Tiba-tiba ponsel Asha berdering, Farzan sedang dalam panggilan. Asha menjawab panggilan itu.
"Halo, Far," sapa Asha.
"Halo, As. Aku sudah di luar hotel
menunggumu," jawab Farzan.
"Ma..maaf, Far. Aku sedang bersiap-siap bersekarang.Tadinya aku terlelap. Bisakah kamu menungguku sebentar? Aku sedang bersiap-siap sekarang," jelas Asha,buru-buru ke kamar mandi dan bersiap-siap.Suaminya dengan sang sopir sudah berangkat.
Setelah selesai ,Asha mengarah ke mobil Farzan yang hampir 30 menit menunggunya.
"As, kenapa ?Wajahmu sembam dan matamu kantong?kamu menanggis?," Farzan kaget, pertanyaannya bertubi -tubi. Asha memilih diam.
Sepanjang perjalanan menuju ke janji temu Asha hanya melihat keluar jendela melihat pengendara lalu -lalang.
Mereka berhenti di mereka berhenti di sebuah restoran bintang lima. Seorang gadis muda terlihat melambai ke arah Farzan. Mereka menuju ke arah gadis itu.
"Hai, aku Alysa, sahabat Farzan."Alysa mengenalkan diri.
"Hai, saya Asha,"jawab Asha.
setelah satu jam berbicara, akhirnya Asha mengambil kata setuju. Semua karyawan di tokonya masih bekerja. Alysa mengikut suaminya berpindah ke luar nengri .Asha dan Alysa berjabat tangan tanda persepakatan. Pengalihan kepemilikan dimulai bulan depan.Melihat Asha yang tidak beres ,Farzan meminta diri.
Farzan mengendara mobil ke taman permainan .Farzan memberanikan diri mengandeng tangan Asha.Berlari menuju ke roller coaster.Awalnya Asha menolak.Tapi akhirnya Asha bersetuju.Setelah mencoba banyak permainan Asha meminta pulang,khawatir suami pulang awal.
Dalam perjalanan pulang ke hotel ,Asha meminta Farzan mengarah ke danau . Turun dari mobil ,Asha berteriak sekuat hatinya , untungnya tidak ada pengunjung hari itu. Danau itu tampak sepi. Farzan membiarkan Asha melepaskan semua yang terkunci di hatinya.Farzan berdiri disebelah Asha.Tiba -tiba Asha membalikkan badan memeluk Farzan menanggis seperti anak kecil.Memukul dada kelar Farzan sembari berteriak "Aku harus bagaimana?",Berkali -kali Asha mengulangi ayat itu.Farzan membalas balik pelukan Asha ,membelai lembut rambutnya .Setelah sedikit tenang,Asha meminta maaf kerana memeluknya tanpa sengaja.
"Maaf Far,aku terlalu emosi," Asha memulakan bicara.
"Aku sedia mendengarnya ,As.Aku tidak bisa menolongmu ,tetapi telinga terbuka untuk mendengarnya.luahkan semuanya,"kata Farzan .
Asha dan Farzan masuk ke dalam mobil.Asha mula bercerita,sesekali airmatanya menetes.Farzan menyeka air mata Asha yang jatuh di pipinya dengan telunjuknya.
Farzan tidak banyak bertanya ,hanya mendengar.Tiba-tiba ponsel Asha berdering.
"Halo,Mas,"jawab Asha.
"Aku sedang jalan di mol,bentaran aku akan pulang ke hotel"lanjut Asha berbohong lalu memutuskan panggilan.Farzan tahu panggilan itu dari suami Asha ,Danendra.
"Kamu baik-baik saja ,As,"tanya Farzan .setelah mendengar cerita Asha ,Farzan paham keadaan Asha.Farzan tidak dapat berbuat apa-apa.Setelah sampai ke hotel,Farzan memberhentikan mobil di depan hotel.
"Jika butuh bantuan ,call me ,ya,"kata Farzan.Asha cuma mengangguk kepala.
suaminya dan sopir masih belum kelihatan di hotel.Ponsel Asha berdering lagi.
"Ya ,Mas?jawab Asha.
"As ,aku tidak bisa membawamu makan malam ,aku bersama teman kolega bisnisku makan malam."kata Danendra.
"Tidak mengapa ,Mas."jawab Asha lalu memutuskan panggilan .Asha keluar dari hotel mencari jajanan tepi jalan lebih membuatnya berselera.
Asha melihat jam di layar ponsel menunjukkan 23:30,Danendra belum pulang ke hotel.Asha tahu Danendra kemungkinan menemani rakan Bisnisnya libur.Asha kembali ke kamar hotel yang disewanya kemarin.Asha tidak mau menelepon Danendra.
Danendra pulang ke hotel jam menunjukkan jam 1:20pagi.Tanpa membersihkan diri Danendra merebahkan tubuhnya ke kasur lalu terlelap.
Asha bangun pukul 6 pagi menuju ke lantai dasar membayar kamarnya selama dua malam.Setelah itu Asha ke lantai dua hotel ke kamar suaminya.
Ketika Asha membuka pintu kamar, bau alkohol terlalu kuat memenuhi ruangan. Asha ingin berkemas. Mereka akan segera kembali ke Jakarta.Asha tidak mahu mengejutkan Danendra.
Honeymoon yang direncanakan Danendra berantakan. Sehari saja mereka menikmati bulan madunya, tetapi selebihnya mereka hanya saling diam dan tidak bicara setelah Danendra mencoba jujur dan mengakui semua kesalahannya.
Hanya setengah malam saja, mereka berbagi ranjang.Untuk sementara,Danendra memang sengaja memberi ruang untuk Asha merapikan hatinya kembali yang sempat porak-poranda setelah pengakuannya yang menyakitkan.
Danendra terbangun ,sudah melihat Asha berkemas. Danendra buru-buru ke kamar mandi membersihkan diri.Pagi ini, mereka sudah bersiap. Asha terlihat merapikan pakaian mereka, memasukkan ke dalam koper.Suaminya keluar ,hanya dengan berbalut handuk putih.
"Mas, kita jalan jam berapa?" tanya Asha .
Untuk pertama kali setelah hari itu, Asha mengajaknya bicara kembali.
"Sebentar lagi," sahut Danendra , tersenyum sendiri.Tatapannya tertuju pada Asha yang sedang duduk di lantai bersama koper mereka.Danendra mencoba memberanikan diri, mendekati Asha yang terlihat mulai membuka diri untuknya lagi.
"As , bisa kita bicara?" tanya Danendra , ikut duduk di sebelah Asha .
"Ada apa, Mas?" tanya Danendra , masih saja sibuk melipat pakaiannya.
" Mas ,ini pakaianmu," kata Asha pakaian menyodorkan kepada suaminya.
"Aku masih menunggu maafmu." Danendra berbisik pelan.
"Aku tidak tahu, tetapi aku akan berusaha untuk itu. Aku tidak mau Ibu dan Hayana kecewa karena kita berpisah," ucap Asha tegas .Bulir air mata itu jatuh kembali. Entahlah, setiap mengingat suaminya tidur dengan kakaknya sendiri, ada rasa sakit yang meremas hatinya.
"Maafkan aku, Sayang," ucap Danendra . Jemarinya tanpa permisi mengusap air mata yang meluncur turun dari kedua mata Asha .Ada rasa sedih, setiap kali melihat air mata Asha . Rasa yang baru kali ini dirasakannya. Danendra sudah pernah menikah, sudah sering melihat
mantan istrinya menangis setiap mereka
bertengkar.
"As , aku berjanji tidak akan memberi rasa sakit lagi. Aku akan membahagiakanmu," bisik Danendra .
" Tidak perlu berjanji.Kemahuan dan kebutuhan seseorang itu tidak perlu di ucap,"tegas Asha lagi.Maksud kata Asha sampai ke dasarnya.
Danendra merengkuh tubuh Asha , membawanya kepelukan. Tangannya sudah membelai lembut,menenangkan Asha .
"Mas, rasanya sakit," bisik Asha , merangkul leher Danendra menangis sesenggukan.
Untuk pertama kalinya,Asha menumpahkan semua air mata di pelukannya , menangis dengan kencang, mengeluarkan semua sakitnya di pundak Danendra . Setelah hampir tiga hari, Asha menahannya, hingga membuatnya hampir sesak dan susah bernapas.
"Maafkan aku, As. Aku benar-benar tidak
menyangka bisa membuatmu merasakan sakit ini," bisik Danendra berusaha menenangkan. Danendra mengecup kening istrinya. Mengecup lama,kemudian beralih mencium kedua pipi Asha seraya membisikkan kata maaf.Sempat ragu dan menatap Asha yang masih saja terisak, sebelum akhirnya Danendra melabuhkan
sebuah kecupan ringan di bibir tipis istrinya.
"As, maafkan aku. Aku berharap tiba di Jakarta,kita bisa bersikap biasa. Kasihan Nana," ucap Danendra , tersenyum.
Menangkup wajah Asha dengan kedua tangannya. la tersenyum melihat wajah istrinya yang menggemaskan.
"Ya, Mas," sahut Asha , akhirnya mengangguk.
"Tapi aku harus menyelesaikan masalah dengan Kak Isyana . Mas juga harus minta maaf pada Kak Isyana ," pinta Asha .
"Ya, nanti kita sama-sama menemui Isyana ,"jawab Danendra .
"Kak Isyana sudah tidak tinggal di rumah?" tanya Asha .Danendra mengeleng kepala.
"Lalu ... Kak Isyana tinggal di mana?" tanya Asha lagi.
"Aku belum tahu. Nanti aku akan minta orang mencari alamatnya."jawab Danendra.
"Jangan menangis lagi, rasanya aku gagal menjadi seorang suami dan laki-laki kalau kamu terus-terusan mengeluarkan air mata." Ucap Danendra iba.Asha hanya mengangguk. Berusaha tersenyum dengan wajah sembab dan hidung memerah.
Danendra memerhatikan wajah cantik yang sedang mengusap hidungnya yang memerah.Perasaannya jauh lebih lega, setidaknya Asha sudah bisa mengerti.
"As , apa aku boleh minta jatah lagi sebelum kembali ke Jakarta?" tanya Danendra tiba-tiba.
"Aku tidak mahu kita berlarutan begini.Aku bisa gila,As!"Lanjut Danendra.
Asha terkejut, mengangkat pandangannya.Suaminya sedang menunggu jawaban dengan wajah penuh harap.