Chereads / Pelayan Terkuat Tanpa Warna / Chapter 13 - Bab 9 : Menikmati Festival Bersamamu

Chapter 13 - Bab 9 : Menikmati Festival Bersamamu

Cahaya bulan berwarna ungu menyinari Ziel dan Putri Aishia yang sedang menikmati festival.

"Ziel lihatlah!! Ada banyak makanan unik yang belum pernah aku lihat disana!!" Putri Aishia menunjuk ke arah toko makanan sambil tersenyum lebar.

"Ziel lihat!! Ada banyak permainan, Ayo kita pergi ke sana dan coba bermain." Putri Aishia menarik Ziel seperti seorang gadis kecil.

Putri Aishia yang biasanya bersikap dewasa. Malam ini dia menjadi seorang gadis yang sesuai dengan usianya. Ziel hanya bisa mengikuti kemana Putri Aishia ingin pergi.

"Ziel lihat permainan menangkap ikan mas itu! Menurut sejarah, itu adalah permainan yang dibawa oleh seorang pahlawan yang dipanggil dari dunia lain ratusan tahun yang lalu. Ayo kita coba mainkan!" Dia menarik tangan Ziel mengajaknya bermain dengan penuh semangat.

"Baiklah." Ziel hanya bisa setuju pada ajakannya.

Di depan tempat itu Putri Aishia tidak sabar dan langsung ingin bermain.

"Tolong untuk dua orang!" Putri Aishia berteriak pada pemilik tempat itu.

"Oya oya...nona muda, apakah kau menikmati festival bersama kekasihmu?" Paman pemilik tempat itu menggoda Putri Aishia.

Mendengar apa yang dikatakan paman itu, wajah Putri Aishia memerah. Dia bingung dan panik tidak tahu bagaimana menjawabnya.

"Ini pegangnlah jaringmu. Jika kau bisa menangkap 5 ikan, kau akan mendapatkan boneka ikan mas ini sebagai hadiah." Paman itu menunjuk pada hadiah utama berupa boneka ikan mas besar yang dipajang di bagian atas.

"Aku pasti akan mendapatkannya!!!" Putri Aishia berkata dengan penuh semangat. Ziel hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sikap kekanak-kanakan Putri Aishia.

Putri Aishia mencoba menjaring ikan mas yang paling dekat dengannya. Namun saat dia mencoba menangkapnya. Jaringnya sobek dan ikannya kabur. Kemudian dia meminta jaring yang baru kepada paman itu. Kali ini dia mengincar ikan mas yang besar besar. Namun jaringnya robek lagi dan ikan mas itu jatuh ke kolam mencipratkan air ke arah Putri Aishia sehingga jubah dan pakaiannya basah.

"Aaahh... Bajuku basah semua!!" Dia berteriak karena terkena cipratan air.

"kau terlalu semangat bermain. Lepaskan jubahmu dan kenakan jubahku. Jika kau terus memakainya ketika kau berkeliling festival. kau akan kedinginan dan sakit." Ziel memberikan jubahnya kepada Putri Aishia.

"Ya, lagipula kau dan aku tidak punya mantra untuk mengeringkan baju. Aku masih bisa mencoba tiga kali lagi untuk menangkap ikan mas itu. Kali ini aku pasti berhasil." Dia mengganti jubahnya dengan jubah Ziel dan mulai menjaring lagi.

"kau masih ingin mencobanya?" Ziel bingung karena Putri Aishia masih ingin bermain setelah bajunya basah.

"Tentu saja. Karena aku menginginkan boneka itu!!" Putri Aishia berkata dengan penuh semangat sambil menunjuk boneka ikan emas besar itu.

"Baiklah, aku akan mengajarimu cara menangkap ikan itu." Ziel memegang tangan Putri Aishia yang sedang memegang jaring.

Karena jarak mereka begitu dekat, Putri Aishia bisa merasakan panas tubuh Ziel dan mendengar suara nafasnya. Putri Aishia merasakan jantungnya berdebar sangat cepat. Dia merasakan panas di sekujur tubuhnya. Ziel tidak menyadari perubahan sikap Putri Aishia. Dia hanya fokus mencoba menangkap ikan mas terdekat. Dia dengan cepat dan hati-hati menjaring dan memindahkan ikan mas itu ke dalam wadah kecil.

"kau harus menangkapnya seperti itu. Apakah kau mengerti, Aishia?" Dia menunjukkan caranya menangkap ikan emas itu kepada putri Aishia.

"Um..." Putri Aishia hanya mengangguk dengan wajah memerah seperti tomat.

"Tolong beri aku jaringnya." Ziel meminta jaring pada paman pemilik tempat itu.

Setelah menerima jaring itu, dia segera mencoba menjaringk ikan mas terdekat. Dalam waktu singkat dia akhirnya bisa menangkap 5 ekor ikan di wadah kecilnya. Dia lalu memberikan ikan mas tersebut kepada paman pemilik tempat itu dan meminta hadiahnya.

"Aku sudah mendapatkan lima ikan. Seperti yang kau janjikan cepat berikan aku bonekanya." Ziel menyerahkan wadah kecil berisi 5 ikan mas kepada paman itu dan meminta hadiahnya.

"Baiklah...haaah...Aku akan bangkrut jika semua orang seperti dirimu." Paman itu hanya menghela nafas dalam dan dengan enggan memberikan bonekanya.

Semua orang di sekitar melihat Ziel dengan kagum karena dia bisa menangkap 5 ikan mas itu dengan cepat. Mereka juga melirik ke arah Putri Aishia, meskipun dia mengenakan jubah. Itu tidak sepenuhnya menutupi kecantikannya.

"Ini untukmu, Aishia." Ziel memberikan boneka itu kepada Putri Aishia.

"Ini untukku? Bukankah kau yang mendapatkannya?" Putri Aishia tidak percaya Ziel akan memberikan boneka itu padanya.

"Bukankah kau bilang bahwa kau menginginkannya? Lagi pula, aku tidak mungkin menyimpannya. Jika kau tidak menyukainya. kau bisa memberikannya kepada Putri Elise. Tapi tolong rahasiakan ini." Ziel membuat alasan agar Putri Aishia menerimanya.

"Tidak. Aku akan menyimpan ini. Aku tidak akan memberikannya pada Elise." Putri Aishia memeluk boneka itu dengan erat. Seolah-olah takut boneka itu akan hilang.

"Baiklah, ayo pergi ke tempat lain. Bagaimana kalau kita mencoba makanan di sini?" Ziel mengundang Putri Aishia untuk makan.

"Nn..." Saat Ziel menarik tangannya, Putri Aishia hanya mengangguk pelan seperti gadis kecil.

Malam itu mereka berkeliling ke semua tempat makan dan mencobanya satu per satu. Hingga akhirnya tiba saat kembang api dinyalakan. Ziel dan Putri Aishia duduk di sebuah taman yang tidak banyak orang berkumpul dan memiliki pemandangan yang bagus untuk melihat kembang api.

"Pasti akan terasa sangat bahagia jika bisa melihat ini dengan orang yang kau cintai." Putri Aishia bergumam pelan.

"Orang yang kau cintai, mungkin aku tidak akan pernah memilikinya lagi." Ziel menjawab pelan pada gumamannya.

Putri Aishia sedikit gemetar mendengar Ziel menjawab gumamannya. Dia tidak mengerti apa maksud kata-kata Ziel.

"Ayo pulang. Ini hampir tengah malam. Aku khawatir orang-orang di kastil akan mencarimu, Aishia." Ziel mengajaknya pulang.

"Nn ..." Putri Aishia mengangguk pelan

Ziel dan Putri Aishia berjalan berdampingan pulang menuju kastil di bawah cahaya kembang api.

***

Sesampainya di kastil, Ziel pamit pada Putri Aishia dan memilih jalan lain agar tidak terlihat oleh penjaga atau pelayan di kastil, tetapi sebelum Ziel pergi Putri Aishia memanggilnya.

"Ziel..." ucap Putri Aishia pelan.

"Ya, Putri?" Ziel menatap langsung ke wajah Putri Aishia.

"Sampai jumpa nanti malam." Dia berkata dengan malu-malu dan berlari menuju kamarnya.

Ziel hanya melihatnya dengan acuh tak acuh dan berbicara perlahan sehingga tidak ada seorangpun yang bisa mendengarnya.

"Maaf, saat ini aku tidak bisa merasakan apapun kepada siapapun."

Kemudian dia berjalan menyusuri koridor menuju kamarnya.

***

Sampai di kamarnya, Putri Aishia langsung membenamkan dirinya di tempat tidur. Dia berguling-guling sambil memeluk boneka yang diberikan Ziel sebagai hadiah. Dia memegang dadanya yang masih berdebar kencang sampai sekarang.

"kau sepertinya habis bersenang-senang, Putri."

Tiba-tiba terdengar suara gadis yang terdengar marah dari sudut kamar Putri Aishia, karena kamarnya agak gelap, sehingga Putri Aishia tidak menyadarinya.

"Siesta...Sejak kapan kau ada disitu!?" Putri Aishia terkejut melihat Siesta sudah berada di dalam kamarnya.

"Sejak kau datang dan berguling-guling dengan boneka yang kau bawa itu." Siesta menjawab Putri Aishia dengan jujur.

"Apaaa!?...Kenapa kau tidak mengatakan apa-apa saat aku masuk!!" Putri Aishia menyembunyikan wajahnya dengan boneka.

Tindakan seperti ini sangat jarang dilakukan oleh Putri Aishia. Bahkan Siesta pun tercengang melihatnya. Karena selama dia menemani Putri Aishia, Dia belum pernah melihatnya seperti ini. Saat ini dia terlihat sangat menggemaskan. Siesta hanya bisa tersenyum lembut menatapnya.

"kau tampak sangat bahagia malam ini. Apakah sesuatu yang baik telah terjadi?" Tanya Siesta langsung to intinya.

Mendengar pertanyaan itu Putri Aishia tersenyum manis. Bahkan Siesta terpesona oleh senyumannya.

"Ya, sesuatu yang sangat baik." Putri Aishia menjawab sambil memegangi dadanya yang masih berdebar kencang.