*** Di Kamar Danendra ***
Asha baru ingat, Asha menjawab panggilan telepon yang muncul di layar ponsel tertera nama"honey". Sore ,Asha ingin memberitahu suaminya tapi tidak sempat.
"Pagi tadi,saat Tuan bertemu tamu, aku menjawab panggilan telepon di ponselmu, dengan nama "Honey " di layar ponselmu , "jelas Asha.
"Maaf ,aku lupa memberitahumu"lanjut Asha menunduk sambil meremas tangannya.Asha takut suaminya marah.
"Tak apa ,As.Tidak mungkin di kontak ponselku bernama "Honey ".Kamu tidak mempercayaiku As?" Jelas Danendra.
"Nah!As ,tolong periksa ponselku!"kata Danendra menyodorkan ponselnya ke Asha.Asha menolak.
"Sudah ,Tuan.Lupakan.Aku mahu tidur."kata Asha yang bersiap untuk berbaring.
"As....sebentar "panggil Danendra , bingung. Asha heran, wajah kebingungan itu tercetak jelas. Ada banyak tanya di pikiran Asha . Sejak suaminya melangkah masuk ke dalam, Asha sudah bisa membaca
semuanya.Kebersamaan mereka, membuat Asha memerhatikan setiap detail dari sikap dan tindak tanduk Danendra . Walau Asha tidak pernah menunjukkan perhatian secara nyata, jauh di lubuk hati Asha belajar menerima kehadiran Danendra di dalam hidupnya.
"Tuan , ada apa?" tanya Asha . Tidak sabar menunggu Danendra yang betah menutup mulut setelah panggilan singkat tadi, akhirnya Asha yang bertanya duluan.
"Tuan , kenapa?"Asha mengulang kembali pertanyaan yang sama.
"As,berhenti memanggilku ,Tuan,bisakah?Aku suamimu ,As!ASHA BIANTARA ISTRI DANENDRA ISAM ALDARI,"tegas Danendra menggenggam kedua tangan Asha.
"Mau ku panggil apa?sayang?honey?Mas?Pak?sweetheart?darling?daddy?"canda Asha ketawa manja.Danendra menjentik manja hidung Asha.Asha mengaduh lembut.
"Ikut kesukaanmu ,asal bukan "Tuan "."jawab Danendra. Asha hanya mengangguk manja.
"As, tadi Dina menemuiku di kantor ."lanjut Danendra.Kalimat menggantung, si empunya saja bingung harus melanjutkan atau menghentikannya sampai di sini saja.
"Ya, Dina kenapa?" tanya Asha tidak sabaran
"Dia ... dia memintaku menemui Adeline ." Ucapan terpotong Danendra itu pun selesai sudah.Asha tidak terkejut, begitu nama Dina keluar dari bibir suaminya,Asha sudah tahu kelanjutannya.
Pernikahan Asha tiga tahun lalu ,karena ibunya.Asha tidak ssedetik keinginan mencari tahu siapa suaminya. Bernikah dengan seorang duda,banyak menguji kesabarannya.Paling menakutkan ,pertemuan kembali dengan mantannya.
"Dan ... Mas mau menemuinya?" tanya Asha memastikan. Asha bisa menatap jelas wajah suaminya.Danendra menggeleng.Namun,Asha bukanlah istri bodoh. Asha paham betul niat dan keinginan Danendra saat ini. Bahkan isi pikiran Danendra sudah terbaca.
"Serius? Mas tidak mau ke sana?" tanya Asha ,menegaskan.
"Kalau kamu tidak mengizinkan, aku tidak akan menemui Adeline ," sahut Danendra .
"Aku tidak mengizinkanmu, Mas."Asha coba menolak.Asha menggigit bibir, menahan suara bergetarnya yang hampir keluar. Entah kenapa ia tiba-tiba jadi begini sensitif dan perasa. Apakah faktor yang membuatnya merasa sakit saat Danendra mendekati masa lalunya kembali.Asha hanya menyunggingkan senyum terpaksanya.
" Ikut hatimu ,Mas.Aku capek ,aku mau tidur,"ucap Asha memposisi miring berantara guling .Danendra menyandarkan tubuhnya di kepala kasur menatap ponselnya.
"Tega kamu, Mas. Bukannya aku tidak tahu,kamu ingin menemui Danisha . Padahal, aku istri sahmu," Asha membatin.
***Keesokkan Harinya***
Danendra baru melangkah masuk menutup pintu kamar mandi,terdengar bunyi ponsel milik Danendra berdering di atas meja kecil di sisi kamar.Asha yang rapihkan kasur tersentak sebentar ke arah benda pipih milik suaminya.Matanya melotot melihat nama"Honey"yang terpampang nyata sama seperti kemarin di layar ponsel sang suami.Nama aneh dan tidak biasanya ,memancing ingin tahu.Kemarin Asha tidak sempat menjawabnya.
Dengan memandang ke arah pintu kamar mandi, akhirnya Asha menggeser logo hijau di layar. Baru saja Asha menempelkan ponsel ituke telinganya, suaminya keluar hanya dengan berbalut handuk.
"Siapa, As ?" tanya Danendra , masih menatap ponsel yang hampir menempel di telinga istrinya.Asha menggeleng.Sedikit canggung, karena ketahuan hampir menyabotase ponsel suaminya.
"Ini, Mas," ucapnya pelan, menyodorkan ponsel itu pada Danendra , dengan kepala penuh dengan banyak pertanyaan dan curiga. Asha berusaha menguatkan dan membuang jauh-jauh pikiran buruknya. Meneguhkan keyakinan pada sang suami. Meskipun terasa sulit dan tidak masuk akal. Danendra mengerutkan dahinya, heran dengan nama yang muncul di layar. Membiarkan ponselnya tetap berbunyi. Seingat Danendra tidak memiliki kontak dengan nama Honey , bahkan Danendra tidak memiliki teman dengan nama aneh itu. Namun, kenapa tiba-tiba nama dan kontak ini bisa tersimpan di dalam ponselnya
"Honey ?" ucap Danendra pelan, setelah ponsel itu berhenti bernyanyi.Danendra membiarkannya begitu saja, menolak menerima panggilan yang tidak dikenalnya.
"Siapa, Mas?" tanya Asha , masih penasaran.
"Aku tidak tahu, tetapi kenapa ada nama ini diponselku," sahut Danendra .Jawaban yang membuat Asha semakin bingung.Ponsel pribadi bagaimana mungkin suaminya tidak tahu apa yang terjadi dengan ponselnya sendiri.
"Terlalu banyak teks-teki dalam hidup suamiku,"celoroh hati Asha.
"Biarkan saja. Anggap saja salah sambung,"ucap Danendra lagi.
Dengan santai meletakan ponselnya ke atas meja rias. Bergegas Danendra menuju walk in closet untuk berganti pakaian.
"Mas, yakin tidak mengenalnya?" tanya Asha ,tidak percaya. Asha mengekor langkah suaminya, masih berusaha menginterogasi dan mencari tahu siapa dan apa tujuan si penelepon misterius itu.
"Ya, aku bahkan tidak merasa pernah menyimpannya," sahut Danendra , santai.Namun, langkahnya berhenti tiba-tiba. Berbalik ke belakang, menatap istrinya dengan seksama.
"Jangan bilang kamu mencurigaiku, As!"todong Danendra , menggelengkan kepala. Raut wajah Asha saat ini memang terlihat seperti itu.
"Ti-tidak, Mas," sahut Asha terbata, menunduk dan meremas ujung lingerienya.
"As, aku bersumpah. Aku tidak tahu menahu masalah ini. Kalaupun aku menyimpan nomor kontak simpananku di ponsel, aku tidak akan menamainya Honey ," ucapnya santai, membuka lemari besar yang menyimpan barisan kemeja kerjanya.Mendengar jawaban suaminya, Asha segera berlari menuju ke meja rias, meraih kembali ponsel suaminya. Sembari duduk di tempat tidur, Asha bersiap mengecek ponsel suaminya.
"Mas, sandi ponselmu berapa?" teriak Asha .
"As , apa yang kamu lakukan?" tanya Danendra . Danendra terpaksa mengikuti Asha yang berlari tiba-tiba.Danendra khawatir telah terjadi sesuatu, tetapi kenyataannya Asha hanya mau memastikan isi ponselnya.
"150901!" Bara menjawab santai.
"Apa nombor sandinya 10 tahun ,lalu apa maksud nomornya?tanya Asha membatin.
Asha sudah memasukan kode angka sesuai dengan yang disebut Danendra . Seketika layar gawai itu pun terbuka dan menyala terang. Bisa diakses sepuasanya. Asha bisa leluasa mencari.
"As. Hahahaha!" Tawa Danendra pecah. Danendra tahu jelas apa tujuan istrinya sekarang.Kaki Danendra baru akan melangkah kembali ke walk in closet, tiba-tiba Asha sudah berteriak kembali.
"Mas, pakaianmu sudah aku siapkan di sini!"ucap Asha , memberi tahu.Asha sudah menyiapkan pakaian suaminya seperti biasa, sebelum masuk ke kamar mandi tadi.
"Oh, aku lupa As ," sahut Danendra menggaruk kepalanya. Jujur,Danendra sendiri masih tidak habis pikir dengan nama Honey yang tiba-tiba muncul di dalam ponselnya. Semua kejadian mendadak itu, membuat otak waras berhenti.Danendra mengingat jelas, tidak pernah menyimpannya.Walaupun begitu, otaknya langsung tertuju dengan sosok Honey yang menari-nari di pikirannya akhir-akhir ini.
"Danisha , kah?" tanyanya dalam hati.
" Tapi ... bagaimana bisa tersimpan di dalam ponselku?"lanjut hati Danendra lagi.
"Ini kerjaan siapa?Jangankan menyimpan nomornya, bahkan aku sudah lupa nomor ponsel Danisha ."hati Danendra semakin bertanya.Ada banyak pertanyaan yang berputar-putar sedang menunggu jawaban.
"Adeline , kah?" bisiknya pelan. Mengingat Danendra sempat mengeluarkan ponselnya di atas meja saat mareka bertemu di kantor. Namun, bagaimana bisa Adeline tahu semua hal tentang dia dengan mommynya dulu.
"Mas, kenapa?" tanya Asha , mengejutkan.
"Eh ... ya, tidak apa-apa," sahut Danendra tergagap,kembali lagi dari lamunannya. Segera,Danendra meraih celana dan kemeja yang sudah disiapkan istrinya.
"As , sudah ketemu dengannya?"ledek Danendra . Masih saja terkekeh, melihat aksi istrinya yang sedang menggeser layar naik ke atas, menampilkan deretan nama di daftar kontak.Terus terang, melihat Asha saat ini hatinya menghangat. Dulu, tidak ada yang peduli dengannya, bahkan Danendra tidak pulang ke rumah pun,Danisha tidak akan bertanya.Jangankan bersikap sepanik Asha,bahkan Danisha tidak pernah peduli padanya.
"Sudahlah, As. Tidak akan ada Honey didalam sana. Ayo bantu aku pasangkan dasi,"pinta Danendra , menyodorkan dasi ke tangan Asha .
"Sebentar, sedikit lagi sudah huruf H." Asha masih serius.
"Sebaiknya kamu mengecek di pesan masuk saja, Sayang." Danendra memberi ide.
"Di sana akan terlihat aku mengirim pesan sayang-sayangan dengan siapa saja," lanjut Danendra , kembali tersenyum.Asha mengangkat pandangan. Suaminya sedang berdiri tepat di hadapannya dengan tangan terlipat di dada. Namun, yang membuat Asha kesal, senyum di bibir Danendra itu seolah meledeknya.
"Mas!" gerutu Asha , kesal.
"Sudah-sudah, aku cuma bercanda. Kamu bisa menghubungi Honey kembali, kalau kamu tidak yakin," ucap Danendra .
"Ayo, pasangkan sekarang, nanti aku terlambat ke kantor." Pinta Danendra. Danendra berbohong, padahal dia ingin bertemu Adeline. Danendra tidak ingin Asha terluka karena kemarin Asha tidak mengizinkannya untuk bertemu Adeline.Danendra sudah membungkuk, menyesuaikan tingginya dengan Asha yang sedang duduk di ranjang.
Dengan cekatan, Asha mengalungkan dasi panjang itu di leher suaminya. Membuat simpulan sedemikian rupa, terakhir menarik salah satu sisinya.
Sretttt!
"Sempurna!" ucap Asha tersenyum.
Cup! Sebuah kecupan mendarat di bibir Asha , sekilas dan ringan.
"Terima kasih!" ucap Danendra .
Asha mengalah, menyerahkan kembali ponsel suaminya. Setelah dipikir ulang, tidak mungkin juga suaminya akan setenang ini. Membiarkannya mengacak-acak ponsel pribadinya, kalau ada sesuatu yang disembunyikan.
Danendra baru saja masuk ke dalam mobilnya. Seperti biasa,Danendra membawa mobil sendiri .Tangannya masih sibuk memegang kemudi,sesekali tersenyum setiap mengingat betapa manisnya sang istri tadi pagi. Perhatian dan kecemburuan yang ditunjukan Asha , membuat hatinya merasakan sesuatu.
"Kamu manis juga ternyata, As ," ucapnya pelan, tetap fokus dengan jalanan.Senyuman di bibir Danendra menghilang saat ponselnya kembali berdering. Matanya tertegun saat melihat nama "Honey ' kembali muncul di layar ponselnya.Tampak Danendra menepikan mobilnya sebelum menerima panggilan.
"Siapa kamu?" tanya Danendra setelah menempelkan ponsel di telinganya.
"Hai ... Sayang, bagaimana kejutanku?" terdengar suara seksi seorang wanita dari seberang telepon.
"Kamu! Apa maumu? Sejak kapan kamu menyimpan nama aneh di ponselku?" ucap Danendra dengan suara penuh penekanan.
Raut wajahnya memperlihatkan kalau saat ini Danendra sedang murka. Garis rahangnya mengeras, seiring remasan tangan di setir mobilnya yang semakin kencang.
"Breng'sek! Aku bahkan belum sempat membuat perhitungan denganmu!!"marah Danendra.Terdengar suara tawa wanita dari seberang telepon. Tawa yang menyebalkan.
"Hahaha ... sabar, Sayang. Kejutanku sudah tiba di sana?" tanyanya lagi
Danendra mengeraskan rahangnya, amarah sudah menguasi dirinya seketika. Itu terlihat jelas dari genggaman tangannya yang meremas kencang ,kemudi sampai terlihat jelas buku-buku jarinya yang memutih dan menonjol.
"Jangan mimpi! Kamu tidak akan bisa memisahkanku dan Asha ," ucap Danendra . Danendra sengaja meninggikan nada suaranya, menunjukan pada si penelepon bahwa gangguan yang sengaja dikirim padanya tidak berarti apa-apa. Tidak akan berpengaruh apa-apa.Terdengar suara tawa dari seberang. Suarayang sangat menjengkelkan. Bisa dipastikan kalau Isyana berada di depan Danendra , wanita itu akan dihancurkannya dalam sekejap mata.
"Silakan kamu tertawa, tetapi aku peringatkan, jangan pernah menggangu Asha. Kalau kamu masih tetap bersikeras, jangan salahkan aku kalau seluruh dunia tahu siapa ISYANA BIANTARA !" ancam Danendra , mematikan panggiIan telepon dengan kasarnya.
Napasnya masih memburu, namun pikirannya sudah melayang pada istrinya. Entahlah,khawatir itu kian membuncah kala Danendra teringat kembali .Danendra harus berusaha membuat Asha hamil agar Isyana,kakak iparnya,tidak mengganggu rumah tangganya.Di saat seperti ini, sesalnya terasa menyesak,memenuhi ronga dada. Sesal akan masa lalunya.