Chereads / Anak sang pembantu / Chapter 49 - Chapter 49 : Tamparan

Chapter 49 - Chapter 49 : Tamparan

Asha keluar dari kamar mandi,berganti memakai pakaian kasual. Asha meraih ponselnya dan dompetnya ingin keluar dari kamar mereka. Tangan Danendra tiba-tiba meraih Asha.Asha dengan kasar melepaskan tangan Danendra dari menyentuhnya.

"Mau kemana ,As?" tanya Dananendra ketakutan.

"Aku mau jalan-jalan sekitar hotel ," jawab Asha tanpa menatap wajah Danendra.

"As, beri aku kesempatan untuk menceritakan semuanya padamu?" pinta Danedra. Berkali-kali Danendra memohon, lalu Asha duduk di sofa.

Kalimat pengulangan yang meluncur lancar dari bibir suaminya, Danendra . Suami yang beberapa jam lalu terlihat sempurna tanpa cela, tetapi saat ini tiba-tiba berubah. Danendra tak lebih dari laki-laki pecundang yang terlihat hina di mata Asha .

Kalimat Danendra seolah memastikan kembali kalau pendengarannya tidak salah. Bagai petir yang menyambar tiba-tiba. Bagaimana laki-laki tampan yang begitu baik hati, menjadi pahlawan di keluarga sederhananya tiba-tiba menjadi perusak hubungannya dan sang kakak,Isyana .

"As ," panggil Danendra setelah ucapan terakhirnya tidak mendapat respons apa pun dari istrinya.Tangan kekar itu memberanikan diri menyentuh Asha yang tertunduk tanpa ekspresi.

"Jangan sentuh aku, Mas!" bentak Asha , menatap Danendra tajam.

"Kamu menjijikkan, Mas," lanjut Asha .

Bola mata indah itu mulai mengkristal. Dengan susah payah Asha menahan, tetap saja air mata itu mengalir turun.Asha mengesat airmatanya berhenti menetes.

"Sayang airmataku !Tidak pantas orang sekeji sepertinya,"kata Asha di dalam hati.

"As , maafkan aku. Kejadiannya sudah lama ...bukan sekarang," jelas Danendra , memohon.

"Aku tidak pernah melakukannya lagi. Itu pun .aku tidak tahu apa-apa.Isyana sengaja menjebakku," lanjut Danendra .

"Maksud Mas, Kak Isyana menjebak supaya bisa tidur denganmu, Mas?" tanya Asha dengan nada yang tinggi.

Danendra mengangguk, berusaha meredam emosi.Asha yang terlanjur mengumpul.

"Tega kamu, Mas. Kalau Mas memperlakukan Kak Isyana dengan baik, tidak mungkin Kak Isyana melakukannya," omel Asha , menghapus air mata yang turun di pipi tanpa disedari.

"Bell, aku tidak tahu apa-apa. Tiba-tiba sudah terbangun berdua dengan Isyana di kamar hotel." Danendra masih berusaha menjelaskan.

"Isyana menjebakku dan menggunakan foto-foto kebersamaan kami untuk mencapai tujuannya. Termasuk menahanmu tetap di Jakarta ,memaksa untuk tetap tinggal di rumahku dan banyak permintaannya yang lain lagi," lanjut Danendra .

Asha menggelengkan kepalanya.

"Setelah menipu perasaan Kak Isyana , Mas malah memfitnahnya."kata Asha kecewa.

"Aku tidak berbohong, kakakmu murahan.

Walau aku menipu perasaannya, tidak sekali pun aku mau menyentuhnya,"jelas Danendra .

PLAKKK!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Danendra .

"Maaf, kalau aku lancang dan berani mengangkat tanganku padamu, Mas. Tapi itu untuk semua sakit yang Mas toreh padaku dan Kak Isyana ."kata Asha berani.Asha tidak tahu dimana datangnya keberanian itu.

"As , aku mohon maafkan aku. Aku bersalah padamu. Aku berkhianat walau tidak sengaja."Danendra menerima tamparan Asha dengan lapang dada. Danendra menyadari, tamparan itu pantas untuknya.

Asha tidak menjawab,menatap suaminya

tajam dan kebencian.Matanya merah tapi tidak mengeluarkan airmata. Hatinya terasa sakit, Danendra menghunjamkan pisau tepat di jantungnya dan sekarang menariknya tanpa berperasaan.

"Aku menyesal, Mas. Harusnya ... aku tidak mendengar bujukanmu, Mas. Harusnya aku terus melanjutkan proses perceraian kita," ucap Asha tegas.

"Tidak. Aku tidak mau bercerai. Jangan berharap bisa bercerai dariku," tegas Danendra .

Lama keduanya terdiam di posisi masing-masing, saling menenangkan diri. Akhirnya Asha membuka suara, setelah menghapus jejak air mata yang tertinggal di pipi walaupun ditahan tetap mengalir .

"Nana ... apakah Nana putri kandungmu, Mas?"tanya Asha , menatap nanar berharap jawaban Danendra kali ini tidak semenyakitkan sebelumnya.

"Tidak. Nana bukan putriku."Danendra buru-buru menjawab dengan penuh ketegasan.

"Sampai sejauh mana saja hubungan Mas dan Kak Isyana ?" tanya Asha lagi, mencari tahu.

"Aku tidak ada hubungan apa-apa. Tidak ada perasaan apa-apa. Aku bahkan tidak pernah menyentuhnya, kecuali saat Isyana menjebakku.Aku sendiri tidak tahu, itu benar atau karangan Isyana saja," sahut Danendra , berusaha menjelaskan dan mengambil kembali kepercayaan Asha .

"Kalau memang tidak ada apa-apa dan merasa dijebak. Kenapa tidak mencari bukti?" todong Asha lagi, masih tidak percaya.

"Bagaimana bisa mendapatkan bukti kejadian sebenarnya di dalam kamar hotel itu. Hanya ada aku yang tidak sadarkan diri dan Isyana yang ada di dalam. Hanya Isyana yang tahu, apa yang terjadi!" ucap Danendra .

"Kamera CCTV tidak menyorot di dalam kamar hotel." lanjut Danendra lagi.

"Aku tidak tahu apa-apa. Dan aku tidak peduli.Silakan dia menyimpan bukti-bukti itu. Dia sudah tidak bisa memaksaku lagi."cerita Danendra meyakinkan Asha.

"Maafkan aku, tidak bisakah memberiku kesempatan lagi, As ?" tanya Danendra , berusaha meraih tangan Asha .

"Maaf, Mas. Aku sedang tidak ingin melihatmu,"jawab Asha , menghempas kasar tangan Danendra .

"As ," panggil Danendra , memohon.

Namun, istrinya mencapai ponselnya dan wallets keluar dari kamar tidak memperdulikan suami yang memangggilnya.Asha menghentikan langkah kakinya sembari tangannya memegang gagang pintu.

"Mas jangan khawatir aku tidak akan melakukan hal bodoh, kita akan berakting di depan sebagai pasangan sampai aku menemukan kebenarannya."jelas Asha membanting kamar hotel.

Bahkan Asha tidak mau menatapnya

saat ini. Sakit hati Asha terlampau dalam, tidak mungkin sembuh dengan sepatah kata maaf.

Pengkianatan terlalu tajam ,jauh dari kata bahagia. Asha sudah merelakan dan belajar menerima hidupnya untuk menjadi istri Danendra dan ibu dari Hayana , tetapi tepat di saat ia menjadi istri Danendra sesungguhnya, suaminya malah memberi hadiah yang tidak pernah di duga.

Danendra tidak khawatir Asha keluar kamar karena Danendra menganggap Asha tidak punya uang. Danendra hanya memberinya kartu kredit dan bukan uang tunai .Jika Asha ada dimana-mana bisa diketahui karena kartu kredit yang dia berikan kepada Asha milik Danendra. Danendra membiarkan Asha tenang.Setelah mengecek e-mel yang dihantar oleh asistennya Ramos,Danendra kelelehan lalu terlelap.

Asha turun ke lobi hotel untuk menemui resepsionis untuk menyewa kamar, Asha tidak mau kembali ke kamarnya.Asha memilih kamar yang tidak sama dasar dengan sang sopir dan suaminya,Danendra.Ponsel Asha berbunyi,panggilan dari Farzan .

"Halo Far,"sapa Asha santai.Asha tidak mahu mantan majikannya tahu ia menanggis.

"Selamat malam ,As.Tidak mengganggu?"tanya Farzan.Farzan tidak mahu suami Asha salah faham, membuat Asha tersepit keadaan.

"Tidak ,Far.Kamu sudah di Bogor?lalu jam berapa kita ketemu ?tanya Asha.Asha ingin cepat memutuskan panggilan.

"Ya,tadi sore sudah sampai.Besok jam sepuluh pagi kita ketemu atau aku menjemputmu di hotel?"ucap Farzan.

"Baiklah,besok aku meneleponmu.Aku capek.Aku mau tidur ,ya.Selamat Malam ,Far,"ucap Asha lalu memutuskan panggilan telepon.

Asha merebahkan badannya ke kasur.Berbaring dalam keadaan minggir menyandarkan kepalanya di atas lutut,kedua tangannya memeluk kedua kakinya sehingga kelelapan.Kesakitan di bagian intimnya tidak dirasainya malah seluruh dirinya lemah .Hatinya terlalu sakit.Dia tidak mahu menanggis.Tidak mahu matanya seperti panda Keesokkan harinya.Asha mahu bertemu dengan klien untuk bisnisnya.Asha wanita yang kuat.