"Saya mau pesan jus avocado 2 dengan coklat creamy yang banyak sama kentang goreng porsi besar. Sudah itu saja, jangan lama-lama ya, Mbak," balas Citra tanpa melihati buku menu, karena dia sudah hafal betul menu cafe yang ada di samping kampusnya itu. Lagian Citra jarang nongkrong di situ dan memesan yang aneh-aneh, paling-paling yang dia lakukan hanya di perpustakaan saja, belajar dan belajar. Kalau ke cafe itu pastinya hanya dibungkus dan dinikmati di dalam kelas saja. Jadi semua lelaki tidak semudah itu untuk mendekati Citra.
Pelayan wanita itu pun mengangguk mengerti dan pergi untuk memenuhi pesanan Citra. Citra mengangguk dengan seringai liciknya, dia nantinya akan mengerjai Chandra supaya kapok, lagian salah sendiri Chandra sok kecakepan baginya. Sudah buta, sok pula, padahal dia tak menyadari kalau dirinya juga sok kecakepan ketika lelaki datang mendekat, dia biasanya dengan sigap langsung menolaknya, mungkin sekarang inilah balasan buat Citra atas sikapnya selama ini. Jadinya sekarang dia mendapatkan jodoh yang dingin bagaikan kulkas 2 pintu itu.
"Jadi? Kamu menyetujui perjodohan ini?" tanya Citra yang mendahului berbicara, dia sedikit berbasa-basi karena tak terbiasa diam, kalau bukan Citra yang mendahului. Tidak akan mungkin Chandra yang dingin itu mendahului pembicaraannya.
"Iya terpaksa."
Balasan dari Chandra itu membuat Citra seketika darahnya mendidih, karena balasannya sungguh selalu singkat, lalu Citra tak mau kalah dari Chandra. Malahan balasan Citra semakin panjang dibuatnya supaya Chandra semakin kesal kepadanya.
"Ohhhh terpaksa? Iya sama, aku juga sangat terpaksa, lagian aku juga masih muda, masih mau menyelesaikan study, kalau kamu kan sudah tua, jadi kita ini tidak cocok, bagaikan bulan dan matahari yang tidak akan pernah bisa bersatu, kecuali kalau dunia ini sudah runtuh."
"Ohhh ya sudah, berarti klop, tinggal nanti bilang ke papa kita masing-masing, beres deh," balas Chandra yang baru kali ini dia mau membalas ucapan Citra dengan panjang lebar itu.
Tapi tetap saja terdengar kesal ucapannya itu di telinga Citra, karena tak ada suara lemah lembutnya, yang ada Chandra terus dingin dan kasar saja. Jadinya membuat Citra malas terus kepadanya. Citra hanya bisa menganggukkan kepalanya saja dengan sesekali berdehem dan menunggui pesanannya.
Ketika pesanan sudah datang. Citra tersenyum ke arah pelayan wanita itu seraya mengibaskan satu tangannya. Dia pun mulai menjahili Chandra dengan ide nakalnya. Dengan menaruh saos cabai dengan ukuran banyak di kentang itu. Tepat berada di hadapan Chandra nanti.
Menurut Citra supaya Chandra memakan kentang goreng itu dan menyengir karena kepedasan. Lalu sekarang yang Citra lakukan pertama-tama Citra berdehem terlebih dahulu, sehabis itu dia meminum jusnya dalam beberapa tegukan. Lalu menarik lengan baju Chandra supaya tangannya itu bisa memegangi jusnya. Akhirnya Chandra yang tidak tahu apa-apa itu menerimanya saja dengan sesekali menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Minumlah jus ini! Maaf aku tak bermaksud lancang, toh lagian kita gak saling bersentuhan tangan, aku tau kamu itu sok sekali, sepertinya kamu panuan makanya tidak mau bersentuhan kulit denganku, iya pokoknya aku tidak akan menyentuh kulit kamu. Tenang saja!"
Ocehan Citra membuat Chandra membelalakkan matanya, bahkan dia ingin menyergahnya, tapi selalu disergah duluan oleh Citra. "Ehhh tapi, aku ...."
"Kamu mau aku berterimakasih kepadamu? Iya deh pokoknya aku sangat berterimakasih karena kamu telah memperhatikan aku dengan tak boleh menyentuhmu, tenang saja aku tak akan bilang orang-orang kalau kamu panuan, cukup kita berdua yang tau, lagian panu juga hilang dengan obat salep, coba saja beli di apotek, pasti ada." Citra terus mengoceh tidak jelas dengan sesekali menahan tawanya. Dia selalu mempunyai cara untuk menghibur dirinya dari dinginnya Chandra, makanya mengarang cerita seperti itu.
Citra pun membatin. 'Rasakan kamu, tak bisa menyergah atau mengeles kepadaku, aku tau kalau kamu ingin menjelaskan kalau kamu tidak panuan, emang aku sengaja mengoceh seperti itu, biar kamu bertambah kesal kepadaku, lagian salah sendiri sok dingin, pastinya aku akan membuat kamu menjadi bawel juga seperti ku suatu saat nanti, karena meskipun kita menolak perjodohan ini, atau bahkan merengek sekalipun, pastinya kita akan tetap dijodohkan.'
Sambil membatin. Citra menyesap jus avokadnya dan menatapi Chandra, bahkan dia juga memainkan sedotan yang ada di dalam gelas itu. Terlihat jelas kalau Chandra juga sedang berfikir, pastinya dia juga membatin dengan sempurna, jadinya Citra membiarkan saja.
Dan Chandra benar-benar membatin. 'Dia apa-apaan sih? Aku panuan? Mana mungkin? Dia mengarang sekali, kenapa tidak menjadi dukun saja kalau pintar mengarang seperti ini, biasanya dukun kan tukang bohong, sama seperti dia yang suka mengarang dan berbohong tidak jelas ini. Rasanya dia tidak akan cocok denganku nanti, pastinya kehidupan seperti apa nanti yang akan kita jalani ketika sudah menikah kelak. Hmmmm. Nasib, nasib. Semua wanita di seluruh dunia ini ternyata gila. Haaaaa.'
Chandra pun menyesap jusnya juga. Rasanya dia benar-benar mendidih, makanya butuh yang segar-segar. Sekarang dia meraih kentang yang ada di hadapannya itu, tanpa menaruh curiga terhadap Citra sedikitpun, dia meraih kentang itu dengan kehati-hatian lalu mencicipinya dengan nikmat.
"Bagaimana rasanya? Apa enak?" tanya Citra dengan menyengir karena tau kalau kentang itu sangat pedas karena ulah dan tingkahnya.
Chandra mengangguk saja dengan memperlihatkan jari jempolnya, setelah itu meminum jusnya kembali dan berucap. "Kentangnya sungguh enak, pedas dan nikmat, benar-benar seleraku."
Citra yang tak habis pikir karena Chandra bisa melahap kentang yang sangat pedas itu dalam jumlah banyak, ia pun geleng-geleng kepala dan membalasnya. "Bagaimana bisa kamu melahap banyak kentang itu? Bukankah kentang itu?"
Untung saja Citra menghentikan ucapannya, makanya tidak sampai terdengar oleh Chandra, dia yang sungguh penasaran langsung meraih kentang itu dan memakannya. Namun, hanya satu irisan kentang saja menyentuh lidahnya, dia pun berteriak dan meneguk jusnya sampai habis.
"Aaaa pedasnyaaaaa. Makanan apaan iniii, seperti ini kamu bilang enaaaak. Hmmm kamu benar-benar aneh haaaaa," oceh Citra yang sesekali masih melirik ke arah Chandra dan sibuk melihati di sekitarnya.
Citra yang sudah tak tahan lagi dengan pedasnya, tanpa berbasa-basi. Langsung saja meraih jus Chandra dan meneguknya pula sampai habis. Dia membungkam bibirnya ketika sudah tersadar kalau jus itu adalah milik Chandra. "Astagaaaa berarti secara tidak langsung kita— kita ciuman." Tapi kata ciuman tak terdengar oleh Chandra karena Citra sungguh lirih ketika mengucapkan itu.
"Kita? Kita apa? Kenapa dengan kentangnya memangnya? Bukankah kamu yang memesan? Tapi kamu benar-benar pintar, karena aku memang menyukai pedas, good pokoknya kamu."
Ternyata Citra salah sasaran, dia mengira Chandra tak suka pedas seperti dirinya, karena dari yang ia tau tentang orang buta di sekitarannya, memang sangat jarang yang suka pedas, tapi Chandra berbeda dari yang lainnya, makanya Citra sungguh sangat heran dan tak menyangka.