Chereads / Pelayan Terkuat Tanpa Warna / Chapter 7 - Bab 3 : Menjadi Pelayan Sang Putri

Chapter 7 - Bab 3 : Menjadi Pelayan Sang Putri

laki-laki yang meneriaki Ziel adalah seorang ksatria penjaga. Dia memiliki rambut perak agak gelap sepanjang bahu. Dia memakai baju besi perak yang mengkilap. Dilihat dari baju zirah yang dia kenakan, Dia tampak seperti ksatria penjaga sang putri.

Ziel terdiam melihat ksatria itu berteriak padanya. Entah bagaimana ekspresinya di balik topeng itu. Tapi Ziel hanya diam saja dan tidak menanggapinya. Hal itu membuat ksatria laki-laki tersebut semakin marah.

"Kenapa kau hanya diam saja? Apakah kamu bisu!?" Dia berteriak lebih keras dan tangannya menggenggam gagang pedangnya seakan siap menebas Ziel kapan saja.

Mendengar provokasi seperti itu, Ziel tidak merasa marah atau kesal padanya. Tapi Putri Elise marah mendengar ksatria laki-laki tersebut mengatakan hal itu.

"Kenapa kamu berteriak seperti itu Theodore? Akulah yang memintanya melepas topengnya. Mengapa kau mengira dia bertindak kurang ajar padaku?" Putri Elise memarahi ksatria laki-laki itu.

"Maa..Maaf Putri Elise. Saya pikir pelayan itu bertindak kurang ajar kepadamu. Jadi saya tidak bisa menahan amarah saya." Ksatria laki-laki itu menjawab dengan ketakutan pada kata-kata putri Elise.

"Mundur..." Setelah Putri Elise mengatakan itu. Ksatria laki-laki segera mundur dan berjaga di belakang Putri.

"Jadi Elise, apa yang kamu lakukan kali ini?" Gadis berambut perak panjang itu bertanya pada Putri Elise.

"Aku tidak melakukan apa-apa kak. Aku hanya melihatnya berdiri sendirian di sudut memakai topeng. Jadi aku penasaran." Putri Elise menjawab jujur pertanyaan Gadis itu.

"Jadi kamu memintanya untuk melepas topengnya?" Gadis itu bertanya pada Putri Elise lagi dengan nada serius.

"Ya...hehehe." Putri Elise tertawa kecil sebagai tanggapan.

Mendengar jawaban Putri Elise gadis itu hanya bisa memijat keningnya.

"Aku minta maaf atas apa yang telah dilakukan adikku. Maaf, Aku belum memperkenalkan diri dengan benar. Aku adalah Putri pertama Kerajaan Argaint. Namaku Aishia Argaint. Aku senang bisa mengenalmu." Sang Putri memperkenalkan dirinya sambil mencubit ujung gaunnya.

"Yang Mulia Putri Aishia tidak perlu memikirkannya. Nama saya Ziel Grisel. Saya adalah seorang pelayan yang mengikuti acara ini. Saya merasa terhormat bisa mengenalkanmu." Ziel sedikit membungkukkan tubuhnya sambil meletakkan tangan kanannya di dadanya.

"Untuk seorang pelayan muda, sopan santunmu terlihat sangat bagus dan terlatih." Putri Aishia memuji Ziel sambil tersenyum.

"Saya merasa terhormat menerima pujian seperti itu dari Yang Mulia Putri Aishia." Ziel sekali lagi menundukkan tubuhnya menerima pujian Putri Aishia.

"Tapi kenapa kamu memakai topeng? Bukankah kamu akan dicurigai jika memakai sesuatu seperti itu?" Putri Aishia memiringkan kepalanya bingung pada orang yang memakai topeng di depannya.

"Saya memakai topeng ini untuk menutupi bekas luka bakar saya dari orang-orang. Agar tidak menakuti dan membuat orang lain jijik, Yang Mulia." Ziel menjawab setengah jujur.

"Tolong jangan terlalu kaku, kamu bisa memanggilku Aishia, bolehkah aku melihat bekas luka bakarmu? Karena Elise akan terus-menerus merengek jika hal yang diinginkannya tidak dituruti. Untuk itu aku meminta maaf padamu." Putri Aishia dengan wajah yang sulit meminta Ziel untuk melepas topengnya.

"Ya Putri Aishia. Tapi kamu mungkin akan takut dan jijik saat melihatnya." Ziel hanya bisa setuju karena sulit menolak permintaan dari keluarga kerajaan.

Dia ragu apakah dia akan melepas topengnya atau tidak, tapi akhirnya menyetujuinya.. Sebelum Putri Aishia menjawabnya. Putri Elise memotongnya.

"Aku tidak akan takut dan jijik dengan hal seperti itu. Benar kan kak?" Putri Elise berkata dengan percaya diri.

"Ya, dia bukan gadis yang takut akan hal seperti itu. Hehe…" Putri Aishia tertawa kecil menyetujuinya.

Melihat putri bersaudari tersenyum seperti itu. Dia tidak punya pilihan selain melepas topengnya untuk mereka.

"Permisi..." Ziel melepas topengnya dan melihat Putri bersaudari itu terdiam. Dia bingung. Sebelum dia bisa bertanya, dia mendengar suara seorang gadis yang seperti melodi musik.

"Apakah tanda di wajahmu benar-benar karena terbakar?"

Orang yang berbicara adalah gadis berambut emas panjang berkilau dengan tiara di atasnya kepalanya dan mengenakan gaun putih yang elegan. Kulit putihnya tidak kalah cantik dengan Putri Aishia.

"Ya begitulah." Ziel menjawab singkat.

"Tapi tanda di wajahmu sekilas mirip dengan lingkaran sihir. Benar kan Aishia?" Gadis berambut emas itu masih tidak percaya.

"Ya jika kamu perhatikan dengan seksama itu mirip dengan lingkaran sihir tapi tidak terlalu jelas." Putri Aishia setuju dengannya.

"Benarkan? Ah aku lupa memperkenalkan diri. Aku adalah Putri pertama Kerajaan Aurelia. Namaku Freya Aurelia. Aku senang berkenalan denganmu." Putri Freya memperkenalkan dirinya dengan elegan

"Nama saya Ziel Grisel. Seperti yang saya katakan sebelumnya kepada Putri Aishia dan Putri Elise. Saya hanya seorang pelayan. Merupakan suatu kehormatan untuk berkenalan denganmu Yang Mulia Putri Freya." Ziel membungkukan tubuhnya dan dengan sopan memperkenalkan dirinya seperti sebelumnya.

"Seperti yang aku katakan. Tanda di wajahku ini adalah luka bakar. Hasil dari kecerobohanku selama pelatihan menjadi pelayan." Kemudian dia menjelaskan tentang keadaan wajahnya.

"kakak, bisakah dia menjadi pelayanku?" Tiba-tiba Putri Elise mengucapkan kata yang tidak terduga. Dan jawaban Putri Aishia lebih di luar dugaan.

"Tentu saja, tapi kita harus menguji kemampuannya terlebih dahulu. Bagaimana kamu bersedia melakukannya Ziel?" Sang Putri langsung menyetujui permintaan Putri Elise dengan syarat.

Ziel terdiam sejenak sebelum menjawab Putri Aishia. Dia mendesah di dalam pikirannya.

"Ya suatu kehormatan untuk melayani Anda. Silakan meunggu di mejamu ..." Ziel menerima tawaran Princess Aishia dan mempersilahkan mereka ke meja mereka.

Dia mempersilahkan para Putri untuk duduk di kursi mereka dengan sopan. Setelah itu dia membuat teh di depan para putri. Tindakannya benar-benar terampil dan luar biasa. Kemudian dia menyajikan teh yang dia buat kepada mereka. Para putri mulai mencicipi teh yang dia buat.

"Lezat. Teh yang kamu buat luar biasa. Ini pertama kalinya aku mencicipi teh seperti ini. Harum dan rasanya benar-benar luar biasa." Putri Aishia memuji Ziel sambil tersenyum.

"Kamu benar Aishia. Teh ini luar biasa. Bahkan di Kerajaan Aurelia aku belum pernah mencicipi teh seperti ini." Putri Freya setuju dengan perkataan Putri Aishia.

"Kau benar kak, kak freya. Jadi Ziel bisa menjadi pelayanku, kan?" Putri Elise bertanya penuh harap dengan mata berkaca kaca.

"Tentu saja..."

"Tunggu sebentar Putri. Menerima orang yang mencurigakan seperti itu untuk menjadi pelayan Putri Elise sangat berbahaya."

Sebelum Putri Aishia menjawab. Ksatria laki-laki yang sebelumnya meneriaki Ziel, memotongnya. Menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap keputusan sang putri.

"Apa yang kamu katakan? Apakah kamu memiliki hak untuk memutuskan apa yang baik dan tidak untukku dan Elise?" Putri Aishia merasa tidak senang karena ksatria laki-laki itu tiba-tiba memotong ucapannya.

"Bukan itu maksudku Putri, tapi kita harus waspada terhadap orang yang mencurigakan." Ksatria laki-laki itu menjawab Putri Aishia dengan sopan.

"Bagaimana kamu bisa mengatakan dia mencurigakan? Bukankah dia diasuh oleh kepala pelayan kerajaan? Dan aku tidak butuh pendapatmu tentang ini. Ini adalah keputusanku." Putri Aishia masih tidak senang dengan sikap ksatria laki-laki itu.

"Tapi..." Ksatria laki-laki itu masih tidak mau menerima keputusan Putri Aishia.

"Cukup teo... Ini keputusanku. Aku tidak mau mendengarnya lagi." Putri Aishia memotong kata-katanya dengan tegas.

"Yaay!!..ahem Ziel mulai sekarang kamu akan menjadi pelayan pribadiku. Karena hanya ada kamu sendiri. Jadi kau akan sekaligus merangkap sebagai kepala pelayan pribadi untukku." Putri Elise berteriak gembira sebelum akhirnya mengoreksi sikapnya.

Melihat Putri Elise tersenyum lebar seperti itu. Ziel tidak punya pilihan lain selain menerimanya. Bagaimanapun, ini adalah permintaan keluarga kerajaan.

"Saya merasa terhormat bisa melayanimu Putri Elise." Ziel meletakkan tangannya di dadanya dan membungkuk pada Putri Elise.

Membayangkan apa yang akan terjadi nanti dia hanya bisa menghela nafas. Kehidupan barunya sebagai pelayan sang putri akan segera dimulai.