Pagi itu seperti biasa, Asha bangun lebih awal dari suaminya. Seperti pagi-pagi sebelumnya,ingin rasanya mengerjai Danendra . Memberi peringatan kecil untuk suaminya, betapa Asha menginginkan dicintai Danendra ,bukan hanya sekedar sayang yang selama ini ditunjukan sang suami.Tetapi semalam ,suaminya berulangkali melafazkan kalimat mencintainya.Asha mahu cinta suaminya sama seperti cinta kepada mantan isterinya.
"Mas ... bangun!" panggilnya, melirik
jam di dinding sudah hampir pukul enam pagi.Hari ini Hayana lebih tenang, tidak
mengganggu aktivitas paginya ,sejak kemarin Ibu Rani tinggal sementara di rumahnya.Hayana menempel dengan Ibu Rani.
"Mas, bangun!"Asha menguncang kecil pundak Danendra . Lelaki itu terlihat mengerjap dan menggosok pelan matanya sebelum akhirnya membuka sempurna.
"Hmm ... sudah jam berapa,As?" tanya Danendra ,merenggangkan otot tangannya.
"Hampir jam enam. Mas, tidak ke kantor?
" tanya Asha .
"Aku ke kantor agak siangan,As," sahut Danendra tersenyum.
"Ah ... good morning, Sweetheart," sapa Danendra ,tiba-tiba meraih tubuh istrinya yang sedang duduk di sisinya. Mendekap erat, kemudian mengecup pucuk kepala Asha dengan lembut.
"Ah ... Mas. Kenapa jadi seperti ini?" keluh Asha ,heran melihat sikap manis Danendra yang tidak seperti biasa.
"Jangan marah-marah, Sayang. Awali hari itu dengan senyuman, jangan cemberut.Aku rindu permainan kita semalam. Aku rindu dengan caramu mengodaku,Sayang," goda Danendra , mengeratkan pelukannya,Asha merona malu.
Danendra tersenyum, sebelum mencoba bermanja-manja lagi pada istrinya. "Tidak adakah ciuman selamat pagi untukku?" tanya Danendra . Menatap lekat pada manik mata hitam pekat istrinya.
"Tidak! Aku harus menyiapkan kebutuhanmu sekarang ,Mas ," tegas Asha , menolak suaminya.
"Oh ya, As. Mengenai Ibu, apa tidak sebaiknya Ibu tinggal di sini saja bersama kita," Danendra memberi ide.Asha terlihat berpikir. Asha sebenarnya menginginkan hal yang sama. Akan tetapi, selama ini Ibunya selalu menolak setiap ia mengutarakan niatnya.
"Mas, bagaimana kalau Mas saja yang membujuk ibu. Mungkin kalau denganmu, Ibu akan menurut."Asha mengemukakan pendapatnya.Helaan napas berat terdengar sebelum akhirnya Danendra mengangguk setuju.
Pagi itu, sarapan pagi sudah mulai normal kembali. Semua anggota keluarga terlihat
lengkap.Ada Danendra , Asha , Ibu Rani dan si kecil Hayana yang sedang disuapi pengasuhnya.Percakapan ringan disertai canda tawa terdengar mengiringi acara makan pagi keluarga Aldari . Asha yang mulai mencair, dengan Danendra yang juga mulai bersikap layaknya suami idaman membuat Ibu Rani bisa bernapas lega.
Sebagai orang tua, Ibu Rani sangat
menginginkan kebahagiaan pernikahan putra-putrinya.Tidak peduli bagaimana pernikahan Danendra dan Asha bermula, tetapi ia menginginkan kebahagiaan adalah jawaban akhirnya. Setelah menyelesaikan sarapannya, Danendra berpamitan dengan ibunya. Asha masih dengan menggendong Hayana ,Danendra membawa gadis kecil itu ke teras rumah. Kebiasaan setiap pagi kala ia berangkat kerja.
Danendra baru saja membuka pintu mobilnya, saat sebuah taksi berhenti di depan gerbang rumahnya yang terbuka sempurna. Dahinya berkerut,saat melihat ada sosok dikenalnya turun dari sedan biru itu.
Deg—
"Adeline ," ucap Danendra tanpa suara.
Sungguh tidak mengerti bagaimana gadis itu bisa sampai ke rumahnya. Namun, sosok berikut yang melangkahkan kaki turun dari mobil, menjawab kebingungannya. Ada mantan ibu mertuanya di sana sembari menenteng sebuah tas berukuran sedang dan menggandeng Adeline masuk ke halaman rumahnya.Sempat terjadi perdebatan dengan security, tetapi akhirnya Danendra memberi kode supaya membiarkan tamu pagi mereka itu masuk.
Asha masih mengendong Hayana
yang baru saja akan masuk rumah pun terlihat heran. Asha sudah mengenal sosok Adeline saat di kantor Danendra .
"Apa yang terjadi?" tanyanya. Kalimat per-tanyaan itu spontan keluar dari bibirnya, saat melihat Adeline bersama seorang wanita tua melenggang masuk ke dalam pekarangan rumah.
Melihat itu, Asha mengurungkan niatnya. Memindahkan Hayana ke gendongan pengasuh, berjalan mendekati suaminya untuk mencari tahu apa yang terjadi.
"Mas, ada apa ini?" tanya Asha heran.
Danendra menggeleng.
"Aku juga tidak tahu, As,"sahut Danendra .
"Ikut aku,As ," pinta Danendra , membawa
istrinya menghampiri mantan ibu mertuanya.
"Pagi, Ma," sapa Danendra , masih menggengam erat tangan istrinya.
"Dan, maaf mengganggu. Tapi ... Mama butuh bantuanmu," ucap Ibu Lyman , tertunduk malu.Tangan rentanya masih menggengam tangan cucu kesayangannya.
"Ada apa ini, Ma?" tanya Danendra heran. Sampai sejauh ini, ia belum paham maksud kedatangan mantan ibu mertuanya.
"Maaf sekali, Dan. Apa kita bisa bicara di dalam?Ada masalah serius yang harus Mama sampaikan," jelasnya lagi. Raut wajah itu terlihat memohon.
Hening Danendra dan Asha saling berpandangan. Sedikit banyak mereka sudah mulai mengerti, pastinya berita yang ingin disampaikan sang mantan ibu mertua bukanlah berita baik.
"Dan, mohon maaf sebelumnya. Mama butuh bantuan." Ibu Lyman berkata. Dengan wajah tertunduk, malu bercampur sedih tercetak jelas.
"Ada apa, Ma?" tanya Danendra , menatap Adeline yang diam seribu bahasa di samping neneknya.
"Maaf sekali,Dan. Mama mau menitipkan Adeline sementara tinggal bersamamu," ucap Ibu Lyman meneteskan air mata tiba-tiba.
Suami istri itu terkejut, saling memandang keheranan.
"Danisha sedang kritis di rumah sakit. Mama dan Papa harus menjaganya di rumah sakit dan Dina harus bekerja. Tidak ada yang menjaga Adeline ," lanjutnya lagi.