Di tempat Chandra berada.
Chandra sekarang sudah berada di kantornya, memang Chandra sudah lama tidak ke kantor, mengingat dirinya yang sudah buta itu. Jadi hanya bekerja di rumah saja dibantu oleh seseorang yang sangat setia yaitu tangan kanannya yang selalu bersamanya dalam hal apapun, hanya saja saat ini Chandra datang karena dirinya harus menyelesaikan sesuatu yang tidak beres di kantornya, harus Chandra yang turun tangan langsung akan hal itu. Tidak bisa lagi diwakilkan oleh tangan kanan maupun sekertarisnya ataupun lewat bekerja dalam online saja.
Semua pegawai yang begitu merindukan Chandra berbaris dan menunduk tanda menghormatinya. Chandra yang tau mereka semua berada di luar ruangannya. Karena Cailo tangan kanannya yang memberitahu Chandra, membuat Chandra menyuruh Cailo untuk membubarkan semuanya agar segera bekerja.
"Cailo kamu bubarkan mereka semua! Karena bekerja lebih baik dari pada membuang waktu sia-sia seperti itu di luar ruanganku. Sampaikan salamku kepada semuanya terimakasih atas penghormatannya, karena aku lagi punya kesibukan lainnya ini jadi tidak bisa menemui mereka!" perintah Chandra kepada Cailo.
Cailo yang mengerti mengangguk dan mengiyakan Chandra. Ia kemudian keluar ruangan Chandra dan memerintahkan semuanya untuk bubar seperti apa yang diperintahkan oleh Chandra.
Dan di tengah kesibukan Chandra yang sekarang sibuk menandatangani dokumennya. Chandra tiba-tiba terpikirkan oleh Citra, tersenyum saat teringat suaranya. Tidak tau mengapa dia menjadi seperti itu, padahal wajah Citra saja dia tidak tau karena buta, tapi dalam perkiraan Chandra, Chandra tau kalau Citra adalah gadis periang dan cantik juga menyenangkan. Namun, dia menepis rasa itu karena teringat oleh mantan kekasihnya yang sifatnya sama persis dengan Citra, jadinya Chandra yang tadinya tersenyum berubah menggeram dan mengepalkan kedua tangannya dengan masih menggenggam bolpoinnya.
"Ciiih apa-apaan tadi aku memikirkan dia segala! Mana hari pernikahan tinggal sebentar lagi, hmmmm. Terus apa-apaan tadi aku bilang calon istri kepada para preman tadi, seperti pamer deh aku hmmm. Tapi kalau tidak seperti itu mana bisa menolongnya, intinya aku tidak bermaksud apa-apa dan hanya menolongnya. Stop Chandra untuk berfikiran yang macam-macam! Ingat! Wanita itu pada dasarnya sama, hanya racun dunia saja!" Chandra mengoceh sendiri. Mengingatkan dirinya sendiri supaya tidak baik kepada wanita lagi. Sudah cukup dirinya disakiti sekali dalam seumur hidupnya.
Cailo yang sedari tadi ternyata sudah masuk ke dalam ruangan Chandra pun tersenyum mendengar ocehan bosnya. Cailo sangat mengerti sifat Chandra sejak kecil, kalau Chandra sudah memikirkan seperti itu berarti dia tertarik kepada sesuatu, jadi sudah pasti suatu saat harus mendapatkannya. Pokoknya Cailo sangat memahami betul, jelas saja di samping Chandra adalah bosnya, juga sekaligus teman kecilnya. Chandra lah yang sering membantu kehidupannya sejak kecil. Makanya jasa Chandra itu dibalas oleh Cailo dengan mengabdi kepada keluarganya. Maka dari itu Cailo menjadi tangan kanan Chandra yang sangat bisa diandalkan.
"Kamu sudah usai membubarkan mereka? Lalu kenapa bengong di situ melihatiku saja! Kenapa? Apa menertawakanku? Hmmm kamu ini! Ayo segera bantu rapikan ini semua! Lalu kita segera ke ruangan rapat!" Chandra memberi perintah lagi.
Ia segera menandatangani dengan cepat. Rasanya sudah lincah dan tau betul tata letak tanda tangannya. Hanya diarahkan oleh Cailo saja sekali tadi. Memang Chandra orang yang sangat cerdas. Tak heran tidak ada yang bisa membohongi, bahkan kerja sama antar perusahaan lain selalu sukses karena ahli dalam pendalaman penjelasan dan sedikit dibumbui rayuannya. Makanya papanya bangga dengannya, dan dipercaya oleh papanya dalam mengurus perusahaan. Sayangnya sekarang sudah buta makanya kurang optimal dalam pekerjaannya sekarang. Sehingga Chandra harus mulai membiasakan dirinya mulai sekarang juga.
Untungnya Chandra bisa tepat waktu melakukan tanda tangan itu, dengan begitu Chandra dan Cailo bisa menemui klien sekarang di ruang rapat yang tepat berada di samping ruangannya. Ternyata mereka menunggu kedatangan Chandra, klien yang datang dari luar negeri. Makanya Chandra datang ke kantor ya karena ini semua.
"Hello ... Mr. Chandra, nice to meet you. Happy to work with you," sapa lelaki bule yang tampan sama seperti Chandra, walau tampan tapi masih tetap tampan Chandra ke mana-mana. Dia sekarang mengulurkan tangannya bersedia untuk menjabat Chandra, untuk berkenalan agar semakin akrab kepada Chandra, sekedar berbasa-basi terlebih dahulu.
Chandra yang juga memang ramah kalau bersama para kliennya, dia menerima uluran tangan lelaki bule itu dan menjabat tangannya. Chandra mengira lelaki bule itu seumuran dengan papanya, semacam pebisnis tua dan sudah tersohor berdiri lama perusahaannya, tapi ternyata masih sama mudanya seperti Chandra, jadi bagi Chandra di luar negeri sangat hebat banyak muda-muda sudah sukses dalam berkarirnya, makanya Chandra juga sangat bersemangat dalam bekerja, ingin seperti mereka yang sangat sukses dalam berkarirnya. Itulah mengapa Chandra walau sudah sukses masih tetap saja belajar dan belajar, tidak pernah puas kepada dirinya, karena menurutnya di luaran sana masih banyak yang di atasnya. Menjadi motivasi untuk Chandra.
"Hello also Mr. Eiro, nice to meet you and work with you too. Let's start meeting it!" ajak Chandra yang dirinya juga sangat mahir dalam bahasa inggris. Melepaskan jabatan tangannya dan duduk sekarang. Memulai menjelaskan kerja samanya.
Chandra sangat lincah dalam menjelaskan semua itu. Meski dia buta, tapi Eiro tidak mengetahuinya dan mengira Chandra tidak buta saja, karena kehebatan Chandra yang bisa menipu seseorang yang baru dikenalnya, juga bantuan dari Cailo yang sangat ahli dalam memberikan kode. Itulah mengapa Chandra sangat bersyukur bisa memiliki Cailo, satu kesatuan yang klop antara Chandra dan Cailo, tidak bisa terpisahkan.
Akhirnya Eiro pun menyepakati untuk benar-benar bekerja sama karena puasnya dia dalam penjelasan Chandra. Biasanya kalau Eiro tidak puas langsung saja menolak siapapun itu. Karena dirinya sangat dingin sama seperti Chandra, yang sangat disulit didekati.
Eiro pun mulai bertepuk tangan dengan kerasnya, senyuman lebar terukir di bibirnya dengan sangat senangnya.
"Wow really very good. It turned out that according to what people said about Mr. Chandra's expertise, really I really liked Mr. Chandra. Thank you very much," puji Eiro dengan bangga kepada Chandra.
Chandra tersenyum dengan membenarkan kaca mata hitam yang sedari tadi dipakainya. Memang semenjak Chandra buta kaca mata hitam itu selalu menemaninya ketika keluar dari rumahnya. Cailo juga ikut bertepuk tangan dan sangat bangga dengan bosnya. Mengangkat jari jempolnya dengan senyuman yang sangat tipis.
"Thank you, thank you Mr. Eiro. Mr. Eiro is also great. if there is time to play my house."
Eiro menganggukkan kepalanya. Akhirnya meeting selesai dan Eiro pun pergi dengan urusannya lainnya. Kalau papa Cito nanti mendengar semua ini pastinya akan menjunjung tinggi Chandra, biasanya seperti itu, tetap Chandra biasa saja dan sangat dingin kepada papanya. Memang perusahaan yang dipegang papanya hanya berdampingan dengan perusahaan yang dipegang Chandra, hanya saja papanya sok sibuk makanya jarang mengunjungi perusahaan yang dipegang oleh Chandra.