****Setelah Penyatuan ***
"Tahukah kamu ... kenapa aku memilihmu, As ?"tanya Danendra , tiba-tiba membahas masalah yang sudah tiga tahun terlewati. Tidak ada yang membahasnya dulu, Asha tidak memiliki keberanian untuk bertanya dan Danendra tidak memiliki keinginan untuk menjelaskan.
"Maksud, Mas?" tanya Asha heran.
"Apa kamu tidak penasaran ... kenapa aku memilihmu dulu,bukan Isyana ?"Danendra menjelaskan maksudnya.
Asha menggeleng, selama ini ia tidak mempermasalahkan. Dulu pun, Asha menerima Danendra karena Ibu. Dan bagi Asha , tidak penting alasan Danendra memilihnya karena apa. Toh, mereka sudah menikah dan sekarang sudah menjadi pasangan suami istri seutuhnya. Untuk apa lagi membahas sesuatu yang sudah berlalu.
"Aku memilihmu ... saat melihat gadis kecil dengan tampang lusuh, berkeringat dan bau. Masih mengenakan seragam abu-abu, datang menghampiriku dan Ibu."jelas Danendra.
"Saat itu, entah kenapa ada sesuatu yang membuatku yakin memilihmu. Aku juga tidak tahu, disaat itu aku langsung memintamu pada Ibu,"lanjut Danendra lagi.
"Kamu kelewatan sekali, Mas. Aku yang masih kelelahan, sudah dikagetkan dengan ucapanmu.Untung aku tidak pingsan waktu itu," gerutu Asha.
"Mas, kita kembali ke kamar saja," ajak Asha,melepaskan belitan di perut ratanya.
"Ha ... kamu masih mau?" tanya Danendra menggoda.
" kamu tu bukan muda ,Mas,"canda Asha mecubit manja hidung suaminya.
"Tidak, di sini dingin, Mas," jelas Asha , memberi alasan.
"Ya sudah, ayo kita buat yang hangat-hangat lagi!" ajak Danendra tersenyum menggoda.
"Tidak mau lagi. Masih sakit.Jangan gila ,Mas." Asha menolak dengan wajah cemberutnya. Bergegas masuk meninggalkan Danendra .
Begitu melangkah masuk, mata Asha menangkap sesuatu yang janggal di atas seprainya. Berjalan mendekat untuk memastikan,Asha tertunduk. Semburat rona malu muncul di kedua pipinya, mengingat apa yang belum lama dilakukannya bersama sang suami.Baru saja Asha akan berbalik, tetapi tubuhnya sudah membentur tubuh kekar Danendra .
Buk!
"Ah, sejak kapan Mas membuntutiku?" keluh Asha , mengusap keningnya yang sakit karena membentur dada Danendra yang keras dan berotot.
"Sejak kamu menikmati noda darahmu di atas seprai putih itu," jelas Danendra tersenyum.
"Aduh! Dia mengingatkanku lagi. Ini sangat memalukan," gerutu Asha dalam hati.
"Mas, kalau dilihat karyawan hotel akan sangat memalukan," keluh Asha .
"Biarkan saja. Apa mau dibawa pulang, disimpan buat kenang-kenangan," tawar Danendra , usil.
"Memang bisa, Mas?" tanya Asha dengan polosnya.
"Bisa saja. Serahkan padaku!" ucap Danendra , menyombongkan diri.
Danendra sudah beralih ke sofa, menjatuhkan tubuh lelahnya di sana.
" As, kemarilah!" pinta Danendra . Danendra sudah berbaring, meluruskan kaki panjangnya yang memenuhi sofa cokelat muda itu.
"Tidurlah di sini!" perintah Danendra , menepuk dada kirinya.
Awalnya Asha ragu, tetapi akhirnya Asha menurut juga. Menyandarkan kepalanya di bahu Danendra ,menyembunyikan senyuman terkulum dan malu-malu.
"Aku mau ... kamu jangan menemui Isyana dalam waktu dekat ini," ucap Danendra tiba-tiba. Sontak,kepala yang tadinya bersandar manja itu, mendongak. Menatap Danendra , menunggu jawaban dari pertanyaan kenapa dan mengapa yang tidak terucap di bibirnya.
"Tunggu Isyana tenang, baru kita menemuinya,"lanjut Danendra .Masih terbayang pertengkaran suaminya dan sang kakak .Bukan pertengkaran biasa ,saling mengumpat dan berteriak.Rasanya Asha tidak akan memiliki keberanian seperti Isyana ,mengumpat Danendra sekencang itu.Tetapi mengapa suaminya membahas tentang Isyana?Asha merasa ada sesuatu telah terjadi antara mareka.
"As, ada yang mau aku ceritakan padamu. Aku bertengkar hebat dengan Isyana, kamu sudah menyaksikan sendiri, kan?"tanya Danendra.
"Ya, Mas. Ada apa? Kenapa Mas sampai meninggikan suaramu di depan Kak Isyana ?"tanya Asha mulai penasaran.
Danendra diam, pikirannya sedang merangkai kata-kata yang tepat dan tidak menyakiti istrinya. Danendra ingin bisa berkata jujur, tetapi Danendra bingung harus memulai dari mana. Semua begitu berantakan dari semula.Hubungannya dengan Isyana seperti benang kusut. Saling mengumpat dan memaki, walau tidak terucap oleh kata mereka saling memendam kebencian. Namun, Danendra tidak ingin aibnya dan Isyana akan menghancurkan rumah tangganya. Apalagi ia melihat sendiri, bagaimana Isyana ingin menghancurkan hubungannya dan Asha .
Lebih baik Asha mendengar darinya dibanding dari Isyana . Danendra khawatir, Isyana akan membuat Asha salah paham, meninggalkannya dan Hayana .
"Aku dan Isyana sedang tidak baik-baik saja. Sejak awal aku merebut Hayana , aku sudah menggunakan cara yang salah."Danendra mulai bercerita.
"Lalu ... Mas?" Asha semakin penasaran.
"Demi Ibu dan Hayana , aku mempermainkan perasaannya," ucap Danendra , memejamkan mata.
Rasanya berat sekali, menceritakan kesalahan sendiri pada orang lain.
"Maksud, Mas? Aku belum mengerti," tanya Asha.
" Sepertinya aku tidak dalam pikiranmu ,Mas," lanjut Asha .Danendra tidak mau menjawab.Danendra melanjutkan ceritanya.
"Aku merebut Hayana dari Isyana dengan cara kotor dan menjijikkan. Aku tidak bisa apa-apa.Aku sudah meminta baik-baik, tetapi Isyana menolak. Dan menuntut hal yang menurutku tidak masuk akal," lanjut Danendra , memejamkan mata.
"Aku masih belum paham, Mas," ucap Asha,mengangkat kepalanya, berusaha menatap Danendra .
"Apa yang tidak kamu paham?" tanya Danendra ,tersenyum. Tangannya sedang merapikan beberapa helai rambut yang menutup wajah Asha .
"Semuanya."ucap Asha ingin tahu.
"Apa yang ingin kamu ketahui?" tanya Danendra lagi.
"Aku ingin mengetahui semuanya, Mas,"
Danendra memejamkan matanya, rasanya berat harus menceritakan semuanya. Di mana ini juga kesalahannya.
"Aku mengambil Hayana dengan menipu Isyana .Aku menjadikan Hayana putriku dengan mempermainkan perasaan Isyana ," jelas Danendra , mengencangkan dekapannya.
"Maksud mempermainkan perasaan Kak Isyana itu seperti apa? Apa yang Mas lakukan pada Kak Isyana ?" tanya Asha mulai mencari tahu.
"Aku ... aku ... menyetujui permintaannya,
mendekatinya, pura-pura menyukainya dan menjanjikan banyak hal padanya."cerita Danendra.
"Keterlaluan kamu, Mas!" ucap Asha .
"Bajingan Kamu,Mas!"marah Asha lagi .
Mendengar pengakuan Danendra , emosi Asha mencuat seketika. Sudah ingin rasanya menampar suaminya itu untuk membalas perlakuannya pada Isyana .
"Kenapa tidak menceritakan kepadaku saat kamu belum mengambil perawanku,kenapa sesudahnya kamu menceritakan?"marah Asha sedikit tinggi.Asha masih bisa menahan amarahnya.
"As, maafkan aku," ucap Danendra mengeratkan pelukannya.Asha berbicara lembut dengan istrinya.
"Kalau Kak Isyana tidak mengizinkannya, kenapa harus memaksa?" tanya Asha , masih saja tidak terima dengan perlakuan Danendra ke kakaknya.
"Aku hanya memikirkan Ibu dan kasihan dengan Nana waktu itu," jelas Danendra , memberi alasan.
"Nana sangat menyedihkan, tinggal di kontrakan sempit. Dengan status tidak jelas. Belum lagi saat Isyana bekerja, Nana hanya dititipkan ke tetangga," cerita Danendra .
"Aku tidak bisa membayangkan kalau sampai Ibu melihat sedih," lanjut Danendra.
Asha teringat Isyana yang memarahinya. Memintanya untuk tidak hamil atau tidur dengan Danendra . Pada saat itu, Asha tidak tahu jelas apa yang terjadi pada kakaknya.
"Katakan padaku, apa yang Mas lakukan pada Kak Isyana sebenarnya? Apa yang Mas janjikan pada Kak Isyana ?" tanya Asha . Kekesalannya tidak kunjung usai. Makin Asha memikirkannya,emosi Asha makin menjadi Danendra sudah duduk di sofa, menatap Asha yang sedang berbaring dengan wajah ditekuk.
"Mas!" panggil Asha lagi, sedikit keras karena Danendra tidak kunjung bicara. Jangankan bercerita, laki-laki itu hanya menatap dan tidak membuka suara sama sekali.
"Isyana menolak bantuanku. Dia memintaku menceraikanmu dan menikahinya kalau ingin memberi status untuk Nana ," cerita Danendra .
"Lalu, apa yang terjadi?" tanya Asha .
"Aku ... aku menyetujuinya. Kesepakatan aku dengan Isyana , aku akan menceraikanmu ... setelah kamu menyelesaikan kuliahmu." Danendra kembali bercerita.
" Aku akan memakbulkan kesepakatanmu,BAJINGAN!"marah Asha di hati.Hatinya seperti guning berapi yang ingin memuntahkan lavanya.
"Sejak itu aku mulai mendekatinya, menjadikan Isyana kekasihku. Hanya kami berdua yang mengetahuinya," ucap Danendra , menyesali semua kebodohannya. Namun saat itu terjadi, Danendra terpaksa. Danendra tidak punya jalan lain.
"Kami sepakat menjalani hubungan gelap, dengan perjanjian akan menceraikanmu setelah kamu menyelesaikan kuliah," lanjut Danendra .
"Selama itu, aku terus membujuknya dengan berbagai cara. Mengabulkan apapun yang diminta Isyana ."
Asha menggelengkan kepala, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Suaminya bisa melakukan hal yang tidak pernah terpikir olehnya.
"Isyana meminta tinggal bersama demi Hayana ,aku mengabulkannya. Aku pikir itu juga lebih baik,Hayana masih terlalu kecil dan butuh ibunya.
"Kemudian?" tanya Asha .
"Bahkan hampir semua orang di kantor, mengetahui kalau Isyana adalah kekasihku. Tapi aku tidak pernah mengumumkan secara resmi." Danendra lanjut bercerita.
"Setelah mendapatkan Hayana , aku mencari cara untuk lepas dari Isyana . Aku berulah, memancing keributan. Berakhir dengan ... aku memutuskan hubungan sepihak," cerita Danendra .
"Aku memutuskan Isyana , mulai menjauhinya.Mengenalkan Hayana pada sosokmu. Mengenalkanmu sebagai Mommy Hayana ."
"Isyana mengamuk dan menggunakan segala cara untuk bisa tetap bersamaku," jelas Danendra lagi
"Tega kamu, Mas!" Asha berkata lirih.
"Kamu begitu baik hati menolong keluarga kami,bahkan rela menikahiku tanpa Cinta hanya karena Ibu. Tapi kenapa tidak bisa menikahi Kak Isyana , kalau memang mau menolongnya," tanya Asha .
"Bukankah sama saja rasanya seperti menikahiku dulu ..ibu akan bersamamu.Kerana aku hanya permain catur dalam rencanamu," jelas Asha.
"Aku tidak bisa menceraikanmu,"jelas Danendra .
"Aku tidak tahu dan tidak punya alasan. Aku benar- benar tidak bisa menceraikanmu," ulang Danendra lagi, menatap Asha .
"Maksud, Mas?" tanya Asha lagi.
"Kalau mengikuti logikaku. Aku akan memilih Isyana dan Hayana . Aku pasti menceraikanmu demi Hayana dan Ibu. Tapi pada kenyataannya,aku tidak bisa," jelas Asha .
"Sekarang kamu bisa ,Mas. Aku besetuju dengan kesepakatan Mas dan Kak Isyana,"kata Asha memotong ayat Danendra. Danendra tidak mempedulikan ayat Asha.
"Aku memilih mengorbankan Isyana dan mengikuti kata hatiku. Sama seperti saat aku memilih menikahimu dulu."kata Danendra.Sakit yang Asha rasakan sekarang seperti ditusuk belati tajam.