**UNTUK 21+ KEATAS
Desiran angin malam samar-samar terdengar di luar jendela kamar,bercampur nyanyian jangkrik yang saling bersahut-sahutan. Malam yang panjang bagi Danendra dan Asha , suami istri yang sudah bukan pengantin baru lagi. Namun, baru akan mau menikmati malam pertama setelah tiga tahun pernikahannya.
Danendra masih menunggu, menatap lekat netra hitam pekat istrinya. Dengan pipi merona, Asha menurunkan pandangannya. Tidak berani beradu tatap dengan sang suami.
"Cium aku seperti kamu menciumku Kemarin,As," pinta Danendra sekali lagi, lebih menuntut dan terdengar memohon. Jemarinya yang panjang-panjang sedang mengukir dilekuk wajah cantik istrinya, tersenyum manis.Danendra mengangkat dagu yang tertunduk malu itu, mencium bibir tipis itu sekilas.
"Bagaimana rasanya? Manis?" tanya Danendra.
Asha menggeleng, membuang pandangannya.Malu itu semakin terasa, saat menyadari tubuh telanjang mereka sedang menempel sempurna.Degup jantungnya kembali bergemuruh.
"Mas," bisik Asha pelan.
"Hmm," gumam Danendra , tersenyum.
"Aku takut," ucapnya malu-malu.
"Tutup saja matamu kalau malu," bisik Danendra ,memberi saran. Setidaknya lebih baik dari pada mendengar penolakan dari istrinya.
Danendra memulai, menunggu Asha hanya akan membuat hasratnya kian bertambah. Istrinya terlihat menggemaskan di saat-saat seperti ini.Kemanjaan yang tidak pernah tampak sebelumnya, saat ini terpampang jelas dan nyata.
Danendra mulai mengabsen, pilihan pertama jatuh pada kecupan di kelopak mata yang terpejam sempurna, beralih pada pipi yang sekarang merona makin memerah. Tulang hidung mancung Asha pun turut mendapat bagian. Dan terakhir ciuman itu berlabuh di bibir mungil tipis yang selama ini sudah beberapa kali dicicipinya.Ciuman lembut dan manis di awal. Ciuman yang dalam beberapa menit berikutnya berubah menjadi l"umatan yang lebih menuntut.Danendra bisa merasakan, Asha yang terus-menerus mengunci bibirnya, seakan tidak menerima tamu yang datang berkunjung ke dalam sana.
"As," panggil Danendra lembut di indra pendengaran istrinya, menggigit kecil daun telinga itu.Membuat Asha menggelinjang seketika. Embusan napas kasar dan gigitan kecil saja, cukup membuat Asha meremang dan terbang melayang ke atas awan.Belum lagi tangan Danendra yang sudah mengusap hampir ke seluruh tubuh dan bagian sensitifnya. Asha menggila, terpaksa menggigit bibir bawahnya, supaya tidak mendesah.Ciuman Danendra beralih, puas dengan bibir, kembali ke leher jenjang sang istri. Memberi kecupan basah dan sesekali memberi tanda kemerahan di sana.
"Ah, Mas," desah pertama Asha terdengar juga pada akhirnya. Tangannya pun sudah berani meremas tengkuk dan punggung telanjang Danendra . Desihan gairah Asha adalah kebahagiaan Danendra ,terdengar indah.
Saat ini Danendra tahu, istrinya sudah mulai menikmati permainannya. Semakin Asha mendesah, Danendra semakin bersemangat,mengeksplor apa saja yang bisa membuat istrinya terbang ke awang-awang.Danendra benar-benar sedang berjuang membuat Asha senyaman mungkin, berusaha menyingkirkan rasa takut dan gugup yang mengumpul di hati istrinya.Danendra tahu betul ini pengalaman pertama Asha ,Danendra ingin semuanya menjadi sempurna. Meninggalkan kenangan indah, pengalaman yang hanya akan dialami Asha sekali dalam seumur hidup.
"As , sebentar lagi aku akan memulainya," bisik Danendra masih mengecup basah gundukan kenyal menggemaskan dan memberi tanda kepemilikannya di sana. Asha tidak menjawab, tetapi raut wajahnya tidak menolak. Tangan Danendra pun tidak tinggal diam, mengusap lembut tubuh polos yang sudah pasrah.Tidak butuh lama, Danendra bisa melihat tubuhnya istrinya bergetar hebat, mencakar kecil punggungnya. Istrinya sudah mencapai awan. Danendra bisa mengartikan dari senyum tertahan dan terpuaskan di raut wajah Asha .
"Are you ready, Sweetheart ?" bisik Danendra lagi, tersenyum melihat netra yang masih saja terpejam.
"As, bukan matamu, tatap aku," pinta Danendra ,memohon kali ini. Di saat terpenting ini, Danendra ingin Asha melihat semuanya, mengingat wajahnya.Kelopak mata itu akhirnya mengerjap dan membuka sempurna, tersenyum malu menatap Danendra yang menindih tubuhnya.
"Sedikit sakit, tetapi aku berusaha selembut mungkin," ucap Danendra mengernyit sembari melumatkan ciuman.*Junior*Danendra sudah bersiap melakukan pertarungan. Asha mengangguk ringan membalas lumatan ciuman Danendra , hilang sudah malu-malunya.Asha sudah mulai terbiasa dengan suaminya.Danendra memulainya pelan.Asha membiarkan .Berusaha selembut mungkin menerobos pertahanan terakhir Asha yang sudah dibasahi cecair nafsunya .Ini pertama, pasti tidaklah mudah.
"Mas, sakit," bisik Asha pelan. Mengeryit dan meremas punggung Danendra .
"Ya-ya. Aku akan melakukannya perlahan. Ini bukan hanya pertama untukmu, ini juga pertama bagiku menerobos jalan tol yang masih belum dibuka palang pintunya," ucap Danendra ,masih saja bercanda di saat segenting ini.
"Mas," bisik Asha , memukul pelan punggung suaminya. la sudah menahan malu, tetapi suaminya masih bisa bercanda di saat keadaan seperti ini.
" Maksudnya ,aku ditembusi barang bekas?"Asha membalas kata Danendra barusan.
" Barangan bekas tapi bisa membawamu terbang ke awan ,Sayang," goda Danendra .Kecupan dilabuhkan Danendra , mencium lembut bibir istrinya, berharap Asha lupa dengan sakitnya. Asha menikmati perlakuan Danendra yang selama ini belum pernah dirasainya.Asha menurut, dan membiarkan Danendra melakukan apa yang diinginkan sang suami.
Ciuman Danendra semakin menuntut, saat Asha mulai bisa meladeni dan mengimbanginya. Tidak malu-malu lagi dan membuka mulut, sudah biasa membalas kecupannya.Saat Asha sedang konsentrasi dengan ciumannya, di saat itu juga Danendra menerobos paksa.Tubuh Asha menegang, tangan mencakar dan menjambak rambut Danendra . Sesuatu sedang mencuri masuk di bawah sana. Tanpa permisi dan instruksi terlebih dulu.
"Mas," pekik kecil Asha . la melepas ciumannya tiba-tiba, sesaat merasa sesuatu merobek inti tubuhnya. Saat itu juga Asha tahu, ia sudah kehilangan semuanya. Menyerahkan miliknya yang paling berharga pada suaminya, Danendra Isam Aldari . Laki-laki yang memperistrinya tiga tahun lalu.
"Masih sakit?" tanya Danendra lembut, mengusap kening Asha yang mulai berkeringat.Asha mengangguk pelan, masih melingkarkan tangannya di leher Danendra .
"Maaf, aku akan lebih pelan lagi," lanjut Danendra ,tersenyum. Melanjutkan apa yang sempat tertunda. Berusaha mengentak dengan lembut pada awalnya, tidak ingin mengguncang kasar istrinya. Berkali-kali Danendra harus berbisik dan mengecup lembut istrinya, menenangkan Asha yang panik karena rasa sakit yang tidak kunjung hilang.
"Ya, tidak apa-apa, Sayang," bisik Danendra pelan.Tak lama, senyap kamar itu berganti dengan suara desah Asha bercampur ucapan sayang Danendra yang masih saja menenangkan dan membuat istrinya nyaman.
Danendra memposisi Asha menindih tubuhnya mungkin bisa mengurangi kesakitan yang dirasai Asha . Danendra mengajar Asha mengkuda di atas badannya.Mendengar desihan dan liatan tubuh Asha ,Danendra tersenyum puas. Danendra memposisi kembali menindih badan istrinya.
Pada akhirnya Danendra mempercepat entakkan yang tadinya lembut, mendekap Asha seerat mungkin. Danendra tidak bisa berlama-lama, istrinya masih pemula. Mungkin nanti setelah pengalaman pertama Asha ,Danendra baru bisa mengajarkan banyak hal pada istrinya.
"Mas," bisik Asha tersengal-sengal sesaat sebelum tubuhnya bergetar nikmat sampai ke puncak ,hebat bersamaan dengan Danendra .
"Hmm ... terima kasih, Sayang," gumam Danendra terdengar setelah Danendra menyelesaikan semuanya.Masih dengan posisi menindih tubuh istrinya yang basah berkeringat, Danendra mengatur napasnya yang naik turun sejak tadi.
Penyatuan mereka diakhiri Danendra dengan lembut dan indah. Sempurna . Semuanya berakhir sempurna. Danendra menanamkan investasi pertamanya.
Lama keduanya terdiam saling memeluk dan mendekap. Tangan Asha sedang mengusap lembut punggung suami yang tertidur di dadanya.
"Mas, bisa pindah? Tubuhmu berat sekali. Aku susah bernapas," pinta Asha , berusaha menyingkirkan tubuh kekar Danendra yang masih saja menindihnya.
"Hmm ... sebentar lagi. Aku capek,As ," sahut Danendra , masih membenamkan wajahnya dengan nyamannya di gundukan kembar istrinya. Menikmati empuknya tubuh Asha dengan mata terpejam.
"Mas, ini lengket semua. Aku harus bersih-bersih," pinta Asha lagi.
"Hmm," gumam Danendra . Dengan terpaksa, Danendra menyingkir, menggulingkan tubuhnya ke samping Asha .
"Aduh!" keluh Asha sesaat setelah berdiri.
"Kenapa, As ?" tanya Danendra , seketika membuka mata. Danendra memandang istrinya yang mengernyit menahan sakit.
"Kelewatan kamu, Mas. Masih saja bertanya kenapa!" gerutu Asha kesal, meraih bantal dan melempar Danendra .
Asha yang sudah membersihkan diri, berjalan tertatih-tertatih keluar dari kamar mandi. Netranya menangkap Danendra yang sedang berdiri dibalkon, sudah mengenakan kaus dan celana tidurnya kembali.
"Mas, ada …"Asha tidak melanjutkan pertanyaannya, saat melihat ponsel yang menempel di telinga suaminya.Danendra berbalik, menatap Asha yang berdiri di tengah pintu menatapnya.
"Ya, Sayang," sapa Danendra , setelah memutuskan panggilan telepon.
"Tidak apa-apa, Mas," sahut Asha pelan.
"Ramos menghubungiku, ada masalah dengan proyek di Yogyakarta ," cerita Danendra .
"Kemarilah, As," ajak Danendra , mengulurkan tangan.Asha ragu, tetapi akhirnya mengalah dan mengikuti kemauan sang suami. Tangannya baru saja menerima uluran tangan Danendra , akan tetapi Danendra dengan cekatan sudah menariknya ke dalam pelukan.
"Mas," panggil Asha pelan, matanya menerawang, memandang rembulan yang membulat.
"Mas," panggil Asha pelan, matanya menerawang, memandang rembulan yang membulat sempurna di gelap malam.
"Hmm," gumam Danendra . Laki-laki itu sudah memeluk Asha dari belakang, mengecup tengkuk istrinya setelah menyibak rambut Asha yang tergerai indah.
"Aku merindukan Nana , Mas," ujar Asha .
"Hahaha ... untuk tiga hari ini lupakan Nana , dia baik-baik saja. Sekarang putrimu sedang terlelap," cerita Danendra , mengeluarkan ponselnya.
Tangannya sedang menggeser-geser layar, kemudian menunjukkan gambaran CCTV yang saat ini menyorot Hayana sedang terlelap dengan boneka panda besarnya.
"Aku kangen Nana,"bisik Asha lagi.
"Kalau kangen, buatkan adik yang banyak untukNana ," sahut Danendra dengan santai. Danendra mahu Asha cepat hamil. Danendra tidak mau Isyana mengacau rumahtangganya.
"Mas," protes Asha dengan manja.
"Sekarang kamu bertambah manja. Tapi aku menyukainya, dibanding Asha yang mandiri dan bisa segalanya," jelas Danendra , tersenyum dan mengeratkan pelukan di pinggang Asha .
"Hah!" Asha heran, berbalik menatap suaminya.
"Aku suka kamu yang manja, jadi aku merasa ada gunanya juga sebagai suami," ucap Danendra menjelaskan. Bibirnya sudah maju, mengecup pipi Asha .Cup. Cup. Kecupan beruntun di pipi kiri dan kanan.
"Masih sakit?" tanya Danendra tiba-tiba. Suaranya terdengar pelan, sepelan deru angin malam.
"Mas mau apa?" Asha bertanya balik, perasaannya sudah tidak enak mendengar pertanyaan Danendra.
"Mau nambah. Hahahaha," gelak tawa Danendra terdengar setelah berhasil menjahili Asha .
"Aku bercanda," lanjut pria itu lagi.
Keduanya masih betah berpelukan di tengah dinginnya malam. Saling berbagi cerita, berbagi rasa dan berbagi kehangatan. Tampak Danendra menyandarkan kepalanya di pundak Asha .
Ah, sudah lama sekali rasanya tidak ada tempat untuk melepaskan lelah dari segala masalah dan pekerjaan yang tidak ada habisnya. Sekarang, setelah hampir sepuluh tahun perceraiannya, Danendra menemukan kembali tempat bersandar dan berbagi kisah.