Dalam perjalanan menuju kantor ada perasaan penasaran dari Danendra, mengapa istrinya keluar tanpa meminta izin darinya. Danendra menelepon pengasuh Hayana.
"Halo,Pak,"jawab pengasuh Hayana.
"Halo,Mbak,nyonya ada katakan sesuatu sebelum pergi?"tanya Danendra menggunakan earphone semasa mengemudi mobil.
"Iya,tadi Nyonya bilang mau ke rumah Ibu Isyana, tetapi Ibu Nyonya dijemput Pak Radin sudah di rumah bersama Hayana sekarang ,Pak,"jawab pengasuh Hayana.
Tanpa menjawab Danendra memutuskan panggilan.Danendra memutar pengemudi ke rumah Isyana. Danendra tahu Asha tidak baik-baik. Danendra tidak mahu ada kejangalan di dalam rumah tangga mereka. Masalah harus segera diurusi . Danendra tidak ingin istrinya ngambek lama-lama. Danendra tidak mau Asha terlalu rapat dengan adik iparnya,Isyana.Danendra menambah kelajuan mobilnya agar segera sampai.
Tiba-tiba terdengar ketukan pintu .Kakak dan adik bertatapan.Siapa?Isyana membuka pintu.
"Dan!!"sapa Isyana ,ketawa sinis melihat penampilan Danendra sedikit serabut.
Tanpa dipelawa tuan rumah, Danendra mengarah ke istrinya.Mengendong istri lalu keluar dari rumah Isyana.Asha berjuang untuk melepaskan diri.Isyana tersenyum geli melihat ulah seorang Danendra.
"Is,tolong bukain pintu mobilnya!"perintah Danendra.Isyana dengan buru-buru membuka pintu mobil Danendra.Isyana tersenyum sinis sembari mengeleng kepalanya melihat ulah sepasang suami Istri di depannya.
***Di Kediaman Danendra ***
Mobil sport hitam milik Danendra memasuki perkarangan rumahnya .Asha buru-buru membuka pintu mobil .Asha mempercepatkan langkahnya. Danendra terus mengendong Asha dari belakang masuk ke dalam rumah.
Asisten rumahtangga,Ibu Rani ,pengasuh Hayana dan Hayana yang berada di ruang Keluarga menyaksikan ulah Danendra .
Tidak berani bertanya.Ibu Rani mengeleng kepalanya sembari tersenyum.Hayana buru-buru memeluk kaki Danendra.
"Daddy…mau.. mau..,"Hayana merengek menyodorkan tangan minta digendong .Daddynya mengendong Mommynya.
"Mbak,tolong urusin Hayana.Aku ada kebutuhan dengan ibunya,"perintah Danendra menuju ke kamar mereka.Asha minta dilepaskan.Hayana merengek memanggil daddy Dan Mommynya.
"Nana,sini Sayang!Main sama Oma ,ya,"Ibu Rani cuba melembutkan hati Hayana.Hayana berlari ke Ibu Rani.
Danendra melepaskan Asha dikasur.Danendra masih bersatelan kantor melepaskan jasnya.
Ada rasa hangat menyelimuti perasaan Asha akan perhatian Danendra yang terlihat tulus. Namun,sedetik kemudian, Asha mengingat kembali semua ucapan Isyana . Semua kehangatan itu menghilang, berganti kebencian. Danendra memeluknya.
"Lepaskan aku, Mas!" pinta Asha , berusaha mendorong tubuh kekar yang sedang memeluknya. Bukannya menjauh, Danendra semakin erat memeluk.
Tindakan tidak bersahabat Asha cukup menggambarkan apa yang dirasakan istrinya saat ini. Ditambah sejak pagi Asha sudah keluar dari rumah, tanpa membangunkan dan melayani seperti biasa.
"Apa yang terjadi padamu, As. Apa yang salah denganku. Katakan saja, kalau aku bersalah, aku akan meminta maaf. Kalau ada yang tidak kamu sukai dari sikapku, terus terang saja. Aku akan mengikuti semua keinginanmu," ujar Danendra . Dengan penuh kelembutan, lelaki itu membelai lembut rambutnya lalu mengucup keningnya lalu ke bibir mungilnya seperti malam sering dikecupnya.
Bugh! Dengan sengaja Asha meraih bantal sofa dan memukul wajah Danendra dengan kencang. Saat ini Asha butuh pelampiasan untuk semua emosi yang berusaha ditahannya sejak semalam.
"Ada apa, As ? Katakan padaku, apa masalahmu?" bujuk Danendra kembali.
"Aku membencimu! Sangat membencimu!" teriak Asha dengan suara kencang.
Tangan sudah terkepal, bersiap memukul
suaminya. Dan Danendra , lelaki itu hanya diam, bersiap menerima semua caci maki dan umpatan bahkan kalau Asha mau memukulnya Danendra terima.Yang terpenting,Asha baik-baik saja.
"Aku minta maaf, katakan apa salahku," ujar Danendra , setelah Asha lebih tenang.
Raut wajah Asha berubah, dari yang tadinya emosional, marah-marah sekarang tiba-tiba menitikan air mata.
"Aku mau kita berpisah,Mas." Kalimat itu terucap juga. Setelah sekian lama hanya melayang di pikirannya.Danendra tercengang. Ucapan Asha lumayan menghantam perasaannya.
Membayangkan harus berpisah, apalagi ada Hayana , rasanya tidak akan sanggup.Dulu saja untuk mengambil keputusan bercerai,Danendra harus berpikir ratusan kali. Padahal jelas-jelas Danisha berselingkuh di depan mata. Danendra melihat sendiri, istrinya tidur dengan laki-laki lain. Sakitnya tidak bisa dilukiskan lagi. Setiap mengingat itu, akan tetap merasakan sakit yang sama.
"Tidak, aku tidak mau berpisah," tolak Danendra , tertunduk.
"Untuk apa kita bertahan,kalau hubungan
rumah tangga kita tidak sehat?" Asha berkata.Air mata Asha menetes, meluncur turun perlahan melewati pipi. Keputusan berpisah ini terasa berat, tetapi mungkin ini yang terbaik. Jadi mereka sama-sama tidak merasakan sakit.
"Katakan padaku,apa yang kamu inginkan
dariku? Aku akan berusaha memenuhinya untukmu," ujar Danendra , meraih tangan istrinya dan menggenggamnya dengan erat. Berharap Asha bisa merasakan ketulusan hatinya.
"Jawab aku, Mas ... mungkin setelah ini aku bisa mempertimbangkan permintaanmu tadi." Asha berkata. Setelah lama berpikir, mungkin ada baiknya memberi Danendra kesempatan membela diri. Mendengar jawaban yang selama ini menjadi penasarannya.
"Apa? Apa yang ingin kamu ketahui. Aku akan menjawab apapun itu."Sedikit ada harapan, semoga masih ada kesempatan. Danendra tidak mau gagal lagi, harus bercerai untuk kedua kali.
"Apa Mas masih mencintai Mbak Danisha ?" tanya Asha . Cerita Isyana , membuat rasa ingin tahunya begitu besar, memercik api cemburu di hatinya.
Danendra hanya tersenyum, tidak berniat menjawab sama sekali. Bukan berat, tetapi setiap membuka cerita itu, Iukanya akan menganga kembali.Sebut saja Danendra lemah, tetapi kenyataannya dulu Danendra terlalu mencintai, sampai lupa diri dan terlewat sakit begitu harus berpisah.
"Kamu sudah tahu cerita masa laluku 'kan,As ?"tanya Danendra .Asha mengangguk.
"Apakah masih ada alasan untukku mencintainya?"Danendra kembali bertanya. Matanya menatap lekat pada istrinya yang masih saja sibuk menangis.
"Kamu lihat sendiri kan bagaimana kami bertemu tempo hari. Kamu tahu kan semua cerita rumah tanggaku dulu," lanjut Danendra lagi.
"Kalau sudah tidak cinta ... kenapa ... kenapa…."Asha tidak bisa melanjutkan kata-katanya.Gengsi masih menguasai dirinya. Asha tidak mau mengemis cinta pada suaminya.
"Kenapa aku tidak mau mencintaimu? Kenapa aku tidak mau jatuh cinta lagi? Itu yang ingin kamu tanyakan padaku, kan?" Danendra memotong.Asha tertunduk kembali. Merona malu, seperti tertangkap basah. Apakah egois,menuntut Danendra untuk mencintainya? Padahal Asha tahu jelas dari awal, pernikahan mereka terjadi karena apa. Namun, Asha tidak bisa berbohong. Hatinya sama seperti hati istri-istri yang lain. Ingin juga merasakan dicintai suami seutuhnya.
"Aku menyayangimu. Sangat menyayangimu."Danendra berkata, ujung telunjuknya menyentuh dagu istrinya. Mengangkat wajah tertunduk itu
supaya ikut menatapnya.
"Aku yang membatasi diri untuk tidak mencintai seperti dulu aku mencintai Danisha . Aku tidak mau terluka lagi. Tapi itu bukan berarti ada wanita lain yang aku cintai. Tidak ada siapa-siapa. Hidupku hanya ada kamu, Hayana,Ibu dan anak masa depanku," jelas Danendra lagi.
"Tapi, Mas." Asha tidak dapat melanjutkan kata-katanya.Danendra sudah memeluknya dengar erat.
"Jangan menangis. Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Aku tidak mungkin menyakitimu. Aku tahu sakitnya diselingkuhi, aku tidak mungkin memberimu Iuka yang sama," jelas Danendra . Suaranya bergetar hebat, menahan rasa yang bergejolak di
dadanya.
"Maafkan aku. Kalau tanpa sengaja menyakitimu. Aku masih punya perasaan. Kamu bukan hanya istriku, tapi juga ibu dari anakku satu hari nanti .Aku bukan muda lagi.Aku tidak ingin sendirian,As,"luah Danendra
Asha bergeming. Tidak bisa berkata-kata. Kembali Asha luluh. Entah hatinya bisa tenang untuk berapa lama. Emosinya naik turun saat ini, pikirannya bercabang ke mana-mana. Ada kalanya Asha mempercayai Danendra , tetapi ada saatnya juga Asha mencurigai suaminya itu.
"Sudah,kita renjatan senjata saja.Kita berdamai ,Kalau tidak suka padaku,
lampiaskan padaku. Kalau ada pertanyaan tentangku, langsung tanyakan padaku. Kita tidak tahu hati orang seperti apa. Bisa saja dia tulus membantumu, tapi bisa jadi dia menjerumuskanmu," ucap Danendra sepertinya menyindir kakaknya,Isyana .
"Aku tidak suka Mas prasangka pada kakakku.Aku tidak mau Mas berkata begitu pada kakakku,"ucap Asha. Danendra hanya mengangguk.
"Masalah rumah tangga, selesaikan di dalam rumah. Orang lain tidak berhak ikut campur,karena mereka sebenarnya tidak tahu apa-apa.Rumah tangga itu hanya suami dan istri. Bahkan terkadang kita harus menyembunyikan banyak hal dari anak-anak seperti putrimu ,Hayana otaknya sedang berkembang," lanjut Danendra lagi, sedikit membuat canda.Danendra bisa bernapas lega, sementara masih bisa membujuk Asha . Esok siapa yang tahu, bisa jadi istrinya akan meledak
"Aku mau ke kantor,ada rapat.Malam aku mau bayarannya,"canda Danendra sambil mendaratkan ciuman yang semakin lama semakin dalam.