Chereads / Anak sang pembantu / Chapter 59 - Chapter 59:Mertua

Chapter 59 - Chapter 59:Mertua

***Di Kediaman Danendra Di Jakarta ***

Kebetulan hari ini adalah akhir pekan. Sengaja Danendra bermalas-malasan di rumah, menghabiskan waktu dengan putri dan istrinya. Asha lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar. Entah bermain dengan Hayana atau hanya beristirahat sembari memainkan ponselnya.

Ketukan di pintu kamar, mengejutkan pasangan suami istri yang sedang menikmati waktu santainya dengan berbincang di kamar mewah mereka. Asha masih menyandarkan tubuhnya Di dada kekar suaminya bermain ponsel saat asisten rumah masuk dan memberi kabar pada mereka.

"Pak, di luar ada tamu yang memaksa masuk dan bertengkar dengan security," jelas sang asisten.

"Siapa?" tanya Danendra , segera beranjak ke arah jendela kamarnya. Menyingkap tirai untuk melihat jelas siapa tamu yang dimaksud.

Matanya membulat saat melihat tamu yang sedang beradu mulut di pos security. Emosi Danendra mencuat seketika.

"As , aku ke bawah sebentar," pamit Danendra ,bergegas turun meninggalkan Asha dengan penuh tanda tanya akan kehadiran tamu yang tiba-tiba mengusik ketenangan Danendra .

Danendra bergegas keluar dari kamarnya, setengah berlari dengan amarah menumpuk. Para asisten rumah tangga pun menyingkir ke pinggir, memberi jalan untuk tuan rumah yang sedang murka.

Danendra sudah berdiri dengan bertolak pinggang,tatapan tajam pun ditujukan pada wanita yang sedang berdebat dengan pak security penjaga pos jaga. Entah apa yang dipikirkan wanita tidak tahu malu yang sudah diusir dengan cara tidak terhormat, tetapi masih berani menginjakan kaki ke kediamannya seolah tidak ada yang terjadi sebelumnya.

"Mau apa kamu datang lagi ke sini?" teriak Danendra ,dengan emosi terpancar jelas di matanya. Danendra bisa melihat sendiri perdebatan di antara Isyana dan penjaga gerbang rumahnya. Saling melempar kata dan ancaman.

"Pak!" sapa security saat menyadari kehadiran Danendra .

Isyana , wanita itu dengan santai tersenyum manis seperti biasanya. Dengan langkah gemulai,berjalan menuju ke mobilnya sembari memberi perintah pada security.

"Pak, tolong buka gerbangnya," perintahnya, menolak menjawab pertanyaan Danendra .

"Is, apa-apaan ini?" tanya Danendra , menghampiri Isyana dan menyentak kasar tangan wanita yang akan membuka pintu mobilnya.

"Is ,seperti kita tidak dibolehkan masuk.Kita pulang aja,yuk,"suara seseorang di dalam mobil Isyana berkata.

Namun Danendra tidak bisa melanjutkan kemarahannya, saat seseorang membuka kaca mobil dan memanggil namanya dengan lembut.

"Nak Dan " panggil seseorang dari dalam mobil mengejutkan Danendra , tetapi membuat Isyana tersenyum. Senyuman yang menyiratkan kemenangan.

"Maaf ,tadinya kedatangan ibu dan Isyana tidak diundang,"kata Ibu Rani.

Tanpa menunggu,Isyana sudah kembali masuk ke dalam mobil, tidak peduli dengan Danendra yang membeku di tempat. Antara percaya atau tidak, tetapi kenyataannya memang ia tidak salah lihat. Mertuanya datang ke Jakarta bersama Isyana .Isyana baru saja mengeserkan gear D mobilnya,cermin mobilnya diketuk security mempelawanya masuk.

"Buka pintunya!" perintah Danendra pada security. Danendra terpaksa mempersilakan Isyana masuk ke kediamannya saat menyadari ada Ibu mertuanya yang ikut datang bersama sang kakak ipar.

Bahkan, sejak tadi Ibu Rani mungkin menyaksikan pertengkarannya dengan Isyana .

"Ibu," ucap Danendra pelan, berlari mendekati mobil Isyana yang sudah berhenti melaju dan sekarang terparkir rapi di samping mobil sport hitamnya.Danendra segera membuka pintu mobil untuk mertuanya, mencium tangan wanita itu dan menggandengnya masuk ke dalam rumah. Kemarahan yang tadinya sempat terpampang nyata,sekarang hilang sudah. Danendra sudah tidak sabar mempertemukan sang mertua dengan istrinya.

" Cih! Bahkan dia tidak mengundangku masuk ke rumahnya. Padahal aku sudah bersusah payah ibu ke Jakarta ," gerutu Isyana dalam hati.

Masih dengan menenteng bungkusan,Isyana berjalan menuju ke rumah. Mengekor di belakang Danendra yang sedang membantu ibunya menapaki tangga menuju teras rumah.Asha yang sempat mengintip dari jendela kamarnya, langsung berlari turun saat netranya menangkap bayangan Ibu dan kakaknya yang turun dari dalam mobil. Rindunya pada sang ibu sebentar lagi terbayar sudah.

Tepat saat Ibu Rani menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tamu,Asha sudah menghambur dan memeluk ibunya.

"Ibu ...." Isak tangisnya pecah. Kerinduan yang mengumpul selama ini, akhirnya bisa terbayarkan. Rasanya seperti mimpi, melihat Ibunya ke Jakarta, khusus untuk menemuinya.Isyana berdiri di sebelah Danendra menyaksikan Asha dan Ibu Rani.

Isyana menyodorkan bungkusan sego sambel ke Danendra.

" Ini makanan kegemaran istrimu,ini air tangan ibu,"ucap Isyana membuka bicara.

"Hmmm"hanya itu jawaban Danedra.

"Apanya?" tanya Isyana dengan santai. Jauh berbeda nada bicaranya saat menghubungi Danendra di telepon beberapa minggu yang lalu.

"Bagaimana perempuan murahan sepertimu bisa mengerti makanan kegemaran istriku?" tanya Danendra sedikit kesal dengan raut tidak bersahabat Isyana yang ditujukan padanya.

"Apa ,kamu lupa aku ini kakaknya?"sindir Isyana.Ibu Rani melihat Danendra dan Isyana yang tidak bersahabat sedang berdebat.

"Mungkin Nak Dan tidak menyukai aku kemari."kata Ibu Rani batinnya.

Isyana mendengus kesal. Berulang kali Isyana mencibir laki-laki tampan yang sedang berdiri kaku di sebelahnya. Tampak Danendra memasukan sebelah tangannya di kantong celana, sembari menatap istri dan mertunya yang sedang berbagi cerita.

"Kalau bukan karena Ibu, aku tidak sudi menginjakan kaki di rumahmu," ucap Isyana masih saja mendendam di tengah acara temu kangen keluarganya.

"Baru beberapa minggu yang lalu kamu mengerjaiku, aku curiga kebaikanmu ini mengandung sesuatu," ucap Danendra .

"Aku terpaksa mengakuimu sebagai adik iparku,setelah aku tahu kau meniduri adikku ,ia itu istri yang tiga tahun kamu menelantarakannya Sayang, dia terlalu polos, tidak menyadari sebejat apa laki-laki yang dihormatinya sebagai suami."sindir Isyana.

Danendra terkekeh, sedikit puas dengan pernyataan kekalahan Isyana . Setidaknya wanita itu tahu, seberapa pentingnya sekarang posisinya bagi Asha.

"Sudah? Kalau kamu sudah selesai mengoceh,kamu bisa pulang ke tempatmu. Aku tidak mengizinkan Asha berada terlalu dekat denganmu," pinta Danendra dengan tegas.

"Tapi Ibu tetap tinggal bersamaku selama di Jakarta," jelas Danendra lagi.

"Wow ... hebat sekali kamu mengatur

segalanya. Aku ke sini demi adikku yang polos.Sewaktu-waktu dia pasti akan membuka matanya dan mengetahui seberapa buruknya suami yang dipuja-pujanya ini," sindir Isyana ,berbalik.

"Bu, aku menunggu di mobil," pamit Isyana pada ibunya.

" Ya ,Is .Bentaran Ibu nyusul ia," jawab Ibu Rani.

Mendengar perkataan Isyana , Asha segera mengalihkan pandangannya pada sang kakak.Bergegas menghampiri dan menggandeng tangan Isyana .Mata Danendra memberi kode ke Asha tidak mengizinkan.Asha tidak memperdulikan sang suami.

"Terima kasih. Kak Isyana sudah membawa Ibu ke Jakarta," ucap Asha .

"Aku membawakan sego sambel kesukaanmu,air tangan ibu . Di Jakarta kamu tidak akan menemuinya," jelas Isyana .

"Hah! Kak Isyana serius? Bagaimana bisa?" tanya Asha heran.

"Suamiku memintamu?" tanya Asha lagi.

Tawa Isyana pecah saat mendengar Asha membawa serta suaminya yang tidak bisa apa-apa dan tidak tahu apa-apa.

"Aku melihat status instagram-mu,kamu merindui ibu dan masakan ibu " sahut Isyana santai. Dengan langkah gemulai Isyana sudah berjalan keluar rumah.

Namun, kakinya baru saja menginjak teras rumah Asha sudah merengkuh kembali tangan kakaknya.

"Kak, ada yang harus kita bicarakan," ujar Asha .

"Sekarang sudah tidak ada lagi yang bisa kita bicarakan," ucap Isyana , menatap sekilas ke arah Danendra yang ikut mengekor.Ibu Rani dapat melihat kebencian Danendra pada Isyana.

"Kak, kamu harus menjelaskan sesuatu padaku.Ayo ikut denganku sekarang," ajak Asha ,suaranya pelan takut didengari Danendra.

"Kak Isyana , aku mohon," pinta Asha . Menarik tangan Isyana masuk, mengajak kakaknya ke kamarnya.Keduanya sudah berada di kamar utama, di kediaman Danendra Isam Aldari . Bukan kali pertama,Isyana masuk ke dalamnya. Mungkin sekitar seminggu yang lalu, Isyana sudah pernah melangkahkan kakinya saat bertengkar hebatdengan adiknya.

"Kak, apa Ibu sudah tahu mengenai Nana ?" tanya Asha . Menumpahkan rasa penasarannya .