Asha Dan Hayana baru saja mengantar Danendra yang berangkat ke kantor, tetapi begitu berbalik hendak masuk ke dalam rumah, Isyana sudah menghentikan langkah keduanya.
"As, bisa kita bicara?" tanya Isyana , menatap Asha .
"Nana sama Suster dulu, ya. Ada yang mau Mommy bicarakan dengan Aunty," bujuk Asha , meminta pengasuh Hayana membawa gadis kecil itu pergi menjauh darinya.
"Ada apa, Kak?" tanya Asha pelan.
"Kelewatan kamu, As!" ucap Isyana , penuh kemarahan saat membuka pembicaraan.
"Maksud ... Kak Isyana apa?" tanya Asha heran.
"Kamu sengaja meminta Dan mengusirku dan sengaja menjauhiku dari putriku.Kamu jijik seperti suamimu yang menelatarkanmu selama tiga tahun lebih."Hah?" tanya Isyana kedalam point ayatnya.Asha menggeleng.
"Tidak. Sepertinya Kak Isyana salah paham," sahut Asha.
"Kita bicara di dalam saja, Kak. Tidak enak bicara di sini, banyak yang melihat," lanjut Asha .Asha tahu pekerja di rumah ini semuanya mata-matai prilaku mereka ,lalu akan merepotkan ke majikan mereka ,Danendra.Asha tidak mahu keadaan semakin rumit lagi.Asha dan Isyana masuk ke kamar Isyana.
Isyana membuka layar ponsel,menyodorkan ke Asha agar membaca pesan teks yang dikirim sang suami ke kakaknya.Asha dapat melihat berapa banyak kali sang suami mencari kakaknya dari pesan teks kedirinya.Asha hanya membaca teks itu lalu Isyana dengan cepat mematikan ponsel melanjutkan perbicaraan mereka.
"Apa maksudmu, As? Kamu sudah mendapatkan semuanya. Termasuk putriku, kenapa harus mengusirku dari rumah ini?" tanya Isyana .
"Aku tidak mengusir Kak Isyana ," sahut Asha ,menjelaskan.Isyana tersenyum kecut menatap Asha . Kemarahan Isyana semakin memuncak saat melihat beberapa tanda kemerahan di leher Asha .
"Kurang ajar! Danendra benar-benar menipuku. Berani-beraninya dia tidur dengan Asha !"Isyana menarik tangan adiknya, mengajak Asha menuju ke meja soleknya .
"As, kamu tahu bagaimana kelakuan suamimu di luar sana?" ucap Isyana .
"Maksud Kak Isyana apa?" tanya Asha dengan polosnya.
"Suamimu itu brengs*ek! Bukan lelaki baik-baik."Isyana berkata dengan penuh kemarahan.Matanya terus-terusan menatap tanda kemerahan di leher Danendra . Danendra benar-benar serius pada Asha . Tidak seperti dengannya, Danendra hanya menipu demi mendapatkan Hayana .Asha menatap kakaknya tidak percaya. Isyana mengenal Danendra , laki-laki itu baik. Selama tinggal di Surabaya, tidak memiliki cacat seperti yang diungkapkan Isyana .
"Aku masih belum paham maksud, Kak Isyana ,"ucap Asha,masih tidak mengerti arah pembicaraan kakaknya.
"Sini aku tunjukkan padamu! Setelah melihat bukti kebejatannya, pulang ke Surabaya. Urusi Ibu!" pinta Isyana .Asha terperangah, nyaris tidak percaya mendengar kata-kata Isyana . Seperti bukan Isyana kakaknya saja.
"Kamu sudah tidur dengannya?" tanya Isyana ,menunjuk kasar tanda kemerahan ciptaan Danendra tadi pagi.Asha menggelengkan kepala. Saat ini Asha bingung, mengapa sikap kakaknya jadi seperti ini.
"Huh,nasib ,As! "Ucap Isyana mengelus lembut dadanya,lega.Isyana mengenal Danendra.Cintanya dan hatinya milik mantan istrinya.Isyana takut Asha kepuruk suatu hari nanti.Tiba-tiba emosi, menggila tanpa penyebab.Padahal sewaktu sarapan semua baik-baik saja. Tidak ada hal janggal atau aneh dari Isyana .
"Jangan sampai hamil anaknya! Jangan mau hamil anaknya, As!" perintah Isyana .
"Dia itu tidak pantas mendapatkanmu!" ucap Isyana dengan keras.
"Kak .."Asha ragu dan tidak tahu harus menjawab apa. Seperti orang bodoh, tidak paham arah pembicaraan mereka saat ini. Tiba-tiba Isyana membahas hubungannya dengan Danendra .
"Dia suamiku, Kak. Kalau dia memaksa, aku tidak bisa apa-apa," sahut Asha pelan dan tertunduk.
"Ya ,aku tahu Dan itu suamimu.Tetapi tapi pernahkah terpikir olehmu, setelah menikah apakah Danendra pernah mencarimu? menanyakan kabarmu? menjalankan kewajiban batinnya padamu? Setelah tiga tahun, Dan hanya meminta semuanya darimu? Pernahkah pikiran logismu memikirkan hal itu?Pernah?" Isyana terlihat menghela napasnya, menatap Asha . Isyana kesal dengan keras hati adiknya.
"Tuan tidak mencariku selama tiga tahun karena kakak,"jawab Asha batinnya.Asha tidak mahu mengeluarkan Katanya karena tidak mahu kakaknya terluka.Asha menerima saja ayatnya yang keluar dari mulut kakaknya.
"Kemari, aku akan menunjukkan padamu. Jadi kamu tidak ragu-ragu lagi untuk meninggalkannya atau berpikir apa kataku benar atau salah.Kamu sendiri menilainya." Isyana menyeret Asha ikut dengannya.Tangan Isyana terlihat mengeluarkan sesuatu dari dalam lemari pakaiannya. Namun, belum sempat Isyana menyerahkan amplop cokelat itu ke tangan adiknya,Asha dan Isyana mendengar suara Danendra di luar kamar mencari Asha .
"Kak simpan dulu,nanti takut Tuan Dan berpikir yang tidak benar.Aku tidak mau kakak dan Tuan Dan berdebat,"pinta Asha sedikit ketakutan.Asha tahu suaminya membenci kakaknya.
Brak!
Seringai amarah muncul di bibir Danendra . Dengan langkah lebar, berjalan menuju tempat Asha berdiri.
"Ikut aku sekarang!" perintah Danendra , menggandeng tangan istrinya keluar dari kamar Isyana .Namun, baru sampai di pintu, Danendra tiba-tiba berbalik dan menatap tajam ke arah Isyana .
"KEMASI BARANG-BARANGMU! , AKU TIDAK MAU MELIHATMU Dl RUMAHKU!!" teriak Danendra penuh kemarahan dengan mata memerah, urat-urat menonjol di pelipis.
"Jangan pernah ikut campur urusan rumah tanggaku! Jangan merecoki istriku dengan hal-hal yang belum tentu kebenarannya!" lanjut Danendra sedikit melunak, tetapi tatapannya tetap membara. Danendra sampai menggengam tangan Asha dengan kencang, menyalurkan emosinya yang memuncak. Tidak sadar perbuatannya menyakiti Asha .
"Tuan , sakit," ucap Asha memohon Danendra melepaskan tangannya.
"Hah! Maaf, As," ucap Danendra , melonggarkan genggaman tangannya.
"Brengs*ek! Kamu menantangku, Dan!" ucap Isyana tidak kalah emosinya. la benar-benar berani melawan Danendra saat ini.Danendra sudah memberi sebuah kunci apartmen miliknya di kantor kalmarin.Danendra mahuIsyana keluar dari rumah mewahnya.Isyana mengemas barang miliknya.
"Aku sudah curiga, tidak mudah menghadapimu!" ucap Danendra keras.
"Kita sama Dan!"balas Isyana.
Beruntung Danendra selalu meminta pengasuh Hayana mengawasi segala gerak-gerik Isyana sejak tiga tahun yang lalu. Di awal, Danendra hanya meminta sang pengasuh mengawasi gerak-gerik Isyana saat bersama Hayana , tetapi sejak Asha tinggal bersama mereka,Danendra juga memintanya mengawasi Isyana dan Asha .
"Ikut aku, As," ajak Danendra , menyeret istrinya ke kamar mereka.
"Tuan,ada apa?" tanya Asha,sedikit ketakutan melihat pertengkaran Danendra dan Isyana . Bukan pertengkaran biasa, saling mengumpat dan berteriak. Rasanya ia tidak akan memiliki keberanian seperti Isyana , mengumpat Danendra sekencang itu.
Di luar kamar,pengasuh Hayana memanggil Danendra.Danendra keluar dari kamar,Asha masih berdiri mematung ketakutan.
"Maaf , Pak Lyman ingin bertemu Pak,"kata sang pengasuh.Danendra melihat ke arah Pak Lyman yang duduk di ruang keluarga. Danendra menatap laki-laki tua yang sudah sangat dikenalnya.
"Dan, bisa kita bicara sebentar," ucap laki-laki yang entah sejak kapan sudah ada dirumahnya.Danendra terlihat ragu, tetapi bagaimana pun Danendra harus menjaga sopannya untuk laki-laki yang selama ini baik padanya.Danendra mengangguk, mengajak bicara di dalam ruang kerjanya.
"Ada apa,Pa?"tanya Danendra ,mempersilakan mantan mertuanya duduk.
"Ini... ini mengenai Danisha dan Adeline ," ucap laki-laki itu ragu. Tertunduk, seperti susah mengucapkan kalimat selanjutnya.
Baru saja ia melangkahkan kaki keluar dari kamar ,terdengar bunyi ponsel berdering dari saku jas suaminya.Ragu, tetapi pada akhirnya Asha mendekati juga ke asal suara itu. Tangannya sudah mengelu-arkan benda pipih milik suaminya itu dari dalam saku jasnya.
Matanya melotot dengan pikiran bingung saat melihat nama yang terpampang nyata dan jelas di layar ponsel. Nama aneh dan tidak biasanya. Nama yang tidak umum tetapi memancing rasa ingin tahu.
"Honey ?" ucapnya.
"Honey ?" Asha mengulang kembali, mengerutkan dahi. Keheranan.
"Siapa Honey ?" ucapnya pelan.
Tidak berani menggeser tombol hijau, tetapi hatinya tergelitik dan dipenuhi rasa penasaran.Kalau Asha memberanikan diri, rasanya tidak sopan.Bunyi dering itu terus berteriak, makin didengar, makin rasa ingin tahunya bertambah.
"Tapi ... dia suamiku. Rasanya tidak masalah juga kalau aku menerimanya," ucap Asha lagi.Akhirnya Asha menggeser logo hijau dilayar. Baru saja ia akan menempelkan ponsel itu
ke telinganya, tiba-tiba …