Chereads / Dipaksa Menikahi Lelaki Buta / Chapter 18 - Pertolongan

Chapter 18 - Pertolongan

"Berani kalian menyakitinya ... aku tidak segan-segan membunuh kalian karena dia adalah calon istriku!" ucap Chandra dengan lantang. Tangan Citra sudah dipegang oleh Chandra dan ditariknya ke belakang. Citra kini berada tepat di belakang Chandra, tertutupi oleh punggung kekarnya. Menurut Chandra itu adalah bentuk rasa perlindungannya kepada Citra.

Citra yang mendengar kata calon istri merinding rasanya, tapi sedikit tersentuh di dalam hatinya. Pikiran Citra sekarang bagaimana Chandra bisa menghajar sementara dia buta? Dia hanya bisa membatin dan memberi semangat kepada Chandra. Pokoknya Citra sangat takjub dengan ulah Chandra yang benar-benar sangat melindunginya sekarang.

"Chandra awas! Kamu harus extra hati-hatiiii! Jangan sampai terluka!" pesan Citra yang dibalas oleh tawaan oleh kedua preman itu.

"Wiiih so sweet kalian berdua haha. Bagaimana bisa seorang lelaki buta melindungimu gadis cantik, mendingan bersama Abang saja enak dong," rayu preman yang lebih tinggi dengan terus mengedipkan matanya. Citra hanya membalas dengan meludah tepat di depan lelaki itu, untungnya dia menghindar jadinya hanya terkena telapak kakinya yang memakai sandal japit itu. Coba tidak menghindar pastinya tepat mengenai wajahnya.

"Berani kamu!" geram preman yang terkena ludah itu, tangannya sudah diulurkan ke arah Citra dan ingin menjambak rambutnya. Chandra pun dengan sigap mencekal tangan preman itu dan memelintirnya. Jadinya Chandra terlihat sangat hebat buat Citra, karena tidak bisa melihat tapi bisa merasakan gerakan lelaki itu.

Preman yang satunya melihat itu tertawa dan meremehkan temannya yang dipelintir itu, lemah sekali menurutnya, hanya seorang buta saja tidak bisa mengalahkannya. Pikirnya dengan kesombongannya. Ia lalu mencoba untuk menghajar Chandra juga lewat samping, tapi dia juga kalah karena Chandra mencekal tangannya juga, jadinya kini Chandra mencekal kedua tangan preman itu. Dan terus memelintirnya. Akibatnya kedua preman itu meringis kesakitan. Benar-benar kuat sekali tenaga Chandra itu, hanya memakai satu tangannya saja mereka sudah sangat kesakitan apalagi keduanya, bisa patah kalau seperti itu lama-lama.

"Huh rasakan kaliaaan! Ayo Chandra patahkan sekalian tangan mereka itu! Berani-beraninya ingin menodaiku! Kalian sekarang tau kan kalau calon suamiku ini sungguh sangat keren!" bangga Citra yang benar-benar keceplosan. Citra yang sadar dengan ucapannya dia hanya menyengir dan garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Mulutnya sesekali dipukul dengan telapak tangannya karena sungguh berbicara sembarangan sekali itu.

'Apa yang aku ucapkan tadi? Astagaaaa Citraaa. Pastinya Chandra benar-benar ke GR-an dah sekarang, huh kamu benar-benar tidak bisa mengontrol mulutmu ini! Huh.' Batin Citra yang terus menatapi punggung Chandra, tidak cengengesan lagi karena merasa malu dengan ucapannya yang ceplas-ceplos itu.

Sedangkan Chandra hanya tersenyum tipis akibat ucapan Citra yang benar-benar bersemangat. Biasanya Chandra bersifat cuek-cuek saja. Tapi entah mengapa dirinya bisa tersenyum karena ucapan Citra yang lumayan itu, mungkin bagi Chandra cukup menghibur juga. Dan faktanya ternyata Citra cukup lucu.

"Aaaa ampun-ampun, Bos, kita kapok, kita tidak akan mengganggu calon istri Bos lagi," mohon preman yang bertubuh tinggi. Lalu preman satunya juga menyahutinya.

"Iya ampun, Bos. Lepaskan kami, Bos! Kami tidak akan mengganggu lagi kami janji!"

Akhirnya Chandra pun melepaskannya. Citra juga senang karena perdamaian sekarang, tapi baru juga Chandra melepaskan sudah dihajar dan ditendang oleh preman itu. Akibatnya Chandra jatuh tersungkur dan meringis kesakitan.

"Kaliaaaan! Benar-benar biadap! Bisa-bisanya janji kalian itu palsu! Haha. Kalian pikir aku sendiri hah! Haha. Tidak mungkin lah," oceh Chandra.

Citra yang takut akan diapa-apakan lagi oleh para preman itu, dia berhamburan ke arah Chandra yang terkapar itu. Dia bingung harus berbuat apa. Tapi kenapa Chandra berucap seperti itu? Apakah akan mendapatkan bala bantuan? Begitu pikir Citra saat ini.

Dan benar hanya Chandra mengeluarkan siulnya kedua bodyguard-nya yang terus membuntutinya tadi datang. Memang sedari tadi bodyguard bersama dengannya, tapi saat di kejauhan melihat Citra yang diperlakukan seperti itu, barulah kedua bodyguard-nya bersembunyi. Chandra memang ingin mengasah kemampuannya yang lama dia tidak pernah latihan bela diri lagi, apalagi dia buta makanya harus sesering mungkin diasah supaya jadi kebiasaan dalam kehidupan kegelapan yang belum lama itu.

"Beraninya kalian melawan Bos kami!" marah bodyguard Chandra yang sangat kekar dan tinggi melebihi kedua preman itu. Pokoknya baru dilihat saja sudah merinding. Bahkan Citra saja berfikiran ini orang atau genderuwo kenapa tinggi sekali dan hitam legam, memakai kaca mata hitam lagi, sungguh menyeramkan dan bikin Citra tertawa tapi ditahannya karena bukan saatnya bercanda sekarang.

"Apa?! Jangan ikut campur kamu! Aku tidak berurusan dengan kalian berdua!" balas preman yang lumayan gemuk dari yang satunya. Menurutnya ini adalah urusan dia kepada Chandra yang menjadi pahlawan kesiangan itu dan sudah mengakibatkan tangannya sakit. Makanya kedua preman itu melakukan kecurangan supaya bisa membalas dendam kepada Chandra.

"Urusan Bos adalah menjadi urusan kita! Dari yang aku lihat tadi kalian benar-benar munafik! Bisa-bisanya bilang berdamai tapi setelahnya mencelakai! Itu bukanlah kesatria namanya!" jawab salah satu bodyguard itu. Membuat kedua preman tertawa bersama-sama. Karena apa perdulinya mereka. Bagi mereka yang penting uang, wanita dan kesenangan. Tidak ada yang lain lagi.

"Gak usah ceramah! Kalau mau ceramah di masjid saja! Hahaha." Kedua preman itu masih dengan tawanya dan tak ada basa-basi lagi, dengan cepat kedua bodyguard itu menghajar kedua preman itu yang tanpa persiapan. Akibatnya kedua preman itu terpental dan terkapar sekarang dengan keganasan kedua bodyguard itu. Membuat kedua kedua preman itu lari terbirit-birit dengan terpincang-pincang karena rasa takutnya.

"Rasakan kaliaaaan! Beraninya main keroyokan dan janji palsuuuu!" teriak Citra yang menghina keduanya. Dia benar-benar kesal dan merasa lega karena kedatangan Chandra dan kedua bodyguard-nya. Dia merasa aman sekarang dan tidak jadi mati, karena tadinya Citra sudah berfikiran kematian saja saat belum ada bantuan dari Chandra itu.

Citra kemudian mencoba membantu Chandra untuk bangkit. Chandra pun patuh saja dan saat Chandra sudah berdiri Citra pun tersenyum dan mengucap kata terimakasih karena rasa syukur yang dibantu olehnya.

"Terimakasih atas bantuanmu, Chandra. Aku sungguh berhutang budi kepadamu, sekali lagi terimakasih yaaa."

Chandra hanya mengangguk lalu menunjuk ke arah tangan Citra yang masih saja memegangi tangannya itu, membuat Citra segera melepaskan tangan Chandra dengan cengengesan sekarang.

"Ehhh sorry, tidak sengaja! Maaf lancang hehe. Ya sudah kalau begitu kamu mau ke ..." Belum usai Citra berbicara atau bertanya kepada Chandra tapi Chandra sudah pergi dengan cepat yang diikuti oleh kedua bodyguardnya. Menjadikan Citra merasa kesal ketika melihatnya.

"Astagaaaa aku kira dia sudah berubah karena berucap mengakuiku calon istrinya tadi, tapi ternyata dia sama saja yang sangat dingin dan sangat menyebalkan! Tapi ya sudah mau bagaimana lagi dah, nasib-nasib sudah digariskan berjodoh dengannya. Ya sudah deh aku hanya bisa pasrah," celoteh Citra dengan mencemberutkan bibirnya.