Chereads / Dipaksa Menikahi Lelaki Buta / Chapter 13 - Rencana Keluar

Chapter 13 - Rencana Keluar

Sudah lama Citra berada di dalam kamarnya dengan bergelimpangan di atas ranjangnya, menangis tidak jelas seperti itu. Dia yang tidak mau terus-menerus menjadi orang yang cengeng akhirnya bangkit dari tidurnya. Berusaha menata hatinya, karena meskipun dia menangis akan tidak berguna sama sekali. Kedua orang tuanya pastinya akan terus mendorongnya untuk menikah, apalagi papanya itu, yang paling bersemangat dalam pernikahannya.

Segeralah Citra mencari ponselnya, tersenyum ketika melihat ponselnya yang berada tak jauh darinya. Ia pun mencari nomor seorang teman yang dekat dengannya, untuk diajaknya jalan-jalan. Berbelanja mungkin atau makan-makan untuk menghilangkan rasa stresnya. Tapi ternyata dia tidak cukup dekat dengan siapapun dan sangat enggan dengan mengajak seseorang. Alih-alih dia tidak gampang percaya kepada orang lain. Pernah dia memang mempunyai satu teman yang dekat dengannya tapi temannya itu meninggalkannya karena ikut kedua orang tuanya perjalan bisnis, jadilah Citra sendirian sekarang.

Citra berinisiatif mengajak adik sepupunya saja. Lumayan juga masih punya sepupu, meskipun tidak bisa membantu permasalahannya setidaknya bisa menemaninya. Dan dengan cepat Citra menelepon sepupunya itu, menekan tombol hijaunya saat sudah menemukan nomornya.

"Halo Cinta? Kamu sibuk tidak? Kalau tidak maukah Kakak ajak keluar?" tanya Citra yang langsung saja tanpa berbasa-basi terlebih dahulu. Dan itu membuat Cinta, adik sepupunya sejenak berfikir dan terdiam, karena menurutnya aneh dan tak biasanya kakak sepupunya itu mengajaknya. Pernah dia dulu mengajak Citra untuk keluar tapi langsung ditolaknya. Mungkin sekarang kesempatan buat Tuhan untuk mengakrabkan diri antar saudara sepupu.

"Ehhh halo? Cinta ... masih di situ kah kamu? Gimana? Mau tidak Kakak ajak keluar? Kalau tidak ya tidak apa-apa sihhh. Cinta ... hmmm haloooo ... lah malah terbengong kamu ciiiih," keluh Citra dengan tak sabaran karena tak kunjung mendapatkan balasan dari adik sepupunya.

Cinta yang masih mendengar ucapan Citra sekarang, terkekeh dan meminta maaf kepadanya, tak sengaja terbengong gara-gara memikirkan itu semua. "Hehe maaf, Kak tadi aku syok saja. Ada angin apa Kakak mengajakku soalnya, biasanya sekalipun tidak pernah mengajakku, tapi kalau Kakak tidak keberatan dan benar-benar mengajakku ya ayo, ayo saja sihh aku," balas Cinta yang sungguh pasrahnya.

Namun, tak dibalas lagi oleh Citra. Menurutnya sepupunya itu sungguh cerewet, makanya Citra tidak suka mengajaknya karena terlalu kepo dalam hal apapun. Citra suka sendirian, dengan begitu tidak akan ada yang berulah dan mengganggunya. Hanya saja sekarang dia tidak mau sendirian, karena kalau sendirian akan mengakibatkan kegalauan melanda kembali.

Citra pun langsung mematikan teleponnya saja. Setelah itu dia mengechat adik sepupunya itu agar segera bersiap-siap dan dalam kurun waktu 10 menit dia harus menjemputnya, secara harus dijemput adik sepupunya, kalau tidak jangan harap Citra akan boleh keluar. Jelasnya akan dicegah oleh kedua orang tuanya yang alasannya mau menikah tidak boleh keluar dan lain sebagainya.

Untungnya adik sepupunya itu anak yang patuh, makanya iya iya saja. Umur mereka juga hanya selisih satu tahun saja, tapi mereka berbeda karena adik sepupunya dalam memakai mobil sungguh lincah, kalau Citra tidak bisa menyetir mobilnya akibat tidak serius dalam belajarnya, kata Citra tidak penting bisa menyetir mobil, yang paling penting kan ada kendaraan umum tinggal pesan datang deh, begitu menurut Citra yang pemikirannya sungguh sederhana, tak suka kemewahan dan apa adanya. Meskipun dia terlihat elegant, tapi tak dapat dipungkiri dia anak yang sungguh mandiri. Tidak pernah sedikit pun menyusahkan kedua orang tuanya.

Citra tersenyum melihat balasan Cinta yang mengiyakannya. Dia lalu bersiap-siap ke arah kamar mandi untuk mencuci mukanya, setelah itu bermake-up senatural mungkin, dengan gaya rambut andalannya yaitu dikepang ala princes-princes gitu, tak lupa jepit love-love kesukaannya, kepangannya diukir dijadikan bandu ditata serapi mungkin. Cocok dengan wajahnya yang berbentuk mungil, menambah ke-elegantnya dan seperti masih masa remaja saja.

"Bagaimana? Sudah cantik belum? Sudah dong pastinya. Yang pasti Cinta akan kalah dengan kecantikan paripurna milikku ini. Lagian yaaa aku kan hanya bertemu dengan Citra kenapa sangat cantik seperti ini seperti sedang kencan saja. Haha. Biar deh pokoknya di mana pun dan ke mana pun aku harus kece badai, agar semua merasa iri kepadaku haha," hibur Citra kepada dirinya sendiri makanya mengoceh sendiri seperti itu. Tepat di depan cerminnya sambil berkacak pinggang dengan gemasnya.

Dia terkejut ketika mendengar suara yang berada di luar yang sangat dikenalnya itu yaitu suara Cinta yang saling tebar sapa kepada kedua orang tuanya. Citra sungguh tak percaya dengan kedatangan Cinta yang datang secepat itu. Lagian memang rumahnya tidak jauh dari Citra hanya berbeda jalan saja, jadi sudah pasti cepat sampai, tapi herannya kenapa sangat cepat sekali, apa dia tidak dandan? Begitu pikir Citra. Yang kini Citra pun keluar dari kamarnya karena sudah puas memandangi wajahnya. Dia ingin segera menemui Cinta dan segera pergi juga agar segera hilang kejenuhannya.

Citra berceloteh menyapa Cinta ketika sudah menuruni tangga dan melihat sepupunya yang sudah melambaikan tangannya ke arahnya. "Cintaaaa. Cepat sekali kamu! Ayo kita segera berangkat!" ajak Citra dengan secepat mungkin. Menurutnya dia seperti itu agar tidak didahului oleh kedua orang tuanya dan kepergiannya tidak cegah, makanya siasatnya seperti itu. Cinta hanya bisa cengengesan dan menepuk jidatnya pelan, takutnya dia dimarahi oleh om dan tantenya itu karena wajah om dan tantenya sudah agak berubah dan kini sudah menatapinya.

"Mau ke mana memangnya, Cinta?" tanya Cirul dengan suara yang ditekankan. Cinta hanya menatap Citra saja. Dia paham maksud Citra yang melototinya, dalam pelototannya itu seperti ada kata yang terukir kalau Cinta harus bilang yang mengajaknya dan bisa mencari alasan. Jangan sampai bilang kalau Citra yang mengajaknya.

Citra pun membatin dalam perjalanannya menuju ke arah Cinta. 'Cintaaa aku mohon kamu bilang kamu yang mengajakku saja! Kalau kamu tida berbohong dan bilang aku yang mengajakmu pastinya akan gawat dan kita tidak jadi keluar, mata papa saja sudah menyeramkan seperti itu. Terlihat jelas ada kata larangan di dalamnya.'

Cinta yang benar-benar sungguh mengerti langsung membalas ucapan omnya itu. "Ehhh itu, Om. Cinta mau mengajak Citra berbelanja baju. Buat acara pernikahan teman kita yang dalam waktu dekat-dekat ini. Biar terlihat kece badai kita, biasalah wanita kan memang harus suka shopping hehe," jawab Cinta dengan tanpa keraguan sedikitpun, supaya tidak terlihat kebohongannya. Maka dari itu ketegasan Cinta kini membuat kedua orang tua Citra percaya dan tak menaruh curiga sedikitpun.

"Belanja? Kalau Tante ikut bagaimana? Tante juga suka berbelanja dan sudah lama tidak jalan-jalan bersama kita, juga sama kamu Tante kan tidak pernah merasakannya, boleh ya Tante ikut," pinta Cassandra yang benar-benar gawat dan tidak mampu Cinta menolaknya. Dia mau berucap kata ya, tapi Citra langsung menolaknya.

"Tidak! Tidak boleh!"