Chereads / Dipaksa Menikahi Lelaki Buta / Chapter 8 - Sedikit Tak Terima

Chapter 8 - Sedikit Tak Terima

Penjelasan Citra saat ini. Sontak membuat Cirul terbelalak dan spontan mulutnya menganga lebar. Bahkan dia juga tak percaya dengan apa yang ia dengar. Karena dulu yang ia dengar dari Cito kalau anaknya itu sangat sempurna melebihi apapun, bahkan semua rekan kerja Cito juga mengakui itu. Banyak yang antri kepada Chandra, tapi kenapa ucapan anaknya berkata lain?

Kini Cirul yang sedikit tak terima, sedikit memicingkan matanya, merasa tak percaya kepada Citra. Siapa tau Citra membohonginya. "Buta? Bagaimana bisa? Jangan bohong kamu Nak. Karena Cito teman Papa itu dulu berbicara kalau anaknya itu sangat perfect, jadi kamu jangan mengada-ngada deh."

"Jadi ... Papa tak mempercayaiku? Kalau Papa tidak percaya kenapa tidak bertanya kepada teman, Papa itu, tentang kebenarannya, lagian apa untungnya Citra berbohong kepada, Papa. Bukankah selama ini Citra bagaikan boneka pada, Papa? Jadi terserah Papa sajalah!"

Rasa emosi ada pada diri Cirul semakin mengepul. Akhirnya dia membentak Citra dan menamparnya. Plak! "Diam!"

Citra seketika menangis dan Cirul pun tersadar dengan apa yang dilakukannya. Dia langsung saja menarik Citra. Mencoba untuk memeluknya. Meskipun Citra berkali-kali menolaknya, tapi akhirnya dia bisa dipeluk juga oleh papanya. "Maafkan, Papa, Nak, maafkan, Papa. Papa tak sengaja, maafkan, Papa. Papa hanya ingin kamu mengerti, semua ini Papa lakukan karena Papa benar-benar menyayangimu, Papa harap kamu tenang dulu. Pastinya kamu nanti tau dampak akhirnya. Papa pasti akan bertanya kepada Cito nanti."

Citra mengira, kalau papanya akan luluh dan tak menjodohkannya lagi. Tapi ternyata tetap teguh dalam pendiriannya, bahkan papanya itu terus mencoba merayunya. Maka dari itu. Citra tak bisa berbuat apa-apa lagi. Dia hanya bisa membatin, meratapi kesedihannya.

'Ternyata Papa hatinya benar-benar sekeras baja. Meskipun aku memberontak sekalipun dan berkali-kali membujuknya, apapun yang terjadi. Papa pastinya tetap saja memilih lanjut dengan perjodohan ini. Mungkin ini sudah takdir yang tak bisa aku rubah. Bahkan karena pemberontakan aku malah membuat Papa khilaf dan menamparku. Tuhaaan semoga saja ini yang terbaik nanti untukku.'

Cirul yang masih memeluk Citra saat ini. Tangan satunya lalu disibukkan dengan merogoh ponsel yang ada di sakunya. Berniat untuk menelepon Cirul, sahabat sekaligus calon besan itu. Ingin mencari tau kebenarannya. Meskipun itu tetap tidak akan mungkin merubah niatnya dalam perjodohan ini, tapi dia ingin tau saja penjelasan yang sebenarnya dari Cito.

Menurutnya kenapa Cito tak berterus terang saja kepadanya. Padahal kalau Cito berterus terang pastinya Cirul akan memakluminya karena arti persahabatan mereka sejak dulu dan juga bermaksud saling menguntungkan perusahaan itu. Apa Cito memang bermaksud ingin membohonginya? Ataukah memang karena malu untuk mengungkapkannya? Itulah yang ada di benak Cirul saat ini.

Jari-jemari Cirul pun lincah untuk terus menekan tombol hijaunya. Sedikit kesal juga karena Cito tak kunjung mengangkat teleponnya. Dan Cirul terus mencoba menghubunginya hingga berulangkali. Akhirnya dalam beberapa kali mencoba. Cito mengangkat teleponnya.

"Halo, Cirul? Ada apa? Kamu ini mengganggu kesenanganku saja! Aku lagi bersama istriku tau? Lagi beradegan bermacam-macam haha. Cepat katakan! Apa ada sesuatu yang penting? Kalau tidak jangan menelepon ku lagi. Ayo cepat katakan! Aku lagi mencapai puncak sekarang dan kalau kamu tak segera pastinya hasratku hilang haha," sapa Cito di seberang sana dengan ocehan dan pameran kemesraan.

Bagi Cirul ucapan Cito rasanya benar-benar menggelikan. Bagaimana bisa dia blak-blakan seperti ini sekarang. Padahal dulu dia sangat tertutup kalau masalah intim. Tapi kini sungguh sangat berbeda. Mungkin karena sudah akan menjadi keluarga jadi dia berubah seperti ini. Tapi itu tak membuat Cirul mengurungkan niatnya untuk bertanya kepadanya.

"Cito? Apakah putramu itu buta? Kenapa kamu menutupi hal sebesar ini kepadaku? Lalu apakah dulu ucapanmu tentang kesempurnaan putramu itu bohong? Apakah kamu masih berniat menjodohkannya dengan putriku? Apakah kebutaannya itu permanen dan tidak dapat disembuhkan?" balas Cirul yang tak berbasa-basi lagi. Dia bertanya panjang lebar seperti itu. Gara-gara Citra menangis karena ditamparnya secara tidak sengaja tadi, pikirannya sedikit kacau sekarang. Mencoba sedikit berbicara baik-baik kepada Cito. Barangkali ada keringanan sedikit atau solusi yang membawa kebahagiaan satu sama lain.

Bahkan Citra yang mendengar turut tersenyum. Tenyata benar papanya masih mempunyai sedikit rasa belas kasihan kepadanya. Meskipun hanya sedikit, tapi membuat Citra bahagia. Dia pun langsung melepaskan pelukannya dan menatapi papanya dengan seksama. Sedangkan Cirul yang sibuk dengan teleponnya. Dia tak sadar kalau Citra sudah sibuk menatapinya.

Citra sedikit tersentak ketika terdengar suara tawa dari dalam telepon papanya. Itu artinya teman papanya itu memang sungguh suka tertawa dan membalas semuanya dengan candaan. Berbeda dengan papanya yang terus datar dan serius saja di dalam hidupnya. Citra pun membatin. 'Anaknya aneh, mertuaku agak gesrek gitu, tertawa melulu, lalu bagaimana aku kelak? Hmmmm. Sungguh tak bisa difikirkan sekarang.'

"Ehhh kenapa kamu malah tertawa?" tanya Cirul yang sungguh ingin tau betul jawaban itu. Dia sungguh tak sabaran. Malahan mendengar Cito tertawa makanya sedikit frustasi rasanya.

"Hmmm kamu ini! Sabar dong, Sobat. Kamu tau? Memang anakku sangat sempurna, siapa juga yang membohongimu, itu buta hanya sementara, dia baru saja buta karena suatu kecelakaan mobil beberapa hari yang lalu, kata dokter dia bisa disembuhkan nanti kalau rajin terapi. Makanya aku tak berbicara kepadamu, sebab ini tak penting. Jadi tenang saja kamu, Sobat. Gak usah panik. Tetap lanjut dong perjodohan ini. Kalau kamu tak keberatan, lagian aku pastinya akan menjamin kebahagiaan anakmu itu. Mau apapun pastinya akan aku kasih. Bahkan perusahaan kita akan semakin maju karena saling digabungkan. Benar bukan? Jadi kamu jangan berfikiran macam-macam lagi. Oke!" terang Cito panjang lebar yang membuat Cirul mengerti dan sedikit lega sekarang.

Cirul pun melirik ke arah anaknya itu. Dia tersenyum dan mengangguk, seraya menunjuk ke arah teleponnya dengan ekor matanya. Citra yang sudah mendengar itu semua. Ia hanya mengangguk pasrah saja. Tak mau berdebat kepada papanya lagi. Letih rasanya dirinya kalau harus berdebat kepada papanya, jadi terserah sajalah sekarang. Yang penting papa dan mamanya bahagia, itu sudah membuat bahagia.

Lalu Cirul membalas ucapan Cito, sesudah Citra mengangguk itu. "Jadi begitu? Ya sudah, yang penting. Citra bahagia. Kamu harus menjamin Chandra akan bisa membahagian Putriku ini. Oke. Dia tadi syok ketika melihat fisik Chandra seperti itu. Sampai-sampai dia terdiam sekarang. Chandra juga sudah pulang tadi."

"Jadi? Chandra sudah pulang? Apakah dia bersikap tidak baik kepada, Citra? Coba ponselmu kasihkan kepada Citra. Aku ingin bertanya kepadanya," suruh Cito. Sekedar ingin mengakrabkan diri kepada menantunya. Lagian dia tidak mau menantunya tertekan dengan perjodohan itu, makanya dia mencoba merefleksikan diri kepada Citra dengan sedikit berbasa-basi kepadanya. Mungkin dengan begitu Citra akan nyaman dan bisa semakin yakin dengan perjodohan ini. Jadi Cito akan berusaha menjadi mertua sebaik mungkin.