Danendra tertegun. Danendra sudah berdamai dengan masa lalunya. Kalau dulu mungkin Danendra akan melakukan
hal yang sama dengan yang Danisha lakukan.Namun sekarang,Danendra sudah jauh lebih bisa menerima.
"Honey,ambil kembali uangnya. Itu untuk pengobatanmu. Pikirkan orang tua dan putrimu." Danendra masih terlihat tenang, tidak larut dalam situasi panas yang diciptakan mantan istrinya.
Ekspresinya sungguh jauh berbeda dibanding Danisha , terlihat jelas kemarahan tercetak di wajah mantan istrinya.
"Anggap permintaan maafku, kalau memang dulu aku bersalah padamu," ucap Danendra pelan.
"Hahahaha. Kamu merasa bersalah? Bukankah selama pernikahan kita hanya aku yang bersalah. Hanya aku satu-satunya yang berselingkuh," sahut Danisha sinis. Di kalimat terakhir, terdengar penekanan kata dan terlihat lebih emosional.
"Bahkan seluruh dunia tahu, aku mengkhianatimu. Br*ngsek!" umpat Danisha.
"Honey , terima saja bantuanku. Kita tidak akan saling bertemu setelah ini. Aku juga tidak akan menemui Adeline . Tolong beri pengertian pada putrimu, kalau aku bukan ayah kandungnya."jelas Danendra.
"Untuk Adeline , jangan khawatir. Aku juga tidak mau dia bergantung padamu. Semua ulah Papa dan Mama. Kalau tidak, Adeline tidak akan mengenal Danendra Isam Aldari seumur hidupnya,"sahut Danisha .
"Honey...."Kalimat Danendra menggantung, suaranya berhenti seketika di saat mata elangnya menangkap istri dan putrinya sedang membeku di luar ruangan.Masih dengan menggandeng Hayana , Asha terpaku di depan pintu yang memang tidak tertutup rapat.
Entah sejak kapan istrinya di sana, mendengar semua perdebatannya dan Danisha . Danendra tidak menyadari sama sekali. Sejak tadi terlalu fokus dengan semua ucapan Danisha .
"Sayang, kamu datang?" tanya Danendra tiba-tiba,berusaha menguasai diri. Jujur Danendra terkejut dengan kemunculan Asha di saat yang tidak tepat seperti sekarang.
Danendra sudah berdiri, berjalan melewati Danisha untuk menghampiri istrinya. Danisha berbalik,menatap ke arah pintu.
Deg—
Netranya menangkap pemandangan yang tidak biasa,Danendra sedang menghampiri seorang gadis muda yang menggandeng anak kecil.Ada banyak tanya, tetapi mendengar panggilan sayang dari Danendra , pastinya gadis itu bukanlah gadis sembarangan. Danendra sangat jarang sekali memanggil seseorang seperti itu, kecuali anggota keluarganya.
"Kamu, kenapa tidak mengabariku?" tanya Danendra saat sudah berhadapan dengan istrinya.
"Mas, dia siapa? Diakah Honey yang
menghubungimu itu?" tanya Asha , curiga. Menatap Danisha tanpa berkedip.
Di saat ini, Asha merasa punya hak bertanya dengan statusnya sebagai istri Danendra .
"Bukan, dia Danisha . Mantan istriku. Ayo aku akan mengenalkannya padamu," ajak Danendra .Pandangannya beralih pada Hayana . Tidak mungkin rasanya membawa masuk putrinya di Pandangannya beralih pada Hayana . Tidak mungkin rasanya membawa masuk putrinya di saat ini. Danisha emosinya sedang tidak stabil.Danendra takut, kemarahan Danisha hanya akan membuat Hayana ketakutan.
"Mbak, tolong ajak Nana ke lobi bawah. Ajak dia main di sana sebentar. Nanti aku akan menjemputnya," pinta Danendra , berjongkok menatap Hayana .
"Sayang, Daddy dan Mommy ada pekerjaan di dalam.Nana ikut mbak ke bawah, minta Pak Radin belikan Nana permen Iolipop," bujuknya. Mendengar kata Iolipop, Hayana langsung mengangguk dan menurut.
Danisha sudah berbalik hendak keluar saat Danendra menggandeng istrinya masuk.
"Sayang, ini Danisha . Mantan istriku," kenal Danendra .Menghentikan langkah Danendra yang sebenarnya sudah ingin pergi.
"Honey , ini istriku Asha."Ulang Danendra.
"Ah, sudahlah, Han! Aku kesini bukan untuk berkenalan. Aku hanya mengembalikan uangmu, aku tidak perlu kenal dengan istri atau keluargamu." ucap Danisha sambil berlalu.Menengok pun tidak pada Asha yang dikenalkan Danendra .
Asha masih menutup mulutnya rapat-rapat. Memandang tubuh gemulai yang masih kelihatan cantik di usia matangnya. Danisha memiliki rambut tergerai indah yang dicat pirang dan bergelombang. Sepatu hak lancip 9 cm yang dikenakannya menambah indah body gitar Spanyol dengan kulit putih mulus. Belum lagi dandanannya benar-benar berkelas bak artis tetapi mantannya Istri suaminya ,model terkenal ibukota lengkap dengan aroma parfum mahalnya. Ah, sebagai wanita Asha sungguh iri melihatnya.
Asha menunduk memandang sepatu kets sederhana yang menutup kaki mungilnya dan celana jin yang hampir memudar. Belum lagi tubuhnya yang pendek, hanya sebatas leher Danendra .Rasanya jadi tidak percaya diri. Asha masih terus mengagumi keindahan di depan matanya itu menghilang di balik pintu lift.
"As , ada apa?" tanya Danendra .
"Hah! Tidak apa-apa," sahut Asha pelan.
"Maafkan aku, kamu jadi harus menonton
pertengkaran kami," ucap Danendra . Pandangannya tertuju pada bungkusan yang ada di tangan Asha .
"Apa yang kamu bawa, As?" tanya Danendra . Langsung saja menyambarnya dari tangan istrinya.Membukanya dengan buru-buru, sampai akhirnya senyum di bibirnya terkembang.
"Kamu membawakanku bekal," ucap Danendra ,mengecup pipi Asha .
"Mas, dia cantik sekali."ucap Asha setelah lama mendiam.
"Sudah, kenapa masih memikirkannya. Hidupku sudah milikmu sekarang," sahut Danendra , mengejutkan Asha . Ada rasa bahagia saat suaminya mengucapkan kalimat itu dengan penuh keyakinan.
"Tapi kenapa memanggilnya seperti itu," ucap Asha , merasa cemburu.
"Hanya panggilan, tidak memiliki arti apa-apa.Sudah hampir dua puluh tahun lebih aku memanggilnya seperti itu. Bahkan sejak pertama kami dekat," jelas Danendra dengan santainya.
"Bahkan aku canggung memanggil namanya.Terasa aneh di bibir," lanjut Danendra .Asha mengangguk, berpura-pura mengerti, walau hatinya sedikit tergores. Panggilan begitu manisnya, rasanya tidak rela.
"As , kamu kenapa?" tanya Danendra , sudah merapikan meja kerjanya. Menyusun kotak-kotak makanan itu di atas meja.
"Tidak apa-apa."jawab Asha.
"Kamu sudah makan?" tanya Danendra melihatnya istrinya masih tetap mematung. Asha menggeleng.
"Hah, ini sudah jam berapa?" ucap Danendra , menarik tangan Asha duduk.
"Aku tidak lapar, Mas," sahut Asha .
"Mas, benar bukan dia yang menghubungimu itu ?" tanya Asha .
" Isyana ," bisik Danendra .
"Kakak tersayangmu yang menghubungiku,"lanjut Danendra lagi.
"Tapi kenapa nama di kontak ponselmu bisa sama dengan nama panggilan mantan istrimu,Mas?" tanya Asha lagi.
"Aku tidak tahu,As . Mungkin dia melakukannya sebelum keluar dari rumah kita. Aku tidak pernah mengeceknya. Kamu tahu sendiri kan,ponselku sering aku tinggalkan di atas meja," jelas Danendra .
"Tetapi bagaimana bisa nama yang disimpan bisa sama dengan nama panggilan mantan istrimu, Mas?" tanya Asha , tidak kunjung usai menginterogasi suaminya.
"Kamu cemburu?" Akhirnya Danendra mengeluarkan juga pertanyaan yang sejak tadi mengisi pikirannya.
"Kamu cemburu karena aku memanggilnya Honey ?" tanya Danendra lagi.Istrinya sedang menunduk, tidak mau menjawab sama sekali. Asha memainkan jari-jemarinya diatas pangkuan.
"Bukan begitu ... tapi ...."Asha tidak menghabiskan kalimatnya.
"Baiklah, aku tidak akan memanggilnya seperti itu lagi. Tetapi rasanya aneh kalau harus memanggil namanya," potong Danendra , tersenyum.
"Kamu tahu, As. Di saat kami saling melempar piring dan gelas pun, kami tetap memanggil seperti itu. Bahkan di saat saling menampar dan memukul pun akan ada panggilan itu di sela umpatan," cerita Danendra .
Asha terbelalak. Kali ini bukan karena panggilan sayang, tetapi lebih kepada kata saling memukul.
"Mas, dulu sering memukulnya?" tanya Asha ragu.
Danendra diam, berusaha mengolah kata di dalam otaknya. Jawabannya pasti akan membuat Asha ketakutan.
"Kami masih sama-sama muda saat itu,
emosinya masih menggebu dan tidak mau mengalah ,"Danendra mulai bercerita.
"Ya, lebih tepatnya saling memukul. Dia menamparku dan aku pasti akan menamparnya kembali. Dia melemparku dengan vas aku juga akan melakukan hal yang sama. Melempar gelas, piring apa saja yang bisa aku lempar saat itu."cerita Danendra lagi.
"Dia bahkan pernah mengacungkan pisau dapur ke depan wajahku. Tetapi aku juga menodongkan senjata di kepalanya."Lanjut cerita Danendra.
Asha semakin terkejut, menutup mulutnya. Benar-benar sulit dipercaya, tetapi suaminya tidak mungkin melakukan kebohongan untuk hal yang bisa menjatuhkan nama baiknya sendiri.
"Itu pertengkaran kami yang terakhir. Setelah itu, kedua orang tuanya meminta kami bercerai detik itu juga sebelum ada korban jiwa," cerita Danendra .Tersentap Asha mendengar cerita sang suami.