***Di Jakarta ***
Isyana ke rumah Danendra untuk mengambil barangannya yang masih bersisa, pengasuh Hayana mengatakan Danendra dan Asha ke Bogor untuk lawatan kerja.
"Aunty ..Ana," kata Hayana.
"Iya sayang. Aunty mau buru-buru, nanti macet," kata Isyana sambil mencium kedua pipi putrinya. Isyana bergegas menuju kamarnya di lantai atas.
Isyana yang berada di dalam kamar, terlihat membuang pakaiannya asal ke dalam koper. Kemarahannya masih belum mereda setiap mengingat ucapan Danendra yang kasar padanya.
"Danendra keterlaluan. Ini juga karena Asha . Dia datang dan mengacaukan segalanya," ucap Isyana kesal. Wajahnya masih menampakan kekesalan.
"Baiklah, kamu ingin bermain-main denganku!"ucap Isyana dengan tangan terkepal.Isyana mengeluarkan foto-foto di dalam amplop.Menyeringai licik, membayangkan ekspresi Asha kalau melihat foto-foto di tangannya saat ini.
"Untung aku tidak membuangnya," ucap Isyana .
Ini masih bisa digunakan untuk menggertak Danendra .Isyana masih bisa mengingat jelas,Danendra datang ke rumah kontrakannya bersama Ramos di saat dia baru saja melahirkan. Entah dari mana,Danendra mengetahui banyak hal tentangnya.Saat itu rasa sakit hatinya belum hilang. Beberapa minggu sebelumnya, Ibu di kampung mem-
intanya pulang untuk menghadiri pernikahan Asha . Adiknya yang masih SMA menikah,melangkahinya. Yang membuat ia semakin sakit hati adalah cerita Ibu, tentang Danendra yang lebih memilih Asha ketimbang dirinya.
Menurutnya, nasib Asha selalu jauh lebih baik dari pada nasibnya. Bahkan Asha bisa bersuamikan pria kaya tanpa bersusah payah,jauh berbeda dengan dirinya.Isyana ingat,Danendra saat itu datang untuk mengajaknya tinggal di rumahnya beserta Hayana yang baru saja lahir. Rasa sakitnya sedikit terobati. Danendra memberi fasilitas seperti uang saku,mobil, sopir dan pengasuh untuk Hayana .Namun kenyamanannya tidak berlangsung lama,Danendra bertanya banyak hal tentang masalah pribadinya termasuk ayah dari bayinya.Isyana tidak mungkin menceritakan aibnya pada Danendra dan memilih bungkam. Dari situ masalah bermulai.
Dua atau tiga bulan setelah kelahiran putrinya,Danendra mendatanginya di kamar. Malam itu,Danendra meminta untuk mengadopsi Hayana sebagai putrinya. Tentu saja Isyana menolak tegas.Mulai saat itu,Danendra merayunya dengan berbagai cara. Bukan hanya mengiming-iming segala fasilitas dan uang, tetapi Danendra benar-benar menjanjikan sebuah hubungan dengan Isyana .Bahkan,Danendra berjanji akan menceraikan Asha ,setelah adiknya itu menyelesaikan kuliah.
Akan tetapi, sikap manis Danendra berubah, saat Hayana sah menjadi milik pria itu. Danendra seolah lupa dengan janji-janjinya.Bahkan Danendra mulai mengenalkan Asha sebagai Mama Hayana . Semua impian yang dijanjikan Danendra , hanya omong
kosong belaka. Hubungan palsu yang pernah dijalaninya bersama Danendra hanya sebuah drama.
Danendra tidak benar-benar menyukainya. Danendra menipunya.Walaupun Danendra tetap memperlakukannya dengan baik dan tidak menelantarkannya. Rasa sakit atas penipuan Danendra itu masih membekas sampai sekarang, tetapi Asha tidak berdaya. Danendra jauh lebih berkuasa.
"Baiklah, aku lihat sampai kapan Asha bertahan di sisimu, setelah melihat foto-foto ini!"Isyana tersenyum licik.
***Keesokkan Hari Di Bogor **
Danendra sedang merenggangkan otot-ototnya, saat pandangan pria itu tertuju pada ranjang kosong, tidak berpenghuni. Jantungnya berdetak kencang, pikiran buruk langsung menyergap.Semalam, Asha tidak menginap bersamanya. Danendra tidak perasan Asha tidak disampingnya tidur.
"Asha !"Danendra berbisik lirih.Seketika Danendra mengedarkan pandangannya .
Mencari jejak dan bayangan Asha yang tiba-tiba menghilang dari kamar. Berlari menuju kamar mandi, ia mengobrak-abrik di sana.Kosong.
Tidak ada Asha di dalam kamar mandi. Bergegas menuju ke balkon, siapa tahu istrinya sedang menikmati matahari pagi.
Nihil. Asha juga tidak ada di sana. Ketakutannya semakin bertambah, saat menghubungi ponsel Asha yang tidak diangkat sama sekali.
"As , kamu di mana, Sayang. Jangan menakutiku," bisik Danendra mulai panik.
Berlari keluar dengan pakaian tidur, mencari Asha yang menghilang dari kamar.
Baru saja Danendra melangkah keluar dari kamar hotel, langkahnya terhenti. Danendra melihat Asha sedang berjalan ke arahnya dengan raut wajah biasa-biasa saja.Tidak ada kemarahan, tidak ada raut wajah terIuka seperti semalam. Hanya wajah sembab dan sedikit kantong di bawah mata.
Ah, istrinya terlalu banyak menangis semalam.Danendra sudah memberi hadiah Iuka tepat di malam pertama mereka.semalaman Asha berpikir.Asha timbang balik ibunya.
"Sayang," seru Danendra , berlari memeluk tubuh mungil yang sekarang tak berdaya di dalam pelukannya.Danendra tersenyum bahagia, mendapati Asha setelah sempat panik dan mengira istrinya pergi meninggalkannya.
"Kamu kenapa, Mas?" tanya Asha heran, melihat mata biru itu sudah berkaca-kaca.
Danendra menggelengkan kepala, tetap saja
mendekap erat tubuh istrinya.
Sedetik yang lalu, Danendra baru saja merasakan kehilangan yang mendalam. Setelah mendapati istrinya pergi dan ranjang mereka tidak berpenghuni.
"Aku kira kamu pergi,As," sahut Danendra setelah bisa menguasai diri.
"Aku hanya jalan-jalan ke depan. Mas sepertinya kelelahan, jadi aku tidak membangunkanmu," jelas Asha berbohong, berusaha melepaskan diri.Asha tidak mau suaminya tahu ia tidur di kamar lain.
Saat ini pandangannya tertuju pada bungkusan yang dibawa Asha di tangannya. Sejak tadi Danendra tidak menyadari, terlalu fokus pada Asha dan
masalah mereka.
"Kamu dari mana,As ?" tanya Danendra mengikuti pergerakan tangan Asha yang meletakan bungkusan ke atas meja kecil di samping sofa.
"Aku membelikanmu bubur daging , Mas," jelas Asha , membuka kotak mika berisi bubur daging yang masih panas.
"Terima kasih, Sayang," bisik Danendra pelan,memeluk Asha dari belakang.
Asha melepaskan pelukan Danendra.Mengelak disentuh oleh Danendra .Danendra terharu dengan perhatian Asha . Di saat seperti ini,Asha masih mengingatnya, masih memperhatikannya.Rasa bersalah itu semakin besar. Menyakiti istri yang sudah begitu baik, membuat Iuka pada wanita yang begitu polos dan tidak mengerti apa-apa.
Danendra coba memeluk lagi istrinya lagi.Asha tahu ulah Danendra.Asha membiarkan kali ini.Asha mahu Danendra keluar awal ke kantor lawatan kerjanya.Asha ada janji temu dengan Farzan.
Tangannya sudah membelit erat perut rata istrinya, wajahnya menyusup di rambut panjang Asha sembari menikmati aroma yang tertinggal di surai hitam yang terjatuh indah di bahu Asha .
"Mas makan saja. Aku sudah makan tadi di tempat penjualnya," pinta Asha ,menyerahkan sendok plastik ke tangan Danendra .
"Kamu tidak membangunkanku. Besok-besok,jangan pergi seperti ini lagi. Aku takut kamu akan meninggalkanku tadi," bisik Danendra .
"Mas,tiga tahun tanpaku ,kamu bisa masih hidup dengan senang.Ada dan tiada keberadaanku sama ,Mas,"kata Asha tajam.
"Sudah, habiskan sarapanmu, Mas. Keburu dingin,nanti Mas lambat ke kantor.Pak Radin sudah menunggumu di lobi" ucap Asha memaksa tersenyum.
Danendra menurut, melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Danendra terlalu panik, sampai lupa mencuci muka dan mengganti pakaiannya.Saat Danendra kembali dari membersihkan diri, dilihatnya Asha sedang berbaring di ranjang,memainkan ponsel pintarnya.Asha sudah menyediakan keperluan suaminya.
"As , apa kamu masih marah soal semalam?"tanya Danendra memberanikan diri.
Asha diam, tidak menjawab. Masih menatap ponsel dengan serius.Membalas dan mengecek e-Mel dari karyawannya di tokonya.Lama tidak terdengar suara. Keduanya, baik Asha ataupun Danendra memilih diam. Danendra tampak menghabiskan bubur dagingnya dan Asha masih saja sibuk menatap layar ponselnya.
"Aku masih kecewa padamu,Mas. Belum bisa memaafkanmu sepenuhnya," ucap Danendra tiba-tiba.
Danendra menghentikan tangannya yang hendak menyuapkan sendok terakhir ke dalam mulutnya, beralih menatap Asha .
Istrinya sedang memejamkan mata, ada bulir air mata yang turun di pelipis Asha .
"Istri mana pun akan terluka mendengarnya,Mas," sahut Asha .
"Mungkin kalau Mas menceritakannya sebelum kita …...Aku akan melepaskan mu." Asha diam, tidak melanjutkan kalimatnya.
"Maafkan aku, As."kata Danendra.
"Itu yang membuatku makin terluka. Apa lagi wanita itu kakakku sendiri. Mas pikirkan saja,bagaimana perasaanku saat ini."jelas Asha sesekali membalas chat dari Farzan.
"Maafkan aku, As," bisik Danendra pelan.
Selanjutnya laki-laki itu memilih diam, memberi ruang untuk Asha menumpahkan kesedihannya.Tidak mau banyak bertanya atau membuat Asha mengingat pembicaraan mereka semalam. Asha tiba -tiba terlelap.Danendra baru berani mendekat, saat Asha tertidur di dalam kesedihannya. Danendra memandang wajah cantik itu dari dekat.
"Maafkan aku,As. Aku berjanji akan membuatmu bahagia setelah ini," bisik Danendra membelai wajah Asha yang sedang terlelap. Rasa bersalah menghantamnya. Kalau dulu, ia tidak berpikir sejauh ini. Namun, kehadiran Asha sebulan ini sanggup membuat perasaannya terusik.