****Di Kamar Danendra **
Sejak selesai makan malam, Danendra hanya tiduran di kamar sembari mengusap perutnya yang sakit. Sage sambel tadi siang benar-benar memberi efek luar biasa untuknya. Belasan kali bolak balik ke toilet, rasa mulas di perutnya tidak kunjung hilang.Bahkan saat ini, Danendra berjalan dengan sempoyongan menuju ke ranjang. Tubuhnya melemas,belum lagi ditambah kepalanya pusing.
"Mas, apa kita ke dokter saja," tawar Asha ,khawatir. Wanita mungil itu sedang mengusap perut suaminya pelan,berharap bisa meringankan sakit perut yang dirasakan Danendra .
"Mas, apa sakit sekali?" tanya Asha lagi, saat melihat Danendra hanya menggerakan tangannya, sudah tidak sanggup bersuara.
"Mas, apa kita ke dokter saja?" tawar Asha . Pada akhirnya Asha jadi tidak tega, melihat bagaimana Danendra menghabiskan malamnya dengan mondar-mandir ke toilet dengan tubuh yang makin lemas.
Danendra tidak memiliki tenaga lagi, bahkan untuk menjawab pertanyaan istrinya pun Danendra sudah tidak sanggup. Lelaki itu memilih meringkuk sembari memeluk perutnya yang melilit.Sesekali menarik napas kasar, menahan sakit yang tidak kunjung hilang.
"Mas, sudah tahu tidak bisa makan makanan pedas ... kenapa memaksa menghabiskannya?"ujar Asha .Tangannya sudah berpindah mengusap punggung suaminya. Berharap usapannya bisa menenangkan, kalau beruntung bisa
menghilangkan sakitnya.
"Kalau aku tidak menghabiskannya, pasti kamu yang menghabiskannya."Danendra akhirnya bersuara. Setelah sekian lama mendiamkan semua pertanyaan istrinya.
"Aku tidak mau kamu kenapa-kenapa. Kamu mungkin sanggup menghabiskan makanan pedas itu, tetapi inventasiku di dalam sana yang belum menjadi tentu tidak bisa menerimanya," lanjut Danendra bercanda.Asha memukul lembut suaminya.Jawaban Danendra sanggup menggetarkan hati Asha . Dengan malu-malu, Asha langsung memeluk tubuh kekar yang sedang menahan sakit itu sembari menghadiahkan kecupan di pipi Danendra .
"Maafkan aku, Mas," ucapnya pelan.
Danendra hanya sanggup membalas perlakuan istrinya dengan seulas senyuman. Itu pun dengan susah payah, di tengah rasa sakit perut yang luar biasa. Melilit dan mengaduk-aduk di dalam sana.
Lewat tengah malam, barulah sakit perut Danendra sedikit bersahabat. Meskipun belum bisa dikatakan hilang, tetapi setidaknya ia tidak perlu bolak-balik ke toilet demi mengeluarkan isi di dalam Iambungnya.
Dengan bantuan obat seadanya yang tersedia di kotak obat, akhirnya Danendra bisa tertidur juga.Walaupun sebentar-sebentar harus terbangun,karena sakit belum bisa berkompromi dengannya.
Waktu menunjukan pukul 01.00 dini hari, saat Danendra terbangun dan meneguk segelas air putih untuk membantu meringankan sakit perutnya.
Selesai meletakan gelas kosong ke atas nakas kembali, matanya terpaku pada wajah polos yang sedang tertidur pulas di sampingnya.Pemandangan yang menggelitik, ada kehangatan yang tiba-tiba memenuhi relung hatinya. Belum pernah dirasakan di pernikahannya dengan Danisha .
"As , aku harap kamu akan menemaniku sampai tua, bersama anak-anak kita," bisiknya pelan,sembari merapikan anak rambut yang mengganggu, menyelipkannya di balik daun telinga.Berlama-lama menatap wajah cantik yang menemani hari-hari bahkan malamnya sebulan lebih ini.
"Apa yang aku pikirkan saat memilih
menikahimu," ucap Danendra . Tersenyum, Danendra menyaksikan pergerakan kecil Asha yang terganggu saat Danendra menyingkap lingerie Istrinya. Sampai sekarang pun, Danendra tidak bisa menjawab kenapa memilih Asha . Danendra tidak mencintainya.
Jangankan cinta, rasa sayang tidak ada sedikit pun saat memutuskan menjadikan Asha istrinya.
Bahkan, Danendra ingat dengan jelas, saat menggandeng masuk gadis kecil ini ke pernikahan,tidak ada rasa apa-apa. Hanya sebuah kelegaan,bisa menyelesaikan satu masalah hatinya. Danendra tidak tega meninggalkan Ibu Rani yang sudah dianggap ibu kandungnya sendiri.
Jasa perempuan yang sekarang menjadi mertuanya itu sangat besar. Danendra yang sekarang, yang bisa berdiri tegar menatap dunia, yang bisa berdamai dengan masa lalu adalah hasil dari kelembutan hati seorang Ibu Rani .Itu tidak bisa dibayar dengan apa pun. la ingat seberapa bodohnya dulu. Patah hati sampai hampir bunuh diri hanya karena wanita.Bahkan Danendra menghancurkan hidupnya karena frustrasi kegagalan rumah tangganya.
Itu bukan kehancurannya yang pertama. Saat kembali ke Indonesia, mendapati Danisha sudah memiliki anak, ia cukup syok. la masih mencoba menerimanya karena terlalu bodoh. Dengan sebuah alasan lima huruf satu kata yaitu CINTA . Danendra mencoba berdamai dan menerima kembali Danendra yang berjanji akan berubah dan setia.
Langsung menawarkan pernikahan, berharap dengan sebuah ikatan bisa menjaga wanitanya.Ternyata, ketika pengkhianatan itu terjadi di dalam suatu ikatan, rasanya lebih menyakitan.
Sampai sekarang,Danendra menolak jatuh cinta lagi.Bahkan sebelumnya memilih untuk tidak menikah lagi.Bisikan Danendra ke telinga Asha membuatkan tidurnya terganggu. Yang tadinya hanya pergerakan kecil, sekarang wanita itu membuka mata mengantuknya dengan sempurna.
"Mas, kenapa tidak tidur?" tanya Asha . Keduanya sedang berbaring dengan posisi saling berhadapan.
"Aku tidak bisa tidur," bisik Danendra pelan.
"Apa Mas baik-baik saja?" tanya Asha , khawatir
"Aku sudah tidak apa-apa," sahut Danendra tersenyum. Kali ini pandangannya tertuju pada lekuk tubuh yang sudah tersingkap sempurna. Mempertontonkan kulit perut yang mulus dengan pakaian dalam renda yang terekspos di bagian bawahnya.
"Perutmu sudah tidak sakit, Mas?" tanya Asha .Tangannya mengusap perut suaminya yang terbalut kaos tidur.
"Masih sedikit sakit. Tapi sudah tidak terlalu parah lagi," sahut Danendra .
"Besok kita ke dokter saja." Asha memberi pendapat.
"Wajahmu pucat sekali," lanjut Asha .
Danendra mengusap wajah cantik yang terlihat makin cantik di saat tidur tanpa sapuan makeup.
"Kemarilah!" pinta Danendra , meminta Asha masuk ke dalam dekapannya, memeluk tubuh mungil itu dengan hangat.
"Jangan terlalu perhatian padaku, As. Nanti aku jatuh cinta padamu," bisik Danendra pelan, mengecup pucuk kepala istrinya dengan penuh perasaan.