Suasana kamar Putri Aishia menjadi sunyi. Dia tidak bisa berkata apa-apa setelah mendengar apa yang dikatakan Ziel. Kali ini Ziel yang memecah keheningan diantara mereka.
"Seperti yang aku katakan. Aku bisa menyembuhkanmu. Tapi kau harus bekerja sama denganku. Apakah kau mau, tuan putri?" Ziel mengatakan hal itu lagi padanya.
"Kau serius dengan ucapanmu? Kau tidak membohongiku kan, Ziel? Kau berkata seperti itu bukan hanya untuk membuatku senang, kan?" Putri Aishia menghujaninya dengan pertanyaan satu demi satu.
"Apakah kau pikir aku akan datang kepadamu di tengah malam secara diam-diam hanya untuk menghibur, putri?" Ziel berkata dengan wajah serius.
"Ka...kau benar. Tapi bisakah kau benar-benar menyembuhkanku?" Putri Aishia masih tidak bisa mempercayainya.
"Tentu saja. Anda tidak hanya akan sembuh, tetapi kau juga akan menjadi seorang penyihir yang hebat setelah kau sembuh. Perawatan ini mungkin akan berlangsung lama. Paling cepat 10 hari, atau bisa juga sampai 2 bulan. Semua itu tergantung padamu. Bagaimana putri? Apakah kau mau mengikuti perawatanku?" Ziel menjawab pertanyaannya dan menjelaskan tentang perawatan Putri Aishia.
"Aku mau...Jika yang kau katakan itu benar. kau bisa melakukan perawatan itu sekarang juga." Putri Aishia mengangguk dengan penuh semangat dan menyetujui perawatannya.
"Baiklah, permisi tuan putri." Ziel berjalan mendekati Putri Aishia.
Dia duduk di sebelahnya yang sedang tidur. Dia memegang tangan Putri Aishia. Putri Aishia terkejut dan secara refleks menarik tangannya. Lalu dia marah pada Ziel.
"Apa yang kau lakukan!? Beraninya kau melakukan hal yang kurang ajar padaku!?" Dia berteriak marah pada Ziel.
"Aku mohon maaf atas kelancanganku Putri Aishia. Tapi tahukah kau kenapa tubuhmu menjadi seperti ini?" Ziel menjawab dengan acuh tak acuh.
"Apa maksudmu?" Putri Aishia bingung mendengar apa yang ditanyakannya.
"kau seperti ini bukan karena penyakit, tetapi karena jumlah mana yang luar biasa yang ada di tubuhmu tidak terkendali dan akhirnya mengamuk. Aliran manamu menjadi kacau. Itu sebabnya setiap kali kau menggunakan sihir. kau akan merasakan sakit seperti ditusuk-tusuk dengan ribuan jarum di sekujur tubuhmu termasuk organ dalammu." Ziel dengan tenang menjelaskan keadaan tubuh Putri Aishia secara detail.
"kau... Bagaimana kau tahu itu? Bahkan Ayah dan Ibuku tidak tahu apa yang aku rasakan saat sakit!" Putri Aishia terkejut mendengar apa yang dikatakan Ziel.
"kau tidak perlu tahu tentang itu. kau hanya perlu percaya padaku. Jadi terserah kau. Apakah kau akan melanjutkan perawatan ini atau tidak?" Ziel berkata acuh tak acuh padanya.
Putri Aishia hanya diam menatap Ziel. Dia mencoba melihat ekspresi apa yang dia tunjukkan di balik topengnya. Setelah lama melihatnya, dia hanya bisa menghela nafas dalam-dalam.
"Ya, aku akan mempercayaimu kali ini. Tapi jika kau bertindak macam-macam. Aku akan berteriak." Putri Aishia memperingatkan Ziel.
"Aku mengerti. Yang aku lakukan hanyalah memegang tanganmu dan mengalirkan manaku padamu untuk membantumu mengendalikan aliran manamu yang kacau." Ziel tidak mengindahkan peringatannya.
"Apakah kau seorang mage, Ziel?" Putri Aishia penasaran dengan apa yang dikatakan Ziel.
Putri Aishia terkejut dengan apa yang dikatakan Ziel. Mempelajari sihir dan seni bela diri secara bersamaan bukanlah sesuatu yang langka. Tapi jika lingkaran sihir dan segel aura berbenturan satu sama lain. Ini akan mengakibatkan cedera yang serius dan bahkan permanen.
"Syarat pertamaku adalah selama perawatan Anda tidak boleh banyak bertanya, apalagi urusan pribadiku." Dia berkata dengan dingin kepada Putri Aishia.
"Ya ... ya aku mengerti." Dia menjawab dengan wajah ketakutan.
Ziel memulainya dengan memegang tangan putih dan lembut Putri Aishia. Putri Aishia tersipu setelah tangannya dipegang. Selain oleh ayahnya, dia tidak pernah bersentuhan langsung dengan lawan jenis. Suara Ziel memecahkan delusi Putri Aishia.
"Putri Aishia aku akan mulai mengalirkan manaku ke dalam tubuhmu. Mungkin akan terasa sakit, jadi tolong tahanlah. Rasakan dan ingat aliran mana yang alirkan. Perawatan ini membutuhkan kontrol mana yang luar biasa, jadi aku mulai." Kali ini Ziel yang memperingatkan Putri Aishia.
"aku mengerti." Dia menjawab dengan malu-malu.
Ziel mulai menuangkan mananya pada Putri Aishia. Mana berwarna abu-abu mulai memasuki tubuhnya. Dia mengalirkan mana dari tangan kirinya lalu ke jantungnya dan menyebarkannya ke seluruh tubuhnya dari otak, tangan kanan, perut, dan kakinya. Dan Ziel melakukannya lagi dan lagi sampai Putri Aishia mengingat prosesnya.
Putri Aishia terpesona melihat warna mana dari Ziel. Dia belum pernah melihat warna seperti itu. Tiba-tiba tubuh Putri Aishia menjadi panas. Dia merasakan sesuatu masuk jauh ke dalam dirinya. Tidak hanya tubuhnya, tetapi juga hatinya. Dan rasa sakit yang dia rasakan berbeda dari rasa sakit yang dia alami sebelumnya.
"Aahnn..."
Ziel mengerutkan kening saat mendengar erangan erotis dari Putri Aishia. Setiap laki-laki yang mendengarnya akan luluh dan nafsu liar mereka akan bangkit. Namun, tidak untuk Ziel. Justru ia merasa terganggu karena orang diluar kamar Putri Aishia bisa salah mengartikan apa yang terjadi di dalam kamarnya dan mulai curiga.
"Putri, tolong jangan mengeluarkan erangan tidak bermoral seperti itu." Ucap Ziel dengan serius.
"Aaa...apa yang kau katakan!? Apa maksudmu tidak bermoral!?" Putri Aishia merasa malu dan marah mendengarnya. Wajahnya memerah sampai ke telinganya.
"Tolong tenang Putri, fokus mengingat dan mengulangi aliran mana yang aku lakukan padamu. Manaku akan memimpin manamu. Karena kontrol mana semacam ini sangat sulit dan membutuhkan ketelitian dan jumlah mana yang sangat besar." Ziel kembali memperingatkan Putri Aishia.
"Kalau begitu jumlah manamu sangat...?" Putri Aishia memiringkan kepalanya tanpa sadar bertanya pada ziel.
"Apa?" Ziel bertanya dengan acuh tak acuh.
"Tidak... Tidak ada." Putri Aishia langsung menyadari kesalahannya.
Waktu terasa begitu cepat berlalu. Dan di luar sudah hampir pagi. Ziel melepaskan tangan Putri Aishia dan menghela nafas dalam-dalam. Dia kehabisan mana karena dia melakukan perawatan ini. Jumlah mana yang bisa dia keluarkan dalam keadaan kekuatannya disegel sangat terbatas. Jadi dia sedikit memaksakan dirinya dan sekarang tubuhnya kelelahan.
"Aah..."
Saat Ziel melepaskan tangannya, Putri Aishia merasa ada yang hilang. Ziel hanya menatap dan mengabaikannya. Dia bersiap untuk segera meninggalkan ruangan itu. Tapi sebelum pergi, Ziel berkata kepada Putri Aishia.
"Ini hanya perawatan awal, kita akan melakukan perawatan ini dalam beberapa hari ke depan. Untuk saat ini, hanya aku yang bisa melakukan perawatan ini untuk Anda. Hanya orang yang mengetahui kondisi tubuhmu, memiliki mana dalam jumlah besar dan memiliki kontrol mana yang sangat tinggi bisa membantu perawatanmu." Dia menjelaskan dengan suara lelah.
"Begitukah? Jadi kau akan kembali besok malam?" Putri Aishia bertanya dengan suara rendah dan malu-malu.
Putri Aishia tidak tahu bagaimana perasaannya saat ini. Tapi yang dia tahu hanyalah bahwa dia tidak sabar untuk bertemu lagi dengan orang ada di depannya ini besok malam.
"Ya, Tapi kau tidak perlu khawatir. Aku akan mencari cara agar kau bisa melakukan perawatanmu sendiri." Ziel menjawab tanpa mengetahui maksud sebenarnya dari kata-kata Putri Aishia.
"Bukan itu maksudku..." Katanya dengan suara yang nyaris tak terdengar.
"Apa yang kau katakan, Putri?" Dia tidak mengerti apa yang dikatakan Putri Aishia.
"Tidak... tidak ada." Putri Aishia segera menggelengkan kepalanya karena malu. Dia menyembunyikan setengah dari wajahnya dengan selimut.
"Dan tolong jaga rahasia ini dari siapa pun termasuk Raja dan Ratu. Itu syarat keduaku." Ziel mengatakan kondisi lain dari perawatannya.
"Ya, aku berjanji atas namaku sebagai Putri pertama Kerajaan Argaint." Putri Aishia berjanji dengan serius.
"Kalau begitu aku permisi dulu Putri." Dia pergi dan berjalan menuju pintu.
"Ah..." Putri Aishia mengulurkan tangannya berniat meraih baju Ziel. Tapi Ziel sudah berada di depan pintu kamarnya. Saat dia akan keluar, Ziel berkata tanpa berbalik.
"Selamat malam, Putri." Ziel berkata dengan lembut dan menutup pintu kamarnya.