"Tapi ... dia suamiku. Rasanya tidak masalah juga kalau aku menerimanya," ucap Asha lagi.Akhirnya Asha menggeser logo hijau dilayar. Baru saja ia akan menempelkan ponsel itu ke telinganya, tiba-tiba panggilan telepon diputuskan si pemanggil.Asha meletak kembali ponsel ke saku jas suaminya. Asha tidak mau dituduh kelewatan.
****Di Ruang Kerja Di Rumah Danendra ***
"Ada apa,Pa?" tanya Danendra , mempersilakan mantan mertuanya duduk.
"Ini ... ini mengenai Danisha dan Adeline ," ucap laki-laki itu ragu. Tertunduk, seperti susah mengucapkan kalimat selanjutnya.
Ruang kerja Danendra hening sesaat. Kedua laki-laki yang dulunya pernah akrab seperti ayah dan anak itu sama-sama diam, berkutat dengan pikiran masing-masing.
Apalagi Lyman , ayah dari dua orang putri yaitu Danisha dan Dina . Laki-laki kurus, yang belakangan semakin terlihat tua karena beban pikiran yang menghantamnya. Sebenarnya ada rasa malu dan sungkan menemui mantan menantunya. Walau bagaimana pun perceraian yang terjadi hampir sepuluh tahun yang lalu, karena kesalahan putrinya.
Namun, saat ini hanya Danendra yang bisa dimintainya tolong. Pak Lyman yang seorang biasa, tidak bekerja lagi di masa tuanya. Hanya menumpang hidup dari kedua putrinya.Tulang punggung keluarga mereka, yaitu Danisha sedang mendapat musibah. Dina yang hanya seorang asisten biasa walaupun bekerja di perusahaan besar, tetap saja tidak akan sanggup menanggung biaya hidup keluarga dan biaya pengobatan Danisha yang membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Belum lagi mengenai Adeline . Cucunya yang mulai beranjak dewasa.Entah apa yang harus dilakukannya sebagai satu-satunya laki-laki didalam keluarga Lyman. Walau renta dan tidak memiliki penghasilan, dia adalah kepala keluarga.
"Ada apa, Pa?" tanya Danendra , memecahkan keheningan di antara keduanya.
"Begini, Dan. Aku mau meminta bantuanmu."kata Pak Lyman ke pointnya.Kalimat memalukan atau lebih tepatnya tidak tahu malu itu pun keluar dari bibirnya.
Masa lalu pernikahan putri dan mantan menantunya ini,jelas-jelas Pak Lyman tahu penyebab utamanya dan siapa yang pantas disalahkan. Namun diusia senjanya, Pak Lyman harus mengesampingkan harga dirinya demi putri dan cucunya. Demi masa depan putri dan cucunya.
"Ada apa, Pa?" tanya Danendra semakin penasaran.Memilih bersabar menunggu, kalimat yang akan keluar dari bibir Pak Lyman.Terlihat Danendra keluar dari ruang kerjanya ke kamarnya.
" As ,boleh minta disiapkan minuman ke ruang kerjaku?"pinta Danendra ke Asha.Danendra terpaksa menyuruh Asha karena dia tidak melihat pekerja lain di sekitarnya.
" Ya ,Tuan ,"kata Asha berlalu ke dapur menyiapkan minuman untuk tamunya. Tak butuh waktu lama, Asha mengetuk pintu dan membawa nampan berisi secangkir teh hangat masuk ke dalam ruangan.Di luar kamar Asha mendengar nama Danisha dan Adeline menjadi topik perbicaraan.
"Silakan, Pak, Tuan" ucap Asha sebelum keluar dari ruangan.
"Silakan diminum, Pa."ucap Danendra.
Pak Lyman tampak meraih gagang cangkir dan meneguk beberapa kali teh manis hangat yang saat ini sudah tidak berasa apa-apa lagi di Iidahnya. Gugup dan perasaan malu menyergap dirinya.
"Dan, apa tidak terpikir untuk rujuk kembali dengan Danisha ?" tanya Pak Lyman tiba-tiba.Asha masih dibalik pintu mencuri dengar.Sedikit ingin tahu karena perbicaraan mareka menyakut Danisha Dan Adeline.
"Hubungan kalian bukan setahun dua tahun, sejak SMA kalian sudah memilih bersama," lanjut Pak Lyman lagi.
"Walau aku tahu, Danisha pasti menolak, tetapi aku tetap berusaha," ucap Pak Lyman pelan.Danendra tertegun, menatap mantan mertuanya tanpa berkedip.
Berusaha membaca isi hati yang masih disimpan lawan bicaranya rapat-rapat.Sepuluh tahun yang lalu, mantan mertuanya ini mendukung keputusan Danendra menceraikan Danisha , tetapi sekarang kenapa tiba-tiba datang memintanya rujuk kembali.Danendra jelas tahu dengan Danisha tidak baik-baik saja.Pertemuan terakhir mereka jelas tergambar seberapa bencinya Danisha padanya.Namun, laki-laki ini sebaliknya mendorong untuk mereka bersama lagi.
"Maaf, aku tidak bisa. Aku sudah menikah," tolak Danendra tanpa berpikir dua kali.Pak Lyman tertunduk malu.Pak Lyman sudah tahu Danendra akan menjawab seperti itu. Namun, akal sehatnya hilang saat kemarin Danisha memberitahunya dan sang mama kalau saat ini putrinya itu sedang sakit keras.
"Bukan karena aku sudah menikah lagi. Andai aku belum menikah pun, aku tidak mungkin kembali lagi dengan Danisha ."jelas Danendra.Asha Di balik pintu,sedikit kecewa Danendra tidak mengenalkannya ke mantan mertuanya.
"Maaf, aku tidak tahu kamu sudah menikah lagi," ucap Pak Lyman . Mengusap kedua matanya yang mulai menggenang. Cobaan terberat di dalam hidupnya, di masa tuanya. Pak Lyman sudah tidak berdaya, harapan satu -satunya ada pada Danendra . Setidaknya Pak Lyman bisa tenang kalau terjadi sesuatu padanya.
"Ada apa sebenarnya?" tanya Danendra mencari tahu.Permohonan aneh sang mantan mertua yang tiba-tiba, semakin menguatkan dugaan Danendra .
Pasti ada masalah dengan Danisha atau Adeline.
"Danisha divonis kanker rahim . Dalam waktu dekat kurang dari dua minggu , dia harus menjalani pembuangan rahimnya ," cerita Pak Lyman berterus terang.Asha tidak mahu mencuri dengar lagi.Asha masuk ke kamar Hayana.
Danendra diam, tidak berkata apa-apa. Simpati,mungkin lebih tepat perasaan itu yang muncul saat ini. Seburuk apa pun masa lalunya dan Danisha , di saat ini rasanya tidak adil harus mengungkitnya kembali.Di antara ratusan sakit dan kecewa yang mereka lewatkan bersama dulu, tetapi ada ribuan bahagia yang pernah mereka lalui berdua.
"Aku akan menanggung semua biaya hidup kalian, termasuk biaya pengobatan Danisha dan biaya pendidikan Adeline . Tapi tidak untuk yang lainnya," ucap Danendra .
"Hanya saja ... sebelum itu, aku harus membicarakannya terlebih dulu dengan istriku," lanjut Danendra .Pak Lyman tidak bisa berkata apa-apa. Untuk menatap wajah mantan menantunya pun rasanya malu. Dulu putrinya sudah banyak menyusahkan Danendra , dan di saat sekarang lagi-lagi Pak Lyman menyusahkan Danendra . Namun,Pak Lyman tidak punya pilihan.Yang bisa diandalkan cuma Danendra .
"Baiklah, aku permisi dulu, Dan. Aku harap kedatanganku ini tidak sampai diketahui Danisha ."kata Pak Lyman mengingatkan Danendra.
"Entah apa yang terjadi di antara kalian berdua dulu, separah apa ... hanya kalian berdua yang tahu. Di saat akan menemui malaikat maut pun,Danisha lebih memilih menerima jalan kematiannya dibanding menerima uluran tanganmu," lanjut Pak Lyman , berpamitan.
Selepas kepergian Pak Sutomo, Bara hanya bisa tertegun. Jujur,Danendra tidak menyangka akan musibah yang menimpa Danisha. Mungkin ini pembalasan Tuhan atas perbuatan Danisha selama ini.
Entahlah, tetapi saat ini Danendra hanya bisa menawarkan bantuan itu saja. Dalam hidupnya sudah ada Hayana dan Asha.Danendra sudah tidak bisa mempersilakan orang lain lagi masuk di dalam kehidupannya.Cinta mungkin pernah ada. Entah sudah hilang atau pun masih tersisa. Namun, saat ini semua tidak lagi penting. Ada hati yang harus dijaga.Setelah Pak Lyman berlalu,Danendra mengemudi mobilnya ke kantor.