Chereads / Anak sang pembantu / Chapter 53 - Chapter 53: Keributan

Chapter 53 - Chapter 53: Keributan

Mobil yang mereka tumpangi masuk ke dalam pekarangan rumah kediaman Danendra . Dari teras rumah sudah tampak Hayana yang digendong pengasuhnya berteriak kencang sambil melambaikan tangannya.

Tiga hari mereka berpisah, hanya berhubungan melalui video call saja. Ada segunung rindu yang dirasakan gadis kecil itu kepada ayah dan bundanya.

"Mami," teriaknya, meloncat kegirangan melihat Asha yang turun dari mobil. Baru saja Hayana merengek minta diturunkan dari gendongan pengasuhnya.Asha bergegas menghampiri, berjongkok tepat di depan Hayana . Di belakangnya tampak Danendra menyusul sambil membawa boneka beruang besar yang dibelinya saat di Bogor.

"Nana rindu Mommy?" tanya Asha , mengecup kedua pipi gembul Hayana .

"Lindu Mami," sahut Hayana , memeluk erat leher Asha , meminta sang mama membawanya ke dalam gendongan.

"Daddy!" teriak Hayana , saat pandangannya beralih pada sosok Danendra yang berjalan mendekat, membawa boneka besar di pelukannya.Hayana sudah menyodorkan kedua tangannya,bersiap menerima boneka beruang yang besarnya hampir sama dengan ukuran tubuhnya.

"Maasih, Daddy," celoteh Hayana , menyandarkan kepalanya pada boneka besar yang sedang didekapnya.

"Mami," panggil Nana, pandangannya tertuju pada mobil, di mana Pak Radin sedang menurunkan koper dan barang-barang milik Asha dan Danendra .

"Dedek mana?" tanyanya polos pada Asha , kemudian manik mata gadis kecil itu beralih menatap Danendra . Menagih janji yang sempat diucapkan Danendra , saat Nana ditinggalkan selama tiga hari

yang lalu. Dilarang ikut oleh sang ayah.

"Daddy, dedek mana?" tanya Nana lagi.

Kepalanya celingak-celinguk mencari sesuatu.

"Nana cari apa, sih?" tanya Asha heran.

"Dedek Mami," jelas Hayana menegaskan kembali.

"Sabar ya,Nana . Harus menunggu lagi," sahut Danendra asal, menggarukan kepalanya yang tidak gatal.

"Kamu bicara apa dengan Nana, Mas?" tanya Asha , memukul lengan Danendra .

"Tiga hari yang lalu aku menjanjikannya akan memberi Nana adek bayi. Kalau tidak begitu, dia akan memaksa ikut kita ke Bogor," jelas Danendra ,tersenyum.

"Dasar!" gerutu Asha masuk ke dalam rumah.

Keluarga kecil itu sedang menikmati makan siangnya setelah membersihkan diri dan melepas lelahnya karena perjalanan panjang Bogor-Jakarta. Hayana pun sudah duduk di kursi khusus untuk balita, disuapi makan siang oleh pengasuhnya.

Danendra seperti biasa duduk di kursi utama, ditemani Asha di sampingnya. Menikmati makan siang yang sudah disiapkan asisten rumah tangga. Gambaran keluarga kecil bahagia, makan siang yang diiringi celotehan Hayana dan pembicaraan ringan antara Danendra dan Asha .

Tiba-tiba Isyana masuk, sambil berteriak di ruang makan. Diikuti seorang security yang berusaha menahan langkah kakinya.

"DANENDRA !" teriak Isyana .

Semua orang yang ada di meja makan terkejut,termasuk Hayana yang menangis karena terkejut mendengar teriakan penuh amarah dari Isyana .

"As, tolong bawa Nana ke kamar." Danendra berdiri dan bersiap menantang Isyana yang sedang dipenuhi emosi dan amarah.Tangisan nyaring Hayana tidak membuat Isyana mundur, tetapi malah semakin menjadi. Menarik paksa gadis kecil itu dari dekapan Asha .

"Aku akan mengambil kembali putriku!" ucap Isyana dengan nada keras.

"Mami ... Mami," teriak kecil dari bibir mungil itu bersamaan dengan jerit tangisnya yang kencang.

"Kak, tolong berikan Nana padaku. Kasihan dia tidak tahu apa-apa," bujuk Asha , berusaha meraih kembali gadis kecilnya dari gendongan Isyana .

"Kembalikan putriku! Kalau tidak aku akan menuntutmu, mengambil paksa putriku!" ancam Danendra .

"Dia putriku, darah dagingku, Dan! Ingat itu! "sahut Isyana tertawa.

Hayana yang masih saja menangis dan berteriak histeris, tidak menyurutkan niat. jahat Isyana . Entah apa tujuannya mengacau di kediaman Danendra , jelas-jelas Isyana paham kalau ia tidak memiliki hak apa-apa di rumah ini.

"Kak, tolong berikan Nana padaku. Kasihan Nana,"bujuk Asha .

"Apa yang Kak Isyana inginkan, ayo kita

bicarakan baik-baik," bujuk Asha kembali.

Teriakan dan tangisan Hayana terdengar

menyayat hati. Bahkan gadis kecil itu belum menghabiskan makan siangnya.

"Ayo, kita bicara di kamarku," ajak Asha ,

menepuk lembut punggung Isyana yang masih saja mendekap erat Hayana yang menangis.

"Aku akan menurut, Kak. Tolong lepaskan Nana .Kasihan dia. Kalau memang Kak Isyana sayang padanya, jangan membuatnya ketakutan," bujuk Asha .

Isyana diam dan berpikir, kemudian mengalihkan pandangan pada Asha . Terpaksa menurut, Isyana menyerahkan Hayana pada pengasuh yang langsung maju dan menyambut tubuh mungil Hayana yang menggemaskan keluarga Danendra Isam Aldari .

"Mami ... Mami ...." Teriakan masih keluar dari bibir Hayana . Suaranya semakin mengecil kemudian menghilang di balik pintu kamar tidurnya.

"Aku ikut!" ucap Danendra mengekor di belakang Isyana dan Asha yang sudah lebih dulu berjalan.

"Mas, kenapa ikut? Aku ingin berbicara berdua dengan Kak Isyana ." Asha menolak kehadiran Danendra .

"Aku khawatir Isyana akan menyakitimu," sahut Danendra , meraih tangan istrinya dengan tatapan memohon. Danendra berharap diizinkan untuk masuk ke kamar.

Asha menggeleng.

"Dia kakakku. Aku yakin semua akan baik-baik saja." Danendra memilih mundur, menunggu di luar kamar.

Namun, kekhawatirnya tetap sama. Danendra mengenal bagaimana sifat Isyana , jauh berbeda dengan dengan istrinya.

"Ada apa, Kak? Kenapa harus marah-marah seperti ini. Kasihan Nana jadi ketakutan?" tanya Asha , saat mereka berdua sudah berada di dalam kamar.

Isyana bukannya menjawab, tetapi malah memerhatikan keadaan di sekitar kamar. Selama tiga tahun tinggal di sini, hanya kamar ini saja yang belum pernah didatanginya.Danendra tidak mengizinkan siapa pun masuk ke kamarnya, kecuali Hayana dan pembantu kepercayaannya

yang setiap hari membersihkan dan mem-

bereskan semua keperluannya.

Hati Isyana bagai tertusuk ribuan jarum saat melihat pakaian kotor milik adiknya, Asha yang tumpang-tindih dengan pakaian kotor Asha . Bertumpuk jadi satu di sudut ruangan menunggu asisten rumah tangga mengumpulkannya dan membawa ke laundry.

"Apa yang kamu lakukan sehingga nasibmu begitu baik?" tanya Isyana tersenyum mengejek. Isyana mengalihkan pandangannya dari tumpukan baju kotor, sekarang menatap Asha dengan senyuman licik.

"Kak Isyana kenapa jadi begini?" tanya Asha lembut, berusaha menenangkan sang kakak.

"Nasibmu memang selalu baik. Sejak kecil, kamu selalu dimanja. Tidak hanya Ayah, Ibu juga.Sekarang kamu dengan mudah menikah dengan laki-laki mapan tanpa bersusah payah."sindir Isyana.

"Tapi sayang ... suami tampan dan kayamu itu penjahat wanita!"Lanjut Isyana.

"Kak Isyana kenapa?" tanya Asha lagi. Kali ini tatapannya terlihat sedih. Kakak yang disayanginya berubah, tidak seperti dulu.Isyana begitu menyayangi dan mengalah padanya.

"Kamu benar-benar tidak mendengarkan nasehat kakakmu, As," ucap Isyana pelan, menatap ke arah ranjang yang berantakan.

"Aku sudah memintamu meninggalkan

suamimu, kamu malah menyerahkan diri

padanya. Suamimu itu brengs"ek!" tuding Isyana ,berbicara dengan keras.

"Selama tiga tahun ini, kami sepasang kekasih.Kami tinggal bersama, kami tidur bersama. Kenapa kamu datang tiba-tiba mengacaukan segalanya," cerita Isyana , menjatuhkan bokong diatas ranjang. Isyana duduk sambil mengusap lembutnya ranjang di kamar utama istana Danendra Isam Aldari .

"Kamu mengacaukan semua perjuanganku.Kamu mengambil semua milikku, kamu mengambil putriku!" tuding Isyana .Isyana mengalihkan pandangannya, menatap reaksi Asha yang biasa-biasa saja. Dahinya berkerut saat melihat tidak ada raut keterkejutan di wajah adiknya.

"As, kamu benar-benar percaya pada laki-laki itu dibanding kakakmu?" tanya Isyana hampir tidak percaya. Asha yang biasanya tegas dan kritis, tiba-tiba menjadi kalem dan tenang.

"Lalu kenapa kalau suamiku tidur dengan Kak Isyana sebelum ini. Bukankah sekarang dia tidur di pelukanku. Berbagi ranjang dan napas denganku setiap malam," sahut Asha , menantang.

"As , kamu sudah gila."Isyana terkejut dengan jawaban adiknya sendiri. Isyana meraih sesuatu dari tas tangannya. Amplop yang minggu lalu sempat ingin ditunjukkan pada Asha .Isyana mengeluarkan puluhan foto dan melemparnya ke udara. Foto-foto itu berhamburan melayang di udara, sampai akhirnya terjatuh pasrah di lantai marmer kamar.

"Gadis bodoh! Kenapa menyerahkan kehormatanmu pada laki-laki b'ejat itu! Dia tidak pantas mendapatkan adikku," ucap Isyana .

Isyana kembali mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan melemparnya tepat di wajah Asha .Deretan pil yang masih dalam kemasan itu mengenai dahi Asha sebelum terjatuh ke lantai.

"Jangan sampai hamil anaknya. Terserah kalau kamu mau berbagi napas dan ranjang setiap malam dengannya. Lagipula dia sudah mendapatkanmu.Jika Kamu bepikir tidur dengannya bisa menakluki hatinya,kamu salah.Kamu,Ibu dan aku semua ditangannya.Berpikir kembali kenapa dia mengabaikanmu ?Jika ia benar -benar serius dalam pernikahan kalian.Kenapa tidak dia berkata jujur padamu?Kenapa anak yang bukan dari darah dagingnya lebih dimuliakan dari sang istri?Kamu tidak bisa memiliki hatinya.Ia hanya perlukan seorang wanita melahirkan anak untuknya dan lihatlah sekarang.Contohnya aku,kakakmu.Ia bisa melakukannya terhadapku begitu juga pada dirimu ,"jelas Isyana panjang lebar.

"As,aku bukanlah seorang pelacur seperti yang suamimu tuduhku.Aku hanya tersilap saat itu.Bapa Hayana laki-laki yang baik.Aku hanya belum bersedia membukanya.Satu hari ,kamu pasti akan mencariku bertanya tentang suamimu.Aku akan menunggu hari itu,"Lanjut Isyana lagi.

"Setelah puas dengannya, kamu bisa menuntut cerai. Kembali ke Surabaya,jaga Ibu. Kamu akan berjodoh dengan laki-laki baik, tetapi bukan Danendra ," jelas Isyana , berbalik.

"Sampaikan pada suamimu. Aku akan mengambil kembali putriku. Dia sudah melanggar semua janjinya padaku!" ancam Isyana , bergegas keluar dari kamar.

Asha dengan buru-buru mencapai pil yang terjatuh ke lantai ,disembunyikan di dalam laci meja soleknya.Asha tidak mahu suami melihat pil itu .Tidak mahu kebencian sang suami ke kakaknya bertambah.Foto-foto dibiarkan bertaburan .Biarlah suami menatap aibnya sendiri.