Chereads / Anak sang pembantu / Chapter 62 - Chapter 62:Mengerjai

Chapter 62 - Chapter 62:Mengerjai

Hati Asha tersentak. Bagai ditusuk belati berulang kali. Di tengah usahanya untuk bisa mencintai suaminya dengan sepenuh hati,sebaliknya Danendra malah berusaha sekuat tenaga untuk tidak jatuh cinta padanya.

"Ya Tuhan, apa salah dan dosaku. Kenapa aku diberi ujian seberat ini," ucap Asha .Ingin rasanya berteriak, menumpahkan segala pedih hatinya. Suami tempat berbaginya, tempatnya berlindung, tempatnya berpegang di kala jatuh atau tertatih. Namun,sebaliknya

menjadi orang yang paling menyakitinya.

Ucapan Isyana berputar kembali,Asha ingat bagaimana kakaknya yang begitu menolak keras hubungannya dengan Danendra . Bahkan kakaknya tidak mengizinkannya untuk hamil. Apakah Isyana tahu sesuatu darinya. Asha harus mencari tahu.Harus.

"As , kamu tidur?" tanya Danendra , mengeratkan pelukannya.Sejak tadi Danendra menunggu istrinya bersuara. Namun sejak kalimat terakhir keluar dari bibirnya, Asha malah diam.

"Tidak, Mas," sahut Asha dengan suara bergetar.Ada sedih bercampur Iuka di hati yang ingin menyembur keluar melalui air matanya. Namun, Asha berusaha tidak mau terlihat lemah dimenyembur keluar melalui air matanya. Namun,Asha berusaha tegar, tidak mau terlihat lemah di hadapan Danendra .

"As , kamu baik-baik saja?" tanya Danendra .Hanya anggukan kecil, tidak ada reaksi berlebih.

Asha memilih menangis diam-diam. Bersusah payah menahan, tetapi air mata itu tetap jatuh.Lama keduanya membeku dalam posisi memeluk, sampai akhirnya Danendra menyadari sesuatu yang tidak beres telah terjadi.

"Sayang, kamu menangis?" tanya Danendra heran.

Menyadari kaos tidurnya telah basah di bagian dada. Danendra sedang berusaha menjauhkan tubuh Asha agar bisa memerhatikan dengan jelas apa

yang terjadi.

"Kamu kenapa,Asha ?" tanya Danendra lagi, mulai panik. Seketika Danendra lupa dengan sakit perutnya. Fokusnya teralihkan dengan air mata Asha .

Asha hanya menggeleng, tetap membenamkan wajahnya. Rasanya malu kalau harus terlihat lemah dan cengeng di depan lelaki yang sudah jelas menolak untuk mencintainya.

"Katakan padaku, apa yang terjadi. Kenapa tiba-tiba menangis?" desak Danendra , air mata Asha sedikit banyak memengaruhi suasana hatinya.Diakui atau pun tidak, itu kenyataannya. Ada sedikit banyak memengaruhi suasana hatinya.Diakui atau pun tidak, itu kenyataannya. Ada rasa sakit melihat istrinya menangis.

"Aku tidak apa-apa," sahut Asha . Menghapus kasar air matanya.

"Aku mau tidur, Mas." Asha berbalik.

Semakin menatap lelaki yang dipanggilnya suami itu semakin menyakitkan. Andaikan ibunya tidak ke Jakarta sudah dipastikaan Asha akan mengepak pakaiannya dan menghilang dari kehidupan Danendra .Terserah dengan statusnya, tidak peduli dengan ikatan pernikahan. Bagaiamana bisa berumah tangga dengan lelaki yang bahkan tidak berminat menjalin hubungan suami istri.

Percuma rasanya setiap hari memupuk cinta untuk suaminya, seperti melakukan hal yang sia-sia. Danendra tidak bisa menghargai ikatan pernikahan mereka. Danendra bahkan tidak mengganggap itu penting. Di saat pasangan lain ingin memupuk cinta,Danendra malah sebaliknya.Bagaimana nasib rumah tangga mereka kalau Danendra menutup diri seperti ini. Malam itu Asha tertidur dengan air matanya.

Pagi datang dengan kesedihan yang sama. Tidak seperti pagi-pagi sebelumnya. Kalau biasanya Asha akan terbangun di pukul 05.00 pagi.Kemudian menyiapkan semua kebutuhan Danendra dan Hayana ,rutinas Asha selama Di Jakarta.Namun hari ini Asha melakukan hal sebaliknya. Dengan sengaja tidak menyiapkan semua keperluan Danendra , meninggalkan Danendra masih dengan mimpinya.

Asha tidak membangunkan Danendra untuk bersiap ke kantor. Asha bertekad untuk mendiamkan Danendra sampai batas waktu yang tidak ditentukan.Pagi-pagi sekali,Asha sudah menitipkan Hayana pada pengasuhnya, kemudian Asha turun bersarapan. Asha begitu terburu-buru, bahkan menghabiskan sarapannya dengan berdiri.Ada sikit kejangalan di hatinya melihat nyonyanya sarapan sendiri.

Waktu baru menunjukan pukul tujuh.Bahkan Danendra saja belum turun dari kamarnya, tetapi Asha sudah mau keluar.

Hayana yang sedang menghabiskan sarapan roti tawar dan selai strawberry.

"Nana , Mommy jalan dulu, ya," ucap Asha

Asha mengecup kedua pipi putrinya.

"Mbak,Jika daddy Hayana bertanya .tentangku,katakan padanya aku keluar bertemu Ibu Dan kakakku.Aku pulang nanti sore.Jaga Hayana baik -baik ,Ya,"jelas Asha lalu keluar dari rumah.

"Ya, Mommy," sahut Issabell, menggigit rotinya sembari melambaikan tangan mungilnya.

Asha menuju ke pintu gerbang.Ada sebuah taksi kosong sudah menunggu di luar.Asha tidak mau merepotkan sopir menghantarnya.

Danendra bangun saat jam di dinding menunjukan pukul delapan pagi. Kesiangan. Itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan kondisinya saat ini. Biasanya,Asha akan membangunkan-

nya tepat pukul enam pagi.Mendapati keadaannya, segera ia berlari ke kamar mandi untuk bersiap-siap ke kantor. Beruntung, sakit perutnya pagi ini sudah mereda.

Tidak ada tanda-tanda akan muncul kembali.Ternyata stok Obat di kotak P3K itu lumayan manjur.Danendra keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk di pinggangnya. Bergegas menuju walk

in closet mencari pakaian kerjanya. Lagi-lagi, Danendra mengalami kesulitan. Biasanya Asha sudah menyiapkan semua untuknya. Dan Danendra hanya tinggal berdiri, Asha akan mengerjakan semua

untuknya. Dari mengancingi kemejanya sampai memasang dasi. Bahkan istrinya juga masih membantu merapikan semua untuknya.

Tidak sampai di situ saja, Asha juga sudah menyiapkan sepatu dan kaus kaki untuknya. Danendra tidak perlu pusing dengan hal-hal kecil yang terlihat sederhana, tetapi begitu dikerjakan sendiri lumayan merepotkan. Bahkan Asha selalu mengingatkan ponsel, ikat pinggang dan hal sederhana lainnya. Kala ditinggal seperti ini, Danendra benar-benar kewalahan. Harus berlari ke sana kemari.

"As, kenapa meninggalkan ku seperti ini?"ucapnya pelan, menyeka bulir keringat yang muncul di dahinya karena terlalu banyak bergerak menyiapkan semuanya sendirian. Di saat seperti ini, ia baru menyadari seberapa pentingnya fungsi Asha sebagai istri di dalam

hidupnya. Tinggal bersama hampir lima minggu ,Danendra benar-benar dimanjakan Asha Dan itu membuatnya terlena.

Selesai berpakaian,Danendra kembali kewalahan mencari kaus kaki hitamnya. Biasanya asisten rumah tangga menyimpan di dalam rak lemari.Namun, sekarang Asha yang merapikannya.

Sialnya, Danendra tidak mencari tahu di mana Asha menyimpannya selama ini.

Terpaksa, di tengah buru-burunya Danendra menghubungi ponsel Asha , mencari tahu dimana istrinya menyimpan salah satu penunjang kostum kantorannya itu.

Dering pertama lolos, kedua lolos, ketika lolos, kelima tetap lolos. Danendra menghela napas, ketika panggilan itu berakhir di tangan si gadis bersuara merdu penunggu perator. Danendra menyerah, mencari dengan kemampuannya sendiri.

Setelah mengacak-acak lemari, Danendra tidak kunjung mendapati tempat penyimpanannya. Danendra akhirnya rela berangkat ke kantor tanpa kaus kaki. Penderitaannya tidak sampai di situ saja. Kala turun ke meja makan, hanya tersedia dua potong roti tawar polos, belum diapa-apakan.Berbeda dari biasanya, Danendra tinggal memasukan ke dalam mulut saja.

"As , kamu benar-benar mengerjai suamimu hari ini," bisik Danendra pelan. Sembari meraih sepotong roti dan menyiapkannya seorang diri.

Taksi yang dinaiki Asha berhenti tepat

di depan rumah dua lantai dengan konsep mini-malis, sesuai dengan alamat yang dikirimkan Isyana padanya. Asha segera turun, mengetuk pintu rumah.