah ngobrol panjang lebar, aku dan Arkan bersiap untuk pulang.

Kita jalan beriringan, berasa jalan jadi milik kita berdua. Yang lain cuma ngontrak. Hihi. Yang ngontrak ayo bayar. Wkwk

"Makan dulu yuk." Ajak Arkan.

"Dimana?" Tanyaku.

"Warung bakso pertigaan situ." Ucap Arkan sambil menunjuk sebuah warung.

Arkan memesan bakso dan Es teh. Aku menunggu sambil duduk didalam warung. Baru juga duduk tiba-tiba ada cowok menghampiri.

"Mbak, boleh minta nomornya nggak?" Tanya cowok itu.

Aku hanya diam. Bingung mau jawab apa. Mau jawab gak punya handpone, kata Nenek gak boleh bohong. Mau bilang nggak boleh, kelihatan banget pelitnya yee.. masa dimintain nomor aja nggak boleh. Apa lagi dimintain sumbangan. Pasti mikirnya nanti gitu.

"Mau ngapain, Mas?"

Akhirnya Arkan datang juga. Lama amat sih.

"Oh, ini cuma mau minta nomor." Jawabnya jujur.

"Minta nomor saya?" Tanya Arkan lagi.

"Bukan, tapi nomor Mbaknya ini." Jawab cowok itu.

"Lah, kan sama saja, Mas. Handpone saya handpone dia juga. Handpone dia ya handpone saya juga. Kan dia istri saya." Jawab Arkan sambil merangkul pundakku.

Orang itu langsung pergi dengan wajah menunduk. Malu mungkin.

Setelah makan aku dan Arkan langsung pulang.

Nyampai rumah kulirik Nenek sedang menatapku tak suka.

Nenek pasti marah nih.

Segera aku duduk disebelah Nenek yang didikuti oleh Arkan.

"Nek, Arkan pengen ngomong sama Nenek." Ucap Arkan mengawali pembicaraan.

"Ngomong apa?" Jawab Nenek dingin, tanpa expresi.

"Sebenarnya Arkan benar-benar mencintai cucu Nenek, Amaira." Ucapan Arkan membuat Nenek melototkan matanya. "Arkan akan menjelaskan semuanya sama Nenek." Lanjut Arkan.

"Yang Nenek lihat memang benar kalau cewek-cewek yang datang ke kosan Arkan itu memang mantan-mantan Arkan. Tapi Arkan sama sekali nggak ada niatan buat nyakitin mereka, Nek. Mereka yang minta Arkan buat jadi pacarnya. Kalau Arkan tolak, ada yang bilang mau bunuh diri, ada yang bilang mau nyantet Arkan, ada yang bilang doain Arkan agar nggak dapat jodoh juga. Arkan kan jadi takut, Nek." Jelas Arkan panjang lebar.

'Padahal Arkan tadi nggak ngomong kayak gitu deh sama aku. Apa karena Arkan hanya ingin mendapatkan restu Nenek saja' batinku dalam hati.

Nenek hanya manggut-manggut.

"Nenek tenang aja, Arkan bakal nungguin Amaira sampai lulus sekolah kok, kalau bisa sampai lulus sarjana juga nggakpapa. Arkan nggak akan ngajak Amaira pacaran. Arkan akan ngejagain Amaira." Ucap Arkan yang membuat Nenek tersenyum.

Yeeessss.

Auto dapat restu ini pasti.

"Iya, Nenek percaya kalau sebenarnya kamu orang baik. Nenek setuju kalau suatu saat nanti kalian akan menikah. Tapi Nenek nggak setuju kalau kalian pacaran. Paham kan?" Ucap Nenek.

"Siap, Nek." Ucapku dan Arkan bersamaan.

"Dini kemana, Nek?" Tanyaku pada Nenek.

"Ada didalam." Jawab Nenek.

Tak berselang lama Dini keluar.

"Dini, maafin gue ya, sudah seudzon sama lo." Ucapku sambil berdiri memeluk Dini.

"Iya, maafin gue juga ya karena nggak jujur sama lo." Ucap Dini yang diikuti tetesan air mata.

"Dini, lo nangis?" Tanyaku.

"Iya. Gue nggak bisa hidup jika lo marah sama gue. Lo tau sendiri kan, yang saat ini gue punya cuma lo." Ucap Dini sambil sesenggukan.

"Sekali lagi maafin gue ya, Din. Udah dong nangisnya. Gue jadi pengen nangis nih." Ucapku yang juga ingin menangis karena terbawa suasana.

Akhirnya semua bisa baikan.

Senang banget deh rasanya.

Apalagi hari-hariku nanti akan selalu dijagain sama Arkan.

Gimana ya sikap Arkan nanti di sekolah?

Nggak sabar rasanya ingin cepat pergi ke sekolah. Tapi sekarang masih hari minggu ding. Masih siang juga. Masih lama nungguin hari esok.

Aku masuk kedalam kamar untuk segera tidur, agar hari cepat berlalu.

*di sekolah*

"Amaira. Ayo ke kantin." Tiba-tiba Arkan masuk kedalam kelasku dan mengajakku ke kantin.

Bella menatap seolah menahan iri.

Aku dan Arkan jalan beriringan sambil berpegangan tangan. Dini mengikuti dari belakang.

"Ehhhemmm. Nggak tau apa kalau ada yang jomblo disini." Dini berdehem dibelakang kami.

"Loh, kamu ikut, Din? Kirain enggak. Aku kan nggak ngajak." Ucap Arkan dengan tertawa kecil.

"Jadi maksudnya aku nggak diajak nih." Ucap Dini dengan expresi sebal.

"Kamu tenang aja, Din. Aku juga jomblo kok. Kan memang aku dan Pak Arkan tampan ini nggak pacaran. Nanti, nunggu dua tahun lagi." Ucapku yang membuat Dini girang.

"Yess.. akhirnya aku nggak jomblo sendirian." Ucap Dini dengan senyum berbinar.

Dasar jones, jomblo ngenes.

Eeh, aku kan juga jomblo.