Chereads / Mengejar Cinta Guru Tampan / Chapter 11 - Penjelasan Arkan

Chapter 11 - Penjelasan Arkan

Aku sangat kecewa sama Dini, aku benar-benar kecewa. Aku sudah muak sama kamu, Dini. Aku benci sama kamu.

Seperti perumpamaan AIR SUSU DIBALAS DENGAN AIR TUBA. Perumpamaan itu sangat cocok untuk Dini. Dikasih kebaikan malah dibalas dengan penghianatan.

Bodohnya aku kenapa bisa begitu percaya sama Dini, hingga semua yang aku alami kuceritakan pada Dini. Sampai-sampai dia mencari celah untuk merebut Arkan dariku.

Saat ini hanya Nenek teman curhatku. Hanya Nenek satu-satunya orang yang bisa aku percaya.

*hari minggu*

"Nek, Amaira mau jalan-jalan pagi dulu ya." Pamitku pada Nenek.

"Katanya jalan-jalan. Kok pakai motor?" Tanya Nenek dengan menurunkan sedikit kacamatanya.

Dikira salah lihat mungkin.

"Iya, Nek. Amaira pengen lari-lari pagi ditaman kota." Ucapku.

Kota itu maksudnya bukan di kota A tempat tinggal Papa ya. Tapi maksudnya, biasa orang desa bilang kabupaten. Tapi tamannya dinamai kota. Kota kabupaten. Ahh entah lah. Saya juga bingung jelasinnya.

"Emang kamu tau tempatnya?" Tanya Nenek.

"Tau lah Nenek. Dulu kan sering diajak Papa kesana." Jawabku.

"Kenapa nggak ngajak Dini?" Tanya Nenek lagi yang membuatku membuang napas kasar.

"Males, Nek. Udah ya, Amaira jalan dulu. Byee Nenek." Pamitku sambil melambaikan sebelah tangan.

Sebenarnya nggak seru sih kalau jalan-jalan sendirian. Nggak ada teman ngobrol, nggak ada yang diajak becanda. Sudah kebiasaan kemana-mana bareng Dini. Tapi, mulai sekarang aku harus biasain diri tanpa Dini. Harus itu. Semangat Amaira.

Kubelokkan motorku kearah parkiran taman. Segera kuparkir motorku.

Tunggu.. motor yang terparkir disebelahku ini kayak nggak asing deh. Ah, tapi masa iya dia ada disini juga. Entahlah. Mending aku segera ke taman untuk lari pagi. Sejuk juga udaranya.

Lumayan sepi tamannya. Eh ralat. Bukan lumayan sih, tapi emang sepi.

Apa karena aku terlalu pagi ya?

Kulihat jam dipergelangan tangan, ah nggak pagi-pagi amat. Udah jam 7 juga.

Mungkin memang orang-orang daerah sini pada nggak suka main ditaman kali ya.

Kulangkahkan kakiku mengelilingi taman hingga sampai dibangku taman. Ada seseorang disana. Seseorang yang sangat aku kenali. Dia lagi duduk sendiri.

Lebih baik aku balik badan dan segera pergi sebelum orang itu mengetahui keberadaanku disini.

Tapi terlambat.. belum juga balik badan, tuh orang sudah melihatku. Dan akhirnya berjalan kearahku.

Pura-pura nggak lihat aja lah.

Kubalikkan badanku dan berjalan dengan terburu-buru.

"Amaira." Panggilnya yang sama sekali tak kuhiraukan.

"Amaira ... tunggu ... aku mau jelasin sesuatu sama kamu." Ucapnya keras.

Kupercepat langkahku. Tapi dia malah mengejarku.

"Amaira..... sebenarnya aku juga mencintaimu." Ucap Arkan dengan lantang.

Langkah kakiku seketika berhenti, rasanya berat untuk melangkah. Apa aku nggak salah dengar? Tapi, Arkan itu kan buaya. Dia bisa ngomong cinta kesemua orang termasuk aku. Kulanjutkan langkah kakiku tanpa menghiraukan Arkan.

"Amaira." Panggilnya lagi yang tiba-tiba sudah berada disampingku.

"Amaira.... berhenti." Ucap Arkan sambil menggandeng pergelangan tangan kananku.

Jantungku tiba-tiba sangat cepat berdetak. Berasa pengen keluar dari tempatnya. Kaki juga terasa sangat gatal. Ingin rasanya berjingkrak-jingkrak kegirangan. Sabar... Amaira.... Sabar... Tahan dulu, jingkrak-jingkraknya nanti aja didalam kamar. Kalau ada yang tau kamu jingkrak-jingkrak nggak jelas, bisa-bisa dikira gila.

Dan ingat Amaira, kamu juga harus bersikap sok jual mahal. Karena dia juga gitu kan saat kamu mengejar-ngejarnya. Ingat ya.... sok jual mahal.

Kuhempaskan gandengan tangan Arkan. Padahal dalam hati pengen digandeng terus. Anak kecil aja gandengan. Masa aku enggak?

"Plisss.. aku minta waktunya sebentar buat jelasin semuanya sama kamu, Amaira." Mohon Arkan.

"Oke. Aku kasih kamu waktu 5 detik. Dimulai dari sekarang." Ucapku setelah itu mulai menghitung. Padahal Arkan belum mulai menjelaskan.

"Sebenarnya semua itu nggak..."

"eeetttss eetttsss eettttsss.. ssstttt. Stop. Waktu habis." Kupotong ucapannya sebelum menjelaskan.

Kembali kulangkahkan kakiku menjauhi Arkan. Berharap dia mengejar.

Dan benar saja dia mendahului langkah kakiku. Berjalan dengan mundur didepanku. Seperti yang pernah aku lakukan dikantin sekolah.

"Mau apa lagi sih?" Tanyaku masih terus berjalan.

Kenapa dia bisa lancar banget ya jalan sambil mundur. Padahal aku berharap ada batu kecil yang bisa membuatnya terjatuh. Pasti lucu tuh. Hihi

"Tolong kamu berhenti sebentar dong, Amaira." Pinta Arkan.

Kuhentikan langkahku sesuai permintaan Arkan.

"Pliisss. Kasih aku waktu untuk bicara sama kamu, Amaira." Arkan memohon. Aku jadi nggak tega melihatnya. Apa memang semua buaya itu punya ilmu melelehkan hati cewek. Buktinya, aku selalu meleleh saat berada didekat Arkan.

"Kan tadi sudah aku kasih waktu. Makanya, berapapun waktu yang kamu punya itu harusnya dimanfaatin dengan baik. Sama seperti usia kamu saat ini. Sudah dikasih usia panjang harusnya dimanfaatin dengan baik dong. Bukannya malah buat mempermainkan anak orang." Ucapku yang membuat Arkan menggaruk tengkuknya yang aku rasa tak gatal.

"Oke.. oke.. buruan ngomong. Aku nggak punya banyak waktu." Ucapku. Kasian melihatnya memelas seperti itu.

"Emang kamu mau kemana, Ra? Kayaknya sibuk banget?" Tanya Arkan.

Katanya tadi mau menjelaskan sesuatu. Udah ditungguin juga nggak ngomong-ngomong. Nyebelin banget sih nih orang.

"Mau pulang lah. Tidur." Jawabku cuek.

"Gini, Ra. Sebenarnya aku bingung mau mulai jelasin dari mana? Enaknya dimulai dari mana ya, Ra?"

Lah, dia malah nanya.

"Dimulai dari A, dan diakhiri dengan Z." Jawabku sekenanya.

"Hehehe.. kamu lucu banget sih, Ra." Ucapnya.

"Kalau nggak jadi ngomong, biar aku pulang sekarang." Ancamku.

"Eh.. jangan, Ra. Iya... iya... aku jelasin. Jadi gini, yang dibilang Nek Rita itu semua memang benar. Kalau aku itu suka mempermainkan hati cewek. Tapi itu bukan kemauan aku, Ra. Itu kemauan mereka sendiri yang minta aku jadi pacarnya. Kalau ditolak kasian, kalau diterima kebanyakan. Jadinya aku terima satu per satu, Ra. Tapi, jujur nggak ada yang bisa mengisi hatiku, Ra. Cuma kamu, cuma kamu yang bisa mengisi hatiku. Aku mencintaimu sejak pandangan pertama. Entah karena apa, hatiku begitu yakin untuk memilihmu,Ra." Jelas Arkan panjang lebar.

"Kalau kamu memang nggak suka dengan cewek-cewek itu kenapa nggak kamu tolak aja semua. Trus habis itu kamu blokir. Biar mereka gak ganggu lagi. Beres kan?" Ucapku kesal.

"Karena aku juga lagi kesepian, Ra. Hehehe." Ucapnya sambil cengengesan.

"Trus gimana Dini bisa dapat nomor kamu? Kenapa Dini nggak pernah cerita jika dia punya nomor kamu? Padahal Dini tau kalau dari awal aku sudah jatuh hati padamu?" Tanyaku panjang lebar.

"Kamu ingat waktu kamu kelaparan trus nyari warung makan sendiri nggak?" Tanya Arkan yang hanya kutanggapi dengan anggukan kepala.

Apa yang akan Arkan jelaskan, aku sangat penasaran dengan penjelasannya.

Kenapa dia nggak langsung to the point aja sih.

Nyebelin memang.