****Di Kamar Hotel Bogor****
Rembulan sudah di puncak,memancarkan semburat menguning indah di pekatnya malam.Suara jangkrik dan dedauan yang bergesekan tertiup angin menemani malam panjang sepasang suami istri yang masih betah berdiri dibalkon kamar hotel.
Asha sedang menatap gelap saat Danendra datang dan memeluknya dari belakang.
"Sayang, kenapa tidak masuk ke dalam?" tanya Danendra , berbisik di telinga Asha .
Asha yang terkejut dengan belitan tangan kekar Danendra yang kini mengunci erat pinggangnya hanya bisa menunduk dan tersipu malu. Pipinya merona jingga.
"Aku masih ingin di sini, Mas." Asha menjawab seadanya. Tidak mungkin menjawab jujur, kalau Asha menghindari Asha setelah persetujuannya tadi siang.
"Tidak dingin?" tanya Danendra , mengeratkan pelukannya.
"Sedikit."jawab Asha singkat.
"Apa yang kamu lihat di sini?" tanya Danendra lagi.
"Tidak ada, Mas," sahut Asha .
"Aku hanya merindukan Ibu," sahut Asha .
Tangan Danendra sudah mulai nakal seperti biasanya, menyibak rambut tergerai Asha dan menyingkirkannya. Sekarang leher jenjang istrinya sudah menantang sempurna.Sebuah kecupan dilabuhkan di sana, membuat si empunya melayang seketika. Kecupan basah dan memabukan.
"Mas," panggil Asha setengah mendesah. Memohon kepada Danendra supaya menghentikan semua kegilaannya. Kakinya sebentar lagi sudah tidak sanggup menopang berat tubuhnya. Asha melemas, kehilangan kekuatan.
"Mas," panggil Asha sekali lagi. Kali ini ia memilih berbalik, membenamkan wajahnya ke dada bidang sang suami.
"Hmm," gumam Danendra , memeluk erat tubuh mungil yang mulai bergetar panik.
"Kenapa?" tanya Danendra , tersenyum. Asha bahkan tidak mengizinkan Danendra melihat wajahnya saat ini.
"Aku malu, Mas," sahut Asha dengan polosnya.
"Hahahaha. Ya sudah, kalau begitu ... aku izinkan kamu memejamkan mata sepanjang permainan kita nanti," sahut Danendra dengan terus terangnya.
"Mas...." Asha kembali memanggil. Kali ini disertai pukulan kecil di dadanya.
"Jangan seperti ini,terlalu menggemaskan. Aku takut tidak sanggup bermain lembut," ucap Danendra dengan kata-kata yang terdengar memalukan ditelinga Asha .
Asha bukan anak kecil,Asha mengerti jelas arah pembicaraan suaminya. Di Surabaya, sebagian teman-teman kantornya sudah menikah. Saat berkumpul atau reunian, mereka sering bertukar cerita. Menceritakan banyak hal, sampai rahasia ranjang pun dibahas di sana.
"As ..,"desih lambut Danendra.
Baru saja menengadahkan kepalanya menatap Danendra , suaminya sudah menyergap bibir mungil miliknya dan tidak membiarkan ia berontak.Kecupan lembut di awal, tetapi mulai menutut pada akhirnya. Kecupan yang berubah menjadi l'umatan ringan. Danendra baru berhenti saat merasa Asha hanya diam dan tidak meresponnya.Meraih tangan Asha yang menjuntai di sisi tubuh, Danendra menuntun kedua tangan itu agar merangkul lehernya, meminta Asha bergelayut manja padanya.
"Peluk aku!" bisiknya di telinga Asha . Untuk pertama kalinya,Danendra harus mengajari seorang wanita cara bercinta yang baik dan benar. Danendra bukan laki-laki alim, Danendra pernah menikah. Bahkan setelah bercerai pun terkadang masih sering nakal di luar sana.
Namun, sejak menikah dengan Asha ,Danendra tidak pernah melakukannya dengan wanita manapun.Kecuali saat wanita murahan itu menjebaknya.Hanya saja, Danendra tidak tahu apa-apa, tidak bisa merasakan apa-apa dan tidak bisa menikmati apa-apa. Danendra tertidur pulas dan terbangun dengan memeluk tubuh polos Isyana . Bahkan Danendra sendiri tidak tahu pasti, kebenaran malam itu.Sebenarnya apa yang terjadi malam itu masih abu-abu. Apa Danendra benar-benar tidur dengan Isyana atau tidak, dia tidak pernah tahu. Entah itu nyata atau cuma sandiwara Isyana ,tetapi sejak saat itu Danendra di bawah kendali wanita licik yang suka menggunakan segala cara. Namun,Danendra juga. menyadari,Danendra menggunakan cara yang tidak kalah liciknya untuk mendapatkan Hayana . Danendra mempermainkan perasaan Isyana .
Dan Danendra tidak bisa berbuat apa-apa,Isyana memang sengaja menahan Hayana , bukan karena semata-mata Danendra menyayangi putrinya, tetapikarena Isyana menginginkannya, seperti yang dikatakannya saat pertama kali meminta Hayana.Isyana bersedia menyerahkan Hayana dengan syarat Danendra harus menikahinya dan menceraikan Asha . Isyana memanfaatkan niat baiknya yang ingin menolong Hayana dan menutup semua dari sang ibu mertua.
"As ," panggil Danendra lembut.
Tersenyum dan menatap wajah polos Asha , sebelum mencium bibir merah merona. Ciuman kali ini lebih sempurna, Asha sudah mulai berani meladeninya. Danendra bisa merasakan tangan Asha yang sesekali meremas punggungnya.
"Kita ke dalam,"ucap Asha saat melepaskan pertautan bibir.
Tanpa menunggu jawaban, tangan kekar itu sudah menggendong tubuh mungil bak kelinci putih itu masuk ke dalam kamar. Menjatuhkan tubuhnya dan tubuh Asha ke atas tempat tidur empuk.
"Aku menginginkanmu malam ini," bisik Danendra pelan.Tangan kekar itu sudah menyusup masuk di balik punggung istrinya, membuka kaitan bra yang sedari tadi mengganggu pandangan matanya. Sekali tarik saja, Danendra langsung memerdekakan gundukan kembar dan kenyal yang terlihat menggiurkan.
"Mas, ini memalukan," bisik Asha, melipat tangan di dada, menyembunyikan miliknya yang sudah tidak tertutup apa -apa.
"Itu proses, Sayang. Malu juga harus tetap dilewati," jawab Danendra , tersenyum. Memindahkan kedua tangan Asha yang menutup dada dan mengunci kedua tangan itu ke atas kepala Asha dengan tangan kanannya.Mata Danendra terbelalak, sudah lama tidak melihat salah satu keajaiban dunia secara langsung.
"lzin menyentuhnya, Nyonya," sahut Danendra dengan usil, sebelum meremas dan mengecup gundukan kembar istrinya.
Diperlakukan Danendra seperti itu rasanya sulit diungkapkan. Asha memilih diam, dan memejamkan matanya menyembunyikan malu dan risih bersamaan. Tangannya sudah dilepas Danendra ,ia bebas meremas rambut suaminya yang masih betah bermain di area dadanya.
"Sayang, kita naik kelas dulu, ya," ucap Danendra disela nafas yang memburu saat ini.Asha membuka matanya, tidak paham maksud ucapan Danendra . Seketika pipinya merona, saat
melihat Danendra ternyata sudah bertelanjang dada, mengikuti jejaknya.
Tangan Danendra sudah mengusap turun melewati perut rata istrinya, melepas pakaian yang tersisa.
"Ya Tuhan, ternyata begini rasanya," ucap Danendra dalam hati.Asha bisa merasakan tangan Danendra yang nakal dan merambah ke mana-mana. Lidahnya kelu, sudah tidak sanggup berkata-kata. Hanya bisa meremas seprai sambil memejamkan matanya. Menggigit bibir bawah, Asha berusaha agar desahnya tidak keluar.
"As , kamu tidur?" tanya Danendra , masih saja usil di saat seperti ini.
Danendra hanya tidak tega melihat raut malu bercampur ketakutan di wajah Asha . Sebisa mungkin Danendra akan membuat istrinya merasa nyaman dan tenang.Asha membuka matanya, melihat wajah suaminya yang sangat dekat dengannya.
"As , cium aku sekarang," bisiknya lembut,nyaris tidak terdengar. Asha hanya bisa menangkap gerak bibir suaminya.Kemarin Asha mencium suaminya dengan gairah sekali.Asha mula mengikuti permainan sang suami.