Chereads / Dipaksa Menikahi Lelaki Buta / Chapter 14 - Mau Pergi?

Chapter 14 - Mau Pergi?

"Tidak! Tidak boleh!" sambar Citra dengan secepat kilat. Dirinya benar-benar tidak mau kalau mamanya ikut, niatnya saja hanya bersama sepupunya saja untuk menghilangkan kejenuhan eh malah mamanya mau ikut. Kalau misal mamanya ikut takut saja beliau menyebalkan karena mamanya sudah pasti tidak akan menghiburnya dan hanya akan datar seperti papanya saja. Beliau saja tidak pernah membela Citra karena takut kepada papa Citra, jadi bagi Citra mamanya tiada guna. Seperti tidak punya mama saja, semuanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Jadi Citra seperti sebatang kara saja dan serba mandiri.

Cinta hanya diam, dia tidak paham dengan semua itu. Matanya terus menatapi Citra dengan kebingungan, lalu menatapi wajah om dan tantenya yang raut mukanya aneh itu. Dia pun membatin. 'Ada apa ini sebenarnya? Kenapa seram sekali rasanya hawa di rumah ini. Apa akan ada perang dunia ke-lima antara anak dan kedua orang tua ini?'

Mama Cassandra yang tidak terima dan masih ingin ikut, beliau pun berujar sekali lagi. Malahan beliau merengek seperti anak kecil saja kepada Cinta. Tangannya juga sudah bergelayut manja di bahu Cinta, mambuat Cinta semakin kebingungan dan mengernyitkan dahinya. "Boleh ya, Cinta. Tante ikut, boleh yaaa. Tante gak akan macam-macam kok."

Citra yang mendengar itu rasanya geli. Dirinya kesal kepada mamanya itu yang ucapannya diabaikan olehnya. Padahal ia bilang tidak boleh tapi mamanya masih menyerang saja dan tetap bersikeras untuk ikut. Pikir Citra mau apa mamanya itu merengek sampai segitunya, apa disuruh papanya untuk mengawasinya makanya sangat keras kepala seperti itu.

Citra pun menghembuskan nafasnya dengan kasar. Melengos dan melipat kedua tangannya di dada. Cinta yang melihat sikap Citra itu kini dia lah yang bertindak, sedikit membela sepupunya itu supaya bisa keluar berdua saja, meski tidak menjamin kalau pembelaannya ini akan berhasil tapi setidaknya apa salahnya kan mencoba. Cinta benar-benar kasihan kepada sepupunya itu yang sungguh terlihat jenuh dan tidak ingin diganggu oleh mama ataupun papanya.

"Emmm mending lain kali saja kalau Tante mau ikut, soalnya ini urusan remaja Tante, jadi gak apa-apa ya untuk kali ini saja?" seru Cinta yang dibalas oleh Cassandra dengan wajah kekecewaan.

Papa Cirul yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepalanya, menurutnya perdebatan mereka sungguh tidak masuk akal, ditambah istrinya yang sekarang ini terus merengek dan melirik sesekali ke arahnya dengan wajah yang memelas. Kalau sudah seperti itu Cirul tidak akan bisa mengabaikan wajah istrinya yang sedih itu. Akhirnya dia yang memberikan keputusan terakhir untuk semuanya supaya adil agar segera usai dan tidak menimbulkan keributan lagi. Tapi bagi Citra itu sungguh keputusan yang tidak adil, tapi keputusan itu adalah keputusan yang egois yang hanya mementingkan mamanya saja dan terdengar sebuah ancaman.

"Diam kalian semuaaaa! Mendingan tidak usah keluar kalau ribut seperti ini! Sekalian Citra di rumah saja kalau Mama tidak diajak!" sembur papa Cirul yang menjadikan Citra semakin kesal sekarang. Rasanya dia tidak ingin keluar saja, moodnya sudah hancur berantakan lagi, bagaimana tidak? Mamanya itu benar-benar tidak mau mengalah dan seperti mama tiri saja. Kedua orang tua Citra sungguh egois dan hanya saling mementingkan dirinya sendiri saja.

"Oh jadi begitu? Ya sudah Citra tidak akan keluar! Mendingan Cinta pulang saja! Maaf Cinta tidak jadi keluar, maaf merepotkanmu!" balas Citra yang ikut-ikutan marah juga, sampai-sampai posisi Cinta terjepit sekarang, merinding rasanya apabila seperti ini. Mau pulang saja bingung harus bagaimana memulainya, dalam pikiran Cinta andai mempunyai ilmu menghilang pasti langsung menghilang saja sampai rumahnya, dari pada seperti ini mau berpamitan pulang juga pasti akan serba salah.

Citra sudah mulai membalikkan badannya, melangkahkan kakinya beberapa langkah saja. Berniat untuk kembali ke kamarnya. Namun, papa Cito pun mencegahnya dengan suara yang menggelegar, sementara mama Cassandra juga ikut bingung dan merasa bersalah. Padahal beliau hanya ingin sesekali bersama anaknya dan menemaninya saja, tapi kenapa hal itu menjadi masalah sekarang. Mungkin karena kesibukannya itu membuat Citra tidak terbuka sekarang dan mulai menjauh darinya, ditambah mama Cassandra juga tidak pernah membelanya sedikitpun dari papanya, maka dari itu menjadi seperti ini. Mama Cassandra juga sadar diri dari awal, tapi dia bisa apa? Selalu tak bisa kalau membantah suaminya itu karena mama Cassandra sudah takut duluan kepada suaminya itu.

"Citraaaaa! Mau ke manaaaa! Mau pergi? Atau Papa tidak akan mengizinkannya lagi walaupun besok atau lusa atau kapanpun itu!"

Citra yang mendengar itu semakin menjadi rasa kesalnya, bisa-bisanya papanya itu mengancam seperti itu. Yang membuat Citra merinding rasanya, kalau sudah keluar ancaman papanya, selalu Citra tak bisa berkutik dan akhirnya dia patuh terhadap ucapan papanya itu. Dengan membalikkan badannya kembali dan melangkah ke arah Cinta dengan langkah yang malas, tidak bersemangat lagi seperti semula.

Mama Cassandra yang sungguh iba kepada putrinya itu beliau mencoba mengalah dan tidak mau ikut lagi, tapi sudah terlambat karena suaminya itu sudah pasti akan menolaknya.

"Ma, ayo cepat pergi! Temani Citra!" perintah papa Cirul dengan alis yang dinaikturunkan dan dagunya ikut menunjuk ke arah Citra.

"Tapi, Pa? Tidak jadi deh, Mama sudah tidak mood dan malas, mendingan Mama menemani Papa saja deh ya, Papa kasihan sendirian di rumah," tolak mama Cassandra dengan senyuman manisnya sembari matanya dikedipkan bermaksud merayu.

Citra yang sudah semakin dekat dengan mamanya itu pun berbisik tepat di telinga mamanya. "Sudah telambat! Sok sekali mau mengalah kamu, Ma. Heleh."

"Ayo Cinta, kita pergi!" ajak Citra yang sudah berjalan duluan mendahului Citra.

Sementara Cinta hanya cengengesan saja dan menganggukkan kepalanya, setelah itu dia menyusul Citra yang berjalan dengan langkah yang dipercepat dan semakin menjauh itu. Mama Cassandra pun berpamitan kepada suaminya terlebih dahulu dan mengecup punggung tangannya, tak lupa cium pipi kanan dan kirinya.

"Hati-hati, Maaa. Jangan lupa jaga si Citra dengan baik. Jangan kamu memanjakannya! Awas saja kalau memanjakannya!" pesan papa Cirul yang diangguki oleh suaminya itu.

Langkah mama Cassandra pun dipercepat agar tak tertinggal oleh Citra dan Cinta yang sudah menunggunya di luar itu. Sebenarnya mama Cassandra benar-benar tak ingin ikut karena merasa tak enak dengan putrinya itu, tapi sudah terlanjur karena keinginannya itu. Dia tak menyangka kalau suaminya itu akan lebih mementingkan dirinya dari pada anaknya, padahal dia ingin menguji tadi, ia memang bahagia karena suaminya begitu mencintainya, tapi sedih saja anak dan suaminya itu sangat merenggang hubungannya, dan karena ketidak bisanya membela Citra, hubungan dirinya dan Citra juga ikut merenggang. Mungkin ini hukuman untuknya karena selalu meninggalkan Citra karena kesibukan. Jadi mulai sekarang dia akan sering-sering didekat Citra tapi rasanya sudah sangar terlambat.