Danendra buru-buru keluar dari kamarnya .Asha menyusul dari belakang Danendra. Danendra berpamitan dengan Ibu Rani.
"Ibu , menginap saja di sini.Nanti Pak Radin bawa kemari koper Ibu di rumah Isyana.Istri ku dan putriku kangen sama ibu,"pinta Danendra.
"Oma..tidul cama Nana,ya?"Hayana merasa gembira lalu memeluk dan mencium pipi Ibu Rani.Ibu Rani hanya mengangguk.Asha memeluk Ibunya.
"Ma..sih daddy,"ucap Hayana mendongak Danendra. Danendra menyelaraskan tingginya dengan gadis kecil itu. Danendra menyodorkan pipinya ke Hayana.Hayana merangkul leher Danendra lalu mendaratkan ciuman di kedua pipinya. Danendra membalas balik ciuman di kedua pipì mungil Hayana.Buru - buru ke kantor .
***Di Kantor Danendra ***
Setelah habis rapat,Danendra masih berkutat dengan berkas-berkas yang menumpuk di atas meja, mencoret dengan pena mahalnya. Mengoreksi data-data dari bawahannya supaya diperbaiki kembali. Beberapa ada yang langsung bisa ditandatangani,tetapi sebagian ada yang harus dibuat ulang karena tidak sesuai dengan keinginan Danendra .
Tangan Danendra mengusap kedua matanya, sembari bersandar di kursi kerja yang empuk. Terlalu lama melihat huruf dan angka, netranya berasa lelah. Pinggangnya pun terasa kaku. Hampir dua jam duduk dan melihat data yang menumpuk di atas meja.Dipojok meja Danendra menatap foto Keluarga kecilnya,tersenyum.Segala penat dan lemah tadi dirasakannya menguap seketika.
Danendra mengambil ponselnya dari saku celananya membuka cctv di kamar Hayana.Terlihat Hayana Dan Asha sedang tidur.Danendra zoom in layar ponsel agar bisa melihat wajah istrinya.
Danendra menatap istrinya yang terlelap di layar ponsel . Ada berbagai rasa yang berkecambuk. Beberapa hari ini, Danendra dihadapkan dengan perubahan sikap Asha yang begitu tiba-tiba.Dari seorang istri yang begitu pengertian dan dewasa, tiba-tiba berganti menjadi istri yang gampang emosi dan sulit dimengerti. Apa yang dilakukannya selalu salah, apa yang diucapkannya selalu membuat istrinya marah.
Danendra pun tidak mengetahuinya dengan jelas. Sejauh ini, Danendra berusaha mengerti dan bersabar untuk semua sikap Asha padanya. Berusaha untuk lebih perhatian dan memahami istrinya. Melimpahkan kasih sayang dalam berbagai bentuk pada istrinya. Kadang ingin protes, apa yang diinginkan Asha dengan kemarahannya setiap hari. Namun, ia tidak bisa melakukannya.
Cinta, kah? Apakah tidak cukup dengan sayang yang dicurahkannya. Apakah dengan kesetiaannya saja tidak cukup untuk Asha .
Apakah Danendra harus membuka hatinya kembali. Hati yang terluka dan berdarah-darah, hati yang selama ini dengan susah payah diobatinya. Sampai Danendra memilih tega untuk dirinya sendiri, memilih untuk tidak jatuh cinta lagi demi tidak terluka untuk yang kedua kalinya.Kalau itu yang diinginkan Asha , jika itu yang dituntut Asha , mau tidak mau, ia harus menyenangkan istrinya dan berusaha membuat Asha bahagia.
*******
Danendra kembali ke kamarnya, menatap Asha yang masih sibuk dengan an ponsel di tangannya. Begitu melihat wajah Danendra muncul di balik pintu,Asha sudah berlari turun dan menyambut dengan manjanya.Bergelayut manja dengan hati -hati di leher sang suami. Was-was melanda, khawatir melihat kemanjaan Asha tiba-tiba.
"Ada apa,As ? Kenapa jadi manja begini?" tanya Danendra tersenyum, berjalan mendekati tempat tidur dengan Asha yang masih betah membelit lehernya.
"Mas,aku minta maaf ,tadi siang merepotkan Mas.Buka kaosmu, aku akan memijit belakangmu.Mas seperti capek ,"bisik Asha dengan malu-malu.
Asha tersenyum usil, semakin melihat Asha merona semakin dia bersemangat untuk menggodanya.
"Kamu tidak berniat melecehkanku atau memperkosaku, kan?" tanya Danendra , tersenyum. Sembari melepas kaos birunya dan membuangnya asal, memamerkan dada kekarnya. Pemandangan pertama yang dilihat Asha adalah pak terpampang nyata di dada bidang suaminya.
"Ayo berbaring disana. Aku akan memijit belakangmu,"pinta Asha.
Danendra menurut, berbaring dengan pasrah.Asal tidak membuat Istrinya meledak seperti siang tadi.Membiarkan Asha melakukan apa yang ingin dilakukannya.Pijitan lembut tangan Asha yang perlahan tapi pasti berpindah. Pijitan hangat yang semakin lama,semakin membuat Danendra menggila.
"As kamu jangan menggodaku!" ancam Danendra ,saat merasakan jemari lincah Asha kian turun ke bawah. Melewati pusar dan berakhir dengan lancang membuka celana panjangnya.
"Sayang, aku merindukanmu," bisik Asha .
Musim hujan yang menyelimuti malam dingin di kota Jakarta ,semakin membuat hasrat dua anak manusia itu terbakar.Asha yang memulai segalanya, tetapi pada akhirnya Danendra lah yang mengendalikan permainan.
Lelaki itu sudah mengambil alih semuanya, tepat sesat setelah Asha melempar jauh celana panjangnya membentur pintu. Dengan sigap, meraih tubuh istrinya dan menggulingkanya di atas ranjang.Asha seperti sudah mahir dengan permaianan mareka.
"Ah.. Sayang," seru Asha dengan tawa hangat.Asha tersenyum, menempelkan dahi mereka sembari menggesekan ujung hidungnya dengan hidung Asha .
"Kamu tahu As, bertengkar denganmu sehari rasanya sewindu," gombal Danendra . Keduanya saling menatap, melempar ucapan lewatan pandangan mata.
"Sayang, aku mau baby twins." Danendra berbisik lembut dengan hembusan nafas kasar di telinga istrinya. Sesekali mengigit kecil daun telinga,sembari menggoda istrinya.
Dengan telunjuknya Danendra memainkan lekuk wajah cantik sempurna yang tidak henti tersenyum cerah mendamba kelembutan demi kelembutan yang akan menjadl nyata sebentar lagi.
Jemari itu berhenti tepat di bibir penuh yang merona, mengusapnya perlahan sebelum melabuhkan kecupan ringan, hangat dan berakhir lebih menuntut.Asha yang saat ini berbaring di bawa kungkungan suaminya, dengan hati-hati mengalungkan kedua tangannya ke leher suaminya. Bersiap menyambut keindahan dunia yang akan dipersembahkan Danendra untuknya.
"Lepaskan pakaianmu sekarang,As . Kamu curang. Aku sudah kedinginan di sini, kamu masih belum rela menghangatkanku."goda Danendra.
Tanpa menunggu respon istrinya Danendra sudah melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh indah Asha . Senyum menyeringai saat mendapati tubuh polos tanpa sehelai benang terpampang nyata di depan matanya.Dalam hitungan detik, dia sudah mencium bibir merona yang menantangnya sejak tadi, melumat tanpa memberi kesempatan Asha protes.
Sedikit gigitan kecil, membuat Asha membuka bibirnya dan memberinya akses mengabsen satu persatu deretam gigi putih dan berakhir dengan saling membelit Iidah ketika Asha mulai larut dalam permainannya.
Puas mengeksplor disana, Danendra beralih ke leher jenjang dengan kulit putih bak porselin, mengecup basah sesekali memberi tanda kepemilikan memerah tanpa jeda. Membuat si pemiliknya menggelinjang, menggigit bibirnya untuk menahan desah.Jemari lentik dengan kuku panjang terawat itu sudah menelusup ke rambut bergelombang suaminya. Sesekali menarik pelan saat Danendra,memanjakannya.
"Kenapa tidak mendesah seperti biasa, As?"tanya Danendra , tiba-tiba menghentikan aktivitasnya.
"Aku takut ibu mendengar," sahut Asha pelan merona malu.
"Apa kamu lupa kamar kita berperedam suara,Sayang," jelas Danendra .
Danendra tersenyum, kedua tangannya yang sejak tadi bersikap sopan mulai membandel. Siap membuat kekacauan dan keonaran. Dengan tatapan singa kelaparan, tangan itu mulai meremas dan megusap lembut aset kembar yang terpampang tanpa pengamanan.
Sesekali membuat tanda kepemilikan di gundukan kembar nan kenyal. Salah satu keajaiban dunia tersembunyi yang lupa didata dan dibukukan. Tangan kekar itu sudah siap bergerilya, menyusuri lekuk tubuh indah ala gitar dibukukan spanyor versi Danendra Isam Aldari .
Memberi kenikmatan yang memabukan, keindahan yang Danendra harap akan diingat istrinya seumur hidup. Tepat saat tangan itu menyusuri lekuk pinggang dan bermain-main di perut rata,mulus menggoda. Perut yang beberapa tahu satu saat dipastikan bertumbuh buah cinta mereka.
"Aku menginginkannya hadir disini, As," bisik Danendra pelan, mengecup lembut disana.Beralih kembali mengecup bibir istrinya, ada getar hebat di dalam suara Danendra .
"Aku harap dia datang malam ini, sendiri atau membawa serta saudaranya,"ucap Danendra , dengan wajah menahaan tangis yang terlalu menginginkan anak dari Istrinya.
"Aku mencintaimu," bisik Danendra . Sembari mengecup seluruh tubuh polos dan indah itu tanpa tersisa, membuat Asha benar-benar menggila.Mendesah pasrah di bawah kendali tubuh kekar.
"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu,jangan pernah diragu kalimat itu" ucap Danendra mengulang lagi sebelum memulai ke permainan inti. Tepat kedua tubuh itu menyatu, desahan tanpa ditahan keluar dari bibir Asha , membuat Danendra tersenyum puas.
"Kamu istriku, selamanya istriku. Hanya kamu yang akan mendapatkannya, tidak untuk wanita lain," bisik Danendra sembari menghentak pelan di bawah sana.Hentakan demi hentakan diiringi bisikan cinta dari Danendra .Tepat hentakan semakin kasar, Danendra melumat kembali bibir istrinya, keduan tangan kekar itu juga menautkan jemarinya pada jemari tangan Asha yang tergeletak bebas di atas tempat tidur.Puncaknya, saat benih-benih itu menyembur di rahim Asha teriring doa penuh harap di dalam hati Danendra, terdengar desahan memilukan istrinya.
Desahan yang lebih mirip jeritan kesaki-
tan. Desahan yang tidak biasanya.
Asha sampai berurai air mata, menjerit tidak berkesudahan. Puncaknya dia menggigit bahu suaminya, saat tubuh polos suaminya itu ambruk menimpa tubuhnya.
"Sakit!!," jerit Asha kencang.
"Aww...! As, ada apa Sayang?" tanya Danendra dengan nafas tersengal, mengusap bekas gigitan Asha di pundaknya. Ada yang aneh dan tidak biasa dengan istrinya.
"Sayang, apa aku mainnya terlalu kasar?" Danendra keheranan. Memikirkan pelepasan terakhirnya tadi, memang dia menghentaknya terlalu kasar dan dalam, berharap benih itu akan bertumbuh menjadi bayi.
"Kamu menekan tanganku, Sayang!" ucap Asha sembari tersenyum setelah membuat suaminya kekhawatiran . Danendra menarik Asha ke dalam pelukannya,mereka berbaring berpelukan setelah penyatuan.