Pihu tengah meringkuk, menyandarkan kepalanya pada pangkuan Anjani yang masih setia mengelus lembut pucuk kepala putrinya itu. Mereka kini berada di sebuah kamar yang tidak luas namun tampak sangat nyaman di gunakan, kamar itu yang selama ini Anjani tempati untuk tetap bisa melihat dan memantau putri semata wayangnya.
Hujan yang begitu lebat membuat listrik di beberapa tempat padam, termasuk pondok pesantren ini. Sedari siang hingga larut malam kini lampu masih belum juga menyala. Hanya nyala redup dari sebuah lilin yang sedari tadi menemani sepasang ibu dan anak yang sedang larut dalam hangat itu.
Belum ada satupun yang membuka suara, Pihu hanya terus menangis tiada henti hingga matanya membengkak merah. Anjani yang teramat merasa bersalah kini hanya bisa menenangkan putrinya itu dan memeluknya hangat.