Chereads / Anak sang pembantu / Chapter 39 - Chapter 39 :Tidak Keberatan

Chapter 39 - Chapter 39 :Tidak Keberatan

Pak Lyman kembali ke rumah dengan mata berlinang.Danisha kebetulan sedang tidak ada dirumah, menjemput Adeline pulang sekolah. Hanya ada suami istri itu saja, Bapak dan Ibu Lyman yang berada di rumah dua lantai, yang sebentar lagi mungkin akan disita pihak Bank.

"Bagaimana, Pak?" tanya Ibu Lyman masih dengan raut sedih. Matanya bengkak, dengan tulang pipi menonjol, terlihat jauh lebih kurus dari sebelumnya karena beban pikiran.Mereka hanya memiliki dua orang putri, yang satu seorang model terkenal, sekarang menjanda dengan seorang putri. Satunya asisten di perusahaan Danendra yang masih sendiri di usia yang sudah tidak muda lagi.

"Danendra bersedia menanggung semua biaya pengobatan Danisha , tetapi bagaimana kita menyampaikannya ke Danisha ," ucapnya menghempas tubuh rentanya di atas sofa.Laki-laki itu terlihat mengusap air mata yang mengkristal di matanya.

"Kalau aku punya uang, aku tidak mungkin menjatuhkan harga diriku mengemis pada Danendra .Rasanya malu setelah apa yang dilakukan Danisha padanya dulu, Bu," ucap Pak Lyman,terbata, bergetar menahan tangis yang hampir keluar.

"Tapi kita bisa apa, Pak. Harga diri kita ditukar dengan nyawa putri kita," sahut istrinya, mulai menangis.

"Kalau hanya sakit biasa, tidak masalah menanggung sakitnya. Tapi ini sakit yang tidak biasa dan membutuhkan biaya besar. Tidak semuanya bisa ditanggung asuransi," ucap Ibu dari Danisha dan Dina .

"Belum lagi biaya sekolah Adeline .Dina sudah berhutang banyak ke perusahaannya untuk biaya hidup kita," lanjut Ibu Lyman .Penyakit Danisha ini bukanlah terbilang baru.Sudah sejak dua tahun yang lalu,Danisha menjadi cancer survivor.Akan tetapi, dulu tidak dilakukan pembuangan rahim secara keseluruhan, hanya operasi pengangkatan jaringan kanker dengan beberapa kali kemoterapi dilanjutkan radiasi setelahnya. Itu pun sudah menguras tabungan dan simpanan semua anggota keluarga.

Dan sekarang sel kanker itu menyerang kembali.Setelah melakukan beberapa pemeriksaan,Danisha harus secepatnya melakukan operasi.

"Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya pada Danisha ," lanjut Pak Lyman , memejamkan mata.

****Di Kantor Danendra ****

Danendra sudah berada di kantornya.Dina masuk ke kantor Danendra.

"Mas Danendra ? Bisa minta tolong ke rumah?" tanya Dina dengan nada panik.

"Maaf, sebelumnya kalau merepotkan Mas,tetapi saya benar-benar tidak bisa meninggalkan kantor sekarang."pinta Dina.

"Ada apa,Dina?" tanya Danendra heran.

"Aku tidak tahu jelas ada masalah apa. Tapi bapak dan Ibu tadi meneleponku berulang kali,memintaku pulang. Aku ada rapat penting."jelas Dina.

"Maksudnya bagaimana, Dina? Coba jelaskan?"tanya Danendra .

"Adeline ,Mas. Kak Danisha sepertinya mengamuk dan melukai Adeline.Kasihan anak itu mencari Mas Danendra ," cerita Dina.

Danendra memijat pelipisnya, tidak tahu harus bagaimana. Bersandar di kerusi kantornya memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan. Danendra sudah berstatus suami Asha.Terlepas Cinta atau tidak, tetapi Danendra tidak bisa bersikap sembarangan di belakang istrinya.

**** Di Kamar Danendra Di Jakarta ****

Danendra kembali ke rumah setelah lewat dari waktu makan malam. Ada beberapa pekerjaan kantor yang harus diselesaikannya .Saat masuk ke dalam kamar, pemandangan menenangkan sudah menyambutnya.Asha yang tidur berdua dengan Hayana , begitu damai.

"As," bisik Danendra , merapikan beberapa helai anak rambut yang menutupi sebagian wajah cantik istrinya.

Guncangan kecil di atas kasur, sedikit banyak mengusik tidur. Ditambah sentuhan tangan Danendra yang mengusap wajahnya, membuat mata terpejam itu mengerjap beberapa kali dan akhirnya membuka sempurna.

"Tuan,sudah pulang.Maaf ,aku terlelap." tanya Asha , bangkit duduk. Mengusap matanya yang masih terbawa kantuk. Asha langsung tertidur setelah menemani Hayana bermain.

"Tuan,sudah makan malam?" tanya Asha lagi.

"Sudah, tadi makan di kantor," sahut Danendra . Kali ini tatapannya beralih ke Hayana yang tertidur di samping Asha.

"Tuan, mau aku siapkan air hangat untuk berendam atau bagaimana?" tawar Asha.

"Tidak perlu, mulai sekarang aku akan menyiapkannya sendiri."kata Danendra.

"Jadi, Tuan tidak membutuhkanku lagi? Sejak dulu, aku selalu menyiapkan kebutuhan mandimu,Tuan ," tanya Asha.

Kecupan hangat dilabuhkan di kening dan kedua pipi Asha.Danendra tiba-tiba berubah prilaku menjadi manja. Setelahnya,Danendra melepaskan kemeja dan bersiap membersihkan diri.

"As , setelah aku mandi ..ada yang mau aku bicarakan,"ucap Danendra.

"Tunggu aku, ya!" lanjutnya lagi.Asha segera bangkit dari duduknya,menuju walk in closet untuk menyiapkan pakaian tidur suaminya.

"As, tadi mantan mertuaku datang ke kantor,"cerita Danendra saat sudah selesai berpakaian.Berendam air hangat di saat penat, bisa mengembalikan energinya yang terkuras.

Menghempaskan bokongnya di sofa, duduk tepat di sebelah Asha yang memang sedang menunggunya.

"Ada apa, Tuan ?" tanya Asha , penasaran.Tidak biasanya Danendra mau membuka suara tentang masa lalunya.

"Danisha sedang sakit kanker rahim,tidak sampai dia minggu ia mahu melakukan pembuangan rahim.Butuh uang biaya " ucap Danendra pelan. Pandangannya menerawang,menatap foto pernikahan yang tergantung di atas tempat tidur.

"Kasihan Mbak Danisha ,Tuan ."kata Asha menenangkan suaminya.Asha tahu perasaan sang suami ke Mantan Istrinya.

"Apa kamu keberatan kalau aku membantu semua biaya pengobatan termasuk ... pendidikan Adeline dan biaya hidup mereka. Paling tidak sampai keadaan mereka membaik," tanya Danendra tiba-tiba.

"Hal itu seharusnya Tuan yang urusi.Aku tidak ada hak keatas keputusanmu ."jelas Asha .

"Danisha adalah tulang punggung keluarga,Papa dan mamanya tidak bekerja," lanjut Danendra .Ada rasa bersalah terlihat di wajah Danendra , hanya saja Asha tidak mengerti rasa bersalah itu ditujukan untuk siapa.

"Aku sebenarnya sedikit merasa bersalah pada Danisha dan keluarganya. Walaupun aku sudah memberi sedikit untuknya saat perceraian kami,tetapi mungkin dibanding dengan harta yang aku miliki saat itu, apa yang kuberikan padanya tidak sebanding," ucap Danendra pelan.

" Sudah ku duga ,merasa bersalah bukan buatku .Beruntung sekali , betapa besarnya cinta Tuan ke Mbak Danisha "celoroh Asha di dalam hati.

"Aku dan Danisha memiliki perjanjian pranikah,dan dari perceraian kami, dia tidak mendapatkan apapun. Kecuali rumah dan sebuah unit mobil yang kutinggalkan untuknya."cerita Danendra.

"Tidak ada pembagian harta goni-gini?" tanya Asha sengaja memancing dan memastikan.

"Tidak, sesuai dengan perjanjian pranikah.Rumah dan mobil itu pun kerelaanku memberi kepadanya. Seharusnya dia pergi dengan tangan kosong. Dia berselingkuh dariku,"lanjut Danendra lagi.

Asha terkejut, pikirannya kembali pada kata-kata Danendra di mana Danisha sangat membenci suaminya. Apa jangan-jangan ada sangkut-paut dengan tidak mendapatkan apa-apa dari perceraian mereka dulu.

"Beruntung sekali mantan istri Tuan , ibuku termasuk kakakku,semua kebutuhan dan fasalitas disediakan.Aku perlu bekerja keras untuk mendapatkan semuanya,"Kata Asha membatin.Kemarin Farzan mencari Asha karena toko milik temannya di Bogor ingin ditukar milik. Pemilik toko ingin pindah ke luar negeri .Farzan menyarankan Asha karena toko itu sama seperti toko milik Asha di Surabaya.Sekarang keuntungan tokonya di Surabaya meningkat jualannya.Asha tidak pernah membuka ceritanya pada sesiapa.Biarlah dirinya yang tahu

"Apakah itu adil,Tuan?" tanya Asha. la tidak paham dengan perjanjian pranikah yang dimaksud Danendra .

"Kami sudah sepakat, sebelum melangsungkan pernikahan dulu."cerita Danendra.Asha terdiam, mencerna kata perkata yang keluar dari bibir suaminya sampai akhirnya Asha membuka suara.

"Aku tidak keberatan," sahut Asha pelan.

Bagaimana Asha bisa keberatan. Toh, hidupnya dan keluarganya di Surabaya juga berkat belas kasihan Danendra . Kalau tidak karena bantuan majikan yang sekarang menjadi suaminya,Asha juga tidak yakin bagaimana keluarga mereka melewatkan hari-hari setelah kematian ayahnya.