Sepanjang hari ini terasa hampa, tidak ada panggilan atau kabar dari suaminya.
Melewatkan makan Siang hanya berdua, Asha masih bersikap biasa. Namun, saat melewatkan makan malam hanya berdua lagi dengan putrinya, rasa was-was mulai menyelimuti hatinya.Kepercayaan pada suaminya terkikis perlahan. Asha tahu Danendra bertemu Adeline pagi ini, artinya dia bertemu mantan istrinya Danisha. Bohong kalau Asha tidak cemburu terus.Puncaknya saat waktu menjelang tidur, tidak ada tanda-tanda. kepulangan Danendra . Di ponsel,tidak ada kabar secuil pun dari Danendra .
"Mommy, mau bobok," pinta Hayana . Seharian ini, mereka menghabiskan waktu berdua. Asha yang fokusnya terbelah, memilih menemani Hayana bermain.
"Bobok sama Momny di sini saja, ya," ajak Asha .
"Mau, Mommy," sahut Nana, langsung meloncat naik ke atas tempat tidur.
"Mommy, Daddy,Nana," ucap gadis kecil itu lagi sambil memainkan jemarinya.
"Ayo, kita ke bersiap!" pinta Asha, menurunkan gadis itu dari atas tempat tidur dan membawa putrinya berganti pakaian tidur, mencuci kaki kemudian menggosok gigi di kamar.
Barulah setelah itu mereka kembali ke kamar Asha . Ketika masuk kembali, mata Asha sempat menatap ke arah jam di kamarnya. Waktu sudah hampir pukul 21.30 malam. Bahkan suaminya belum ada kabar berita sejak siang tadi. Berusaha menghubungi ponsel Danendra , selalu disambut dengan suara merdu sang operator cantik.
"Mommy, baca celita, ya," pinta Hayana .
Asha tersenyum, tetapi hatinya kian memanas. Dengan kesal, Asha mengunci pintu kamarnya.
"Biarkan saja, sekali-kali harus diberi pelajaran!Tidak ada kabar, dihubungi pun tidak bisa,"gerutu Asha dalam hati.
Asha sudah mengambil sebuah buku cerita anak-anak yang biasa disimpan di laci nakasnya,bekal untuk Hayana yang terkadang suka menumpang tidur bersama mereka.
"Ayo diselimuti sampai ke leher, Sayang," pinta Asha , menarik selimut,membungkus rapat tubuh mungil yang semakin hari semakin gembul.
"Sudah Mommy," celoteh Hayana . Matanya masih membuka lebar saat Asha mulai membaca halaman pertama, tetapi tidak sampai lima menit, mata itu kian meredup dan akhirnya tertutup rapat.
Seharian ini Hayana kelelahan bermain dan itu membuatnya mudah tertidur di saat malam hari,
"Good night, Sayang," bisik Asha , mengecup kening gadis kecilnya. Asha ikut berbaring dengan pikiran tidak sehatnya.Seharian ini ada banyak pikiran buruk tentang suaminya bermunculan. Nama Danisha yang sempat diucapkan Danendra tadi pagi, belum lagi ingatannya kembali pada kisah Danendra dan kakaknya,Isyana. Walau Asha berusaha menerima semuanya dengan lapang . Asha tidak tahu akan ada wanita mana lagi yang muncul di depan matanya dan memproklamirkan hubungan dengan suaminya.Pikiran-pikiran itu mondar-mandir di dalam otaknya, bagai musik pengantar tidur. Walau sulit, akhirnya Asha tertidur juga.
***Larut Malam Di Kediaman Danendra **
Deru mobil Danendra tiba di kediamannya saat menjelang tengah malam. Hari ini jadwalnya padat sekali,Danendra tidak ada waktu untuk mengabari Asha , bahkan mengecek ponsel pun tidak.Danendra tidak sempat. Belum lagi, mobil mereka harus terjebak macel di tol dalam kota.
Dengan langkah gontai dan wajah lelahnya masuk ke dalam rumah yang sepi dan senyap. Tangan Danendra menggenggam erat jas kerjanya yang sudah kusam terkena debu proyek.Tepat sampai di depan pintu kamarnya, senyum tipis muncul di bibirnya. Namun, itu semua tidak berlangsung lama, saat tangannya mengayunkan gagang pintu yang terkunci dari dalam.
"Astaga, As. Kenapa dikunci?" desahnya sudah tidak sanggup mengeluarkan kata-kata lagi.Tenaganya habis sudah. Tidak sanggup berpikir apalagi harus berdebat, la melangkah menuju ke kamar putrinya. Untuk saat ini, kamar itu solusi terbaik, melepas penat dan lelahnya.
Brakk! Danendra menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur bernuansa Hello Kitty yang didominasi warna merah muda. Lengkap dengan barisan boneka kucing betina yang berbaris rapi di bagian kepala tempat tidur.
Tanpa membersihkan diri,Danendra hanya melepas kemeja dan celana panjangnya. Bermodal celana boxer, Danendra pun terlelap di alam mimpi setelah mematikan lampu kamar dan menggantinya dengan lampu tidur.Kamar putrinya yang tanpa alarm, membuat Danendra bisa tidur lebih lelap dari biasanya. Tidak seperti di kamar tidurnya, yang setiap pagi akan terganggu dengan alarm ponsel istrinya.
***Keesokkan Harinya***
Ceklek!
Pintu kamar itu terbuka, tampak pengasuh Hayana masuk seperti jadwal biasanya membangunkan gadis kecil putri majikannya. Semalam, sang pengasuh bisa tidur cepat. Hayana terus bersama ibunya sejak selesai makan malam.Sedikit heran, tidak seperti biasanya Hayana mau tidur dengan kondisi kamar remang dan sedikit gelap. Sang pengasuh berjalan perlahan menuju ke tempat tidur.
"Nana, ayo bangun!" panggilnya pelan. Baru saja sang pengasuh akan berbalik menyalakan penerangan, tangannya ditarik seseorang dan terjatuh di atasranjang. Tidak sampai di situ, ada tangan kekar dan kuat membelit tubuhnya semakin membuatnya panik.
"Ah!" pekiknya kencang dan ketakutan. Asha dan Hayana yang sudah berdiri di depan pintu kamar Hayana melihat ulah Danendra.
" Da..ddy," ucap Hayana pelan saat melihat daddynya menarik pengasuhnya.
"Kamu siapa?" terdengar suara serak Danendra , yang belum melepaskan pelukannya. Bahkan Danendra masih mengumpulkan kesadarannya yang belum kembali semua.Asha yang melihat prilaku Danendra dan pengasuh Hayana hanya bisa melihat.Tidak ada kata yang keluar dari mulut Asha,menahan air mata. Lebih mengejutkan ,Danendra hanya mengenakan celana boxer dan bertelanjang dada sedang memeluk pengasuh Issabell di atas ranjang.Asha menurunkan Hayana.Hayana memeluk kaki Asha tidak mahu bermanja ke daddynya seperti selalunya.
"Mas, apa-apaan ini?" tanya Asha .
Kedua netra matanya sudah berkaca-kaca.Suaminya tidak pulang ke kamarnya, malah tidur berdua dengan pengasuh putrinya.Danendra tidak kalah terkejut, langsung mendorong kasar tubuh pengasuh putrinya. Masih bergidik ngeri, membayangkan siapa yang dipeluknya.Pengasuh Hayana seorang janda ,usianya kurang lebih 40 lebih.
"Ma-maaf, Nyonya. Saya tadi mau membangunkan Nana, tetapi ditarik sama Tuan," adunya sambil menunduk.
"Kamu boleh keluar, Mbak," perintah Asha .
"Tolong bawa Nana keluar juga, Mbak," lanjut Asha .
"Baik, Nyonya."kata sang pengasuh, mengendong Hayana keluar lalu menutup pintu membiarkan suami istri itu menyelesaikan masalah mareka.
Danendra memilih diam, takut untuk membuka suara.Danendra bisa melihat jelas arti pandangan istrinya.Mengerikan, lebih tepatnya mematikan.
"As , aku tidak sadar. Pantas saja aromanya berbeda. Aku terlalu merindukanmu. Bahkan dalam mimpi pun aku membayangkanmu," rayu Danendra , berusaha membujuk istrinya.
"Kamu kelewatan , Mas. Masa kamu membandingkan aku dengan pengasuh Nana yang umurnya sudah kepala empat!" gerutu Asha duduk di sisi ranjang .
" Mas,sebaiknya kita berpisah .Aku tidak tahu apa lagi kejutan yang akan datang.Aku tidak kuat ,Mas!"Kata Asha bergetar kemarahan menahan airmatanya yang ingin menetes.
"Sain saja Surat Gugutan Penceraian yang aku beri kepadamu Saat di Surabaya.Aku akan memudahkannya tanpa ke pangadilan nengri." Jelas Asha memberi ide sembari bangkit dari ranjang ingin melangkah keluar dari kamar ,tetapi Danendra tiba-tiba memeluknya erat dari belakang.
" ASHA BIANTARA !Jangan pernah melafazkan perpisahan atau penceraian lagi.Aku tidak akan menandatanganinya.Kamu selamanya milikku," ucap Danendra tegas sambil mencium pipi istrinya.
"Ya, aku salah. Pantas saja keempukannya berbeda, Sayang ,"canda Danendra ,coba saja bergurau.Danendra tahu ini bukan pertama kali istrinya meminta cerai.
Asha sudah meraih guling mungil milik putrinya. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, ia memukul suaminya yang sejak kemarin sudah membuat mood-nya hancur.
Buk. Buk. Buk.
Pukulan beruntun itu mendarat di tubuh telanjang Bara. Memang tidak sakit, tetapi lumayan membuatnya kewalahan.
"Keterlaluan! Apa maumu? Hah!" omel Asha semakin kesal.
"Sudah-sudah. Aku minta maaf," ucap Danendra ,setelah bisa menguasi guling mungil berwarna pink dari tangan Asha .
"Maafkan aku ... seharian kemarin pekerjaanku menumpuk. Aku benar-benar tidak punya waktu lagi hanya untuk mengecek ponselku. Belum lagi saat pulang, terjebak macet di tol," cerita Danendra , memohon pengertian istrinya.
"Aku sampai rumah sudah hampir tengah malam. Pintu kamar kita terkunci," lanjutnya lagi."komplen Danendra minta dikasihan.
"Aku lelah, Sayang. Tidak bisakah kamu memijatku sebentar saja."Danendra berkata dengan nada suara memelas dan memohon. Danendra sudah menelungkupkan tubuhnya meskipun Asha belum memberi persetujuan.
"Ayo, Sayang!" bujuk Danendra kembali.
"Nanti aku akan memijatmu juga sebagai gantinya," ucap Danendra samar. Suaranya tertutup bantal.
Asha ragu tetapi kakinya merambat naik juga ke atas kasur. Duduk di Sisi tubuh Danendra , dan mulai memijat punggung kekar yang terlihat menggoda selera.
"Pijatanmu kurang berasa, As. Bisa keluarkan sedikit tenagamu?" pinta Danendra .
Buk!
Sebuah pukulan terkepal, diayunkan tepat di sisi kiri punggung Danendra .
"Aduh, Sayang !" keluh Danendra . Pukulan Asha tidak main-main, dengan sekuat tenaga.
Sesaat menjadi hening, di kala pandangan mata keduanya saling bertemu. Yang terdengar saat ini adalah debaran jantung memburu. Saling berlomba, beradu berdetak siapa yang paling kencang.Asha yang mulai tersadar, langsung tersipu.Merona di kedua pipi polosnya. Netranya masih menelusuri lekuk tampan wajah suaminya.Namun, di detik ini ada rasa beda menyelimuti hatinya. Matanya masih memandang dengan cara yang sama, tetapi hatinya sudah memandang dari sudut berbeda.
"Apa aku mulai mencintai suamiku? Apa aku mulai menikmati statusku sebagai istrinya. Istri dari seorang Danendra Isam Aldari ," batin Asha .
"Mas"Panggilan itu terdengar lembut,bahkan Asha sendiri merasa sedikit berbeda. Dengan keberanian yang muncul entah dari mana,Asha memberanikan diri mengecup bibir Danendra untuk pertama kali. Ya, untuk pertama kali Asha menjadi wanita tidak tahu malu.
Danendra terperanjat, hampir tidak percaya. Asha yang Danendra kenal ternyata memiliki Sisi yang berbeda. Istrinya adalah wanita yang sedikit dingin dan terkesan kaku. Pribadi yang polos dengan pemikiran dewasa .Saat ini Danendra hanya bisa menikmati bibir istrinya. Sensasi berbeda dari seorang ASHA BIANTARA. Napasnya sudah menderu, dengan pikiran hampir melayang ke awang-awang.
Tubuhnya sudah mulai mengikuti alur permainan istrinya, larut dalam kelincahan bibir yang sedang belajar memagut dan mengecup layaknya pemain profesional.Namun, saat Danendra sudah mulai terbuai,Asha tiba-tiba berhenti. Menjauhkan wajahnya, Asha menatap suaminya seolah ada yang aneh.
"Mas, kenapa kamu bau sekali?" tanya Asha dengan terus terangnya. Mengendus ke sekujur tubuh suaminya. Dari leher sampai ke dada telanjang yang kekar dan bidang.
"Sayang,aku belum mandi dari kemarin,"jelas Danendra.
"Tidak mahu ,aku mahu…,"lanjut Danendra dengan kode mata meminta belas kasihan.Sebulan lebih Asha Di Jakarta ,tetapi belum bisa meminta jatah dari istrinya.
"Pergi mandi sekarang ,Mas," pujuk Asha mengandeng tangan suaminya ke kamar mandi di kamarnya.Seperti keanakan Danendra mendagu di bahu Asha minta dimanjai.
Sampai di pintu kamar mandi ,Danendra menghentikan langkahnya.
" As ,hari ini aku harus keluar kota.Aku akan membawamu juga.Kemasi barang-barangmu dan aku.Aku ada kerja di Bogor selama tiga hari,"jelas Danendra lalu masuk ke kamar mandi,selebihnya urusan istrinya.