Chereads / Anak sang pembantu / Chapter 43 - Chapter 43 :Sekongkol

Chapter 43 - Chapter 43 :Sekongkol

" As ,hari ini aku harus keluar kota.Aku akan membawamu juga.Kemasi barang-barangmu dan aku.Aku ada kerja di Bogor selama tiga hari,"jelas Danendra lalu masuk ke kamar mandi,selebihnya urusan istrinya.

Mendengar suaminya ingin pergi ke Bogor, Asha teringat tawaran Farzan. Asha menelepon Farzan, memintanya pergi ke Bogor untuk membicarakan toko temannya, Farzan. Dia tidak ingin suaminya tahu, biarkan mereka berpikir seorang polos dan dungu.

"Halo,Far!," sapa Asha.

"Halo, As," sapa Farzan.

"Far , hari ini saya dan suami akan pergi ke kota Bogor, jika tidak keberatan bisakah kamu pergi ke sana untuk menemaniku besok untuk bertemu temanmu? Asha bertanya.

"Hemm..Aku tidak masalah, As. Aku khawatir suamimu akan berpikir macem-macem ," jelas Farzan lagi.

"Baiklah , setelah suamiku pergi ke kantor, aku akan meneleponmu. Apa aku mengganggumu, Far?" tanya Asha. Asha takut mengganggunya.

"Tidak As, besok aku nunggu telpon dari kamu. Aku kangen kamu As," canda Farzan sambil tertawa kecil dan mematikan teleponnya.

Dengan tergesa-gesa berjalan menuju lemari, mengeluarkan kemeja dan celana kerja Danendra , kemudian memasukkan ke dalam koper.

"Kita pergi selama tiga hari ,As" ucap Danendra.Terkejut Asha ,melihat suaminya sudah berada Di belakangnya.

"Ya, Mas," sahut Asha , menyusun kembali pakaian Danendra .

Selesai berkemas, tampak Danendra menggandeng Asha keluar kamar. Danendra mengajak istrinya berpamitan pada putrinya,Hayana .

"Mas, Nana tidak ikut?" tanya Asha mem-beranikan diri.Danendra menggeleng. "Aku kerja, tidak mungkin membawa Hayana ," jelas Danendra . Nada bicaranya sudah terdengar biasa.

"Tapi ... kasihan Nana, Mas," ucap Asha , sedih menatap Hayana yang merengek saat melihat sopir menyeret koper-koper mereka.

"Daddy ikut," rengek Hayana mulai menangis.

"Mas," panggil Asha,menyentuh lengan Danendra.

"Aku tidak bisa membawa Nana ,As."Danendra menjawab.

"Apa sebaiknya aku di sini saja Mas, menjaga Nana." Asha memberi usul, sontak mendapat tatapan tajam dari Danendra .

"Nana sudah punya pengasuh, tidak membutuhkanmu. Saat ini suamimu yang membutuhkan seorang istri untuk mengurusinya," ucap Danendra dengan tegas.

"Mas," ucap Asha pelan, masih berusaha membujuk. Asha tidak tega melihat rengekan dan tangisan Hayana yang sedang menarik celana

Danendra .

"Daddy ... ikut," rengek Hayana masih terisak.

"Mas, apa kita bawa saja. Aku akan menjaganya," ucap Asha ragu.

"Tidak,Nana tetap di sini."Danendra menolak dengan tegas.

"Nanti pulang, Daddy janji kita akan jalan-jalan,"bujuk Danendra , berjongkok. Meraih putrinya, membawa ke dalam gendongan.

"Mami ... ikut," rengek Hayana pada Asha kali ini.Kedua tangannya sudah terulur, berharap Asha mengambilnya dari gendongan Danendra .

"Mas, kasihan Nana ." Asha berkata, sambil memohon.Danendra menatap Asha sejenak, tersenyum.

"Tidak bisa, As. Aku harus kerja," sahut Danendra .Tampak Danendra menggendong putrinya keluar menuju taman, berbincang berdua di sana.Meninggalkan Asha yang menatap kebingungan.

"Apa yang terjadi. Kenapa mendadak dan begitu tiba-tiba?" batin Asha .Hayana diam dalam gendongan ,mendekap erat leher daddynya. Isak dan rengekan yang tadinya mendominasi, berganti dengan senyum terkulum sesekali mencium pipi Danendra .

Danendra paham sudah, gelagat gadis kecilnya. Hayana paling tahu cara mencuri hatinya. Hanya dengan sebuah kecupan ringan di pipi saja,Danendra biasanya akan luluh lantah, tetapi kali ini berbeda,Danendra tidak bisa membawa gadis kecil, putri kesayangannya.

"Nana, Daddy harus kerja. Tidak bisa membawa Nana. Tidak apa-apa, kan?" tanya Danendra ,tersenyum.

Danendra sudah menjatuhkan pelan tubuh Nana di atas bangku taman, halaman belakang rumah. Tempat biasa Danendra dan Nana melepas lelah dan rindu di saat Iibur bekerja.

"No, Daddy. Ikut!" rengek Nana untuk ke sekian kali.

"Nana , kali ini Daddy mohon.Nana tidak bisa ikut.Daddy kerja bukan jalan-jalan," pinta Danendra ,berusaha menjelaskan pada anak berusia tiga tahun itu. Yang jelas, belum mengerti apa-apa.

Danendra memutar otak, berusaha kata-kata bujukan yang pas. Sekiranya yang bisa ditangkap otak anak seusia Hayana . Senyum Hayana merekah, menyaingi bunga mawar merah yang mekar sempurna di pojokan taman.Danendra membungkuk, menyejajarkan wajahnya setara dengan wajah Hayana .

"Daddy dan Mommy mau membuat adik bayi untuk Nana.Mau?" tanya Danendra .Hayana tampak berpikir. Beberapa detik kemudian raut wajah gadis kecil itu berubah cerah.

"Mau,"ucap Danendra sambil tertawa kecil.

"Mau banyak Daddy," lanjutnya lagi.

"Ya, Daddy akan bawakan adik bayi yang banyak untuk Nana . Supaya bisa diajak main rumah-rumahan," ucap Danendra , mencubit pipi gembul Hayana .

"Jadi ...Nana di rumah saja, ya. Sama Suster," pinta Danendra .Hayana mengganguk. Menyodorkan tangannya,melakukan high-five dengan Danendra .

Tak lama pasangan ayah dan anak itu pun sudah kembali dengan wajah ceria, saling berganding tangan. Pemandangan yang membuat beberapa pasang mata keheranan.

"Ayo, As," ajak Danendra , menyerahkan Hayana pada Asha .Danendra yakin, Asha pasti ingin berpamitan dengan putrinya, demikian juga Hayana .

"Mas, aku ajak Nana ke kamar. Sekalian mau ganti pakaian," pamit Asha. Tanpa menunggu jawaban, menggandeng tangan mungil Hayana menuju ke kamar tidurnya.

Keduanya sudah masuk ke dalam kamar. Saat hendak menutup pintu, Asha dikejutkan dengan kehadiran Danendra yang tiba-tiba sudah mengekor di pintu kamar.

"Mas," panggil Asha , kaget.

"Mas mau apa?" tanya Asha heran. Danendra hanya tersenyum, ikut melenggang masuk tanpa memberi jawaban.

"Hanya ingin menontonmu berganti pakaian,"ucap Danendra dengan tidak tahu malunya. Sudah duduk di ranjang bersama Hayana .

"Mas, jangan gila, ya," ucap Asha kesal dengan jawaban asal Danendra .

"Aku serius," sahut Danendra , tersenyum menatap Hayana.Asha hanya bisa mendengus kesal. Melangkah menuju walk in closet, ia berganti pakaian didalam sana. Asha sedikit khawatir, takut tiba-tiba Danendra masuk dan menangkap basahnya. Asha mendengar sendiri kata-kata mengerikan Danendra .Tak membutuhkan waktu lama,Asha sudah keluar dan tersenyum pada Hayana .

"Ayo, Mommy gendong," ucap Hayana , langsung meraih tubuh putri kecilnya. Asha membawa Hayana keluar kamar bersamanya.

"Mas, kita akan ke mana?" tanya Asha , penasaran.

"Ikut saja," sahut Danendra , tidak menjawab. la mengekor di belakang Asha , sesekali menggoda Hayana yang berada di gendongan Asha .

"Nana , Mommy berangkat dulu, ya.Nana tidak boleh nakal di rumah," pamit Asha , berjongkok,supaya bisa leluasa memeluk tubuh Hayana.

"Ya, Mami," sahut Hayana . Mengecup kedua pipi Asha.Danendra ikut mengecup kedua pipi Hayana , sebelum mengajak Asha masuk ke dalam mobil.

"Mas, aku kasihan dengan Nana ," ucap Asha menoleh ke arah Danendra yang duduk di sebelahnya.Tangannya masih melambai dari jendela mobil,menatap putrinya dengan pandangan sedih.

Walaupun baru mengenal dekat Hayana ,tetapi perasaan dan ikatan hati di antara keduanya sudah mulai terbangun.Asha merasa sedih, melihat lambaian tangan Hayana yang mengantarnya pergi.

"Kita cuma sebentar," ucap Danendra , merangkul Asha . Membawa istrinya supaya duduk mendekat padanya.

"Mas ... apa-apaan sih!" gerutu Asha yang kesal,dengan sikap Danendra yang tiba-tiba.Keluar kota yang dimaksud Danendra bukanlah perjalanan yang terlalu jauh dari Jakarta,mereka bisa kembali ke Jakarta hari itu juga tanpa perlu menginap.Perjalanan kerja seperti yang dikatakan Danendra itu,banyak dihabiskan Asha dengan menikmati pemandangan di pinggiran jalan tol. Matanya terbelalak saat mobil mereka sudah keluar dari tol.Ada banyak jajanan di sepanjang jalan, termasuk penjual asinan kesukaan Asha .

"Sayang, apa yang kamu lihat?" tanya Danendra ,tiba-tiba sudah menjatuhkan dagunya di pundak Asha yang duduk di sisinya. Danendra sengaja menempelkan wajahnya di pipi Asha , membuat sopiryang mengintip dari kaca spion tersenyum.Asha yang terpana melihat asinan Bogor kesukaannya, dibuat makin terkejut dengan sikap Danendra yang berubah tiba-tiba,langsung berubah manis saat di perjalanan.Belum lagi panggilan 'Sayang' yang diperuntukkan untuknya itu, didengar Asha untuk kedua harinya .

Jantung Asha langsung berdetak tidak beraturan. Efek dari kata Sayang yang didengarnya mempunyai maksud lain.Asha bukan anak-Anak.Asha tahu apa dipikiran Danendra.

"Mas, kamu kenapa?" tanya Asha , setelah berhasil menguasai rasa gugup.

"Tidak sakit, kan?" tanya Asha , meletakkan punggung tangannya di kening Danendra .

"Aku baik-baik saja," sahut Danendra , tersenyum.Masih nyaman dengan posisinya, membiarkan sepasang mata yang diam-diam mencuri pandang dari kaca spion di depan menjadi iri.

"Mas, aku serius. Kenapa jadi begini?" tanya Asha lagi, berusaha mencairkan suasana yang sedikit kaku karena kemesraan tiba-tiba yang ditunjukan Danendra .

"Aku juga serius. Kenapa memang?"Danendra balik bertanya.

Asha menggeleng, memilih tidak larut dalam permainan Danendra yang diketahui maksud dan tujuannya.Saat ini telunjuk Danendra sedang mengetuk kaca jendela mobil. Masih dengan posisi saling menempelkan pipi, Asha bisa merasakan hembusan napas teratur Danendra yang jelas di pendengarannya.

"Kamu mau itu?" tanya Danendra menunjuk sederetan penjual jajanan yang mereka lewati.Asha terkejut, sekaligus tergiur dengan tawaran Danendra .

"Boleh, Mas?" tanya Asha ragu.

Danendra mengangguk dan memerintahkan sopir menghentikan mobil. Tak lama, ia mengajak Asha turun bersamanya.

"Kamu boleh membeli apa saja yang kamu suka," sahut Bara menggenggam tangan Asha .Danendra sengaja membiarkan Asha menuntunnya.

"Aku boleh membeli semuanya?" tanya Asha memastikan sekali lagi.

"Boleh, asal jangan penjualnya ikut dibawa pulang," sahut Danendra menunjuk salah penjual jajanan yang paling tampan di antaranya, sambil menunggu respon Asha .

"Dia hanya biasa-biasa saja. Berarti Asha bukan tipe pecicilan. Yang matanya suka jajan ke mana-mana seperti cerita teman bisnis tentang istri mareka ," batin Danendra tersenyum.Asha hanya membeli asinan Bogor kesukaannya saja. Setelah mendapatkannya, Asha pun mengajak Danendra kembali ke mobil.

"Sudah? Hanya ini saja?"tanya Danendra .

"Sudah!" Asha menjawab singkat, fokusnya saat ini hanya pada box buah di tangannya yang berisi asinan bogor siap disantap.Danendra tersenyum menatap Asha yang sedang menikmati jajanannya.

"Enak?" tanya lagi. Istrinya tidak terlalu banyak bicara, hanya diam sambil menyuapkan buah-buahan potong itu ke dalam mulut.Menatap ke arahnya pun tidak.Asha mengangguk dan tersenyum. Menyodorkan kotak buah itu ke hadapan Danendra .

"Kamu baru ingat untuk menawari suamimu?"tanya Danendra , membuat Asha tersipu.

"Maaf," sahut Asha menunduk.Mobil yang membawa mereka masuk ke sebuah hotel mewah di kota Bogor. Terlihat sopir menurunkan koper dan mengekor di belakang Danendra dan Asha yang berjalan berdampingan.

"Setelah sekian lama, akhirnya bisa menikmati pemandangan ini juga," ucap sang sopir dalam hati.

Pak Radin adalah sopir keluarga Danendra . Sejak kedua orang tua Danendra meninggal, Pak Radin memilih tetap ikut dengan putra majikannya. Kedua orang tua Danendra meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas saat Danendra menyelesaikan kuliahnya di Amerika.Pak Radin mengetahui jelas bagaimana kisah hidup Danendra , termasuk rumah tangga Danendra yang gagal beberapa tahun silam. Hatinya sempat ketar-ketir saat majikannya membawa pulang Isyana dan seorang bayi,tiga tahun yang lalu. Di matanya,Isyana tidak jauh beda dengan mantan istri Danendra .Tadinya,Pak Radin berpikir Isyana adalah istri Danendra , tetapi belakangan Pak Radin melihat sendiri foto pernikahan Danendra yang tergantung di dinding ruang keluarga.

Sampai saat ini, Pak Radin sendiri tidak tahu jelas status Isyana di dalam hidup Danendra.Hidup majikannya terlalu rumit dan berantakan.