Pagi itu, matahari masih bersembunyi di pekatnya kegelapan, belum berani menampakkan diri.Asha yang baru saja terjaga, memilih dan duduk sambil menatap sekilas jam yang terpasang di dinding. Waktu baru menunjukkanpukul 05.00 pagi.Pandangan Asha tertuju pada laki-laki yang sedang bergelung di balik selimut, laki-laki yang menyandang status sebagai suaminya. Laki-laki tampan, dewa penolong keluarganya di saat terpuruk.
Meskipun cerita Danendra kemarin, mengecewakan, tapi Asha menyimpannya di dalam hatinya. Asha tahu pria yang tidur di sebelahnya, menikahinya bukan dasar saling cinta tapi setidaknya Asha tahu di hati suaminya, tidak ada yang bisa menggantikannya mantan istri.Meskipun pahit untuk ditelan tapi Asha harus menjalani hidup sebagai istri mantan majikan ibunya dulu.Sekarang, Asha mengerti ada alasan lain mengapa suaminya mengabaikannya selama tiga tahun.
Senyum tersungging di bibir Asha,wajah polos tertidur itu terasa jauh berbeda dibanding saat sedang terjaga. Telunjuk Asha dengan lancang mengukir di lekuk hidung mancung Danendra . Entah keberanian dari mana, Asha sendiri tidak bisa menjawab.Sentuhan ujung telunjuk itu membuat kedua mata Danendra mengerjap, terganggu dengan usapan lembut yang menganggu tidur lelapnya.Saat mata itu terbuka tiba-tiba, Asha terkejut dan menyadari kesalahan sekaligus kelancangannya.
"Ma-maaf, Tuan," ucap Asha tergagap. Buru-buru menyembunyikan telunjuknya di dalam gengaman. Menunduk,Asha tidak berani beradu tatap dengan mata biru milik Danendra .Asha coba bangkit turun dari kasur.Danendra dengan cepat menarik Asha bebaring lagi.
Danendra tersenyum, berusaha mengumpulkan kesadarannya. Danendra sendiri hampir tidak yakin.Rasanya di batas antara nyata dan mimpi, bisa melihat sisi lain dari seorang Asha Biantara .
"Hmm," gumam Danendra , tergelak kecil menatap Asha .Danendra tidak berkata-kata, hanya menatap. Membuat Asha menjadi salah tingkah sendiri, memilih membuang pandangan pada bingkai foto pernikahan mereka yang tergantung indah di dinding.
"Tuan,aku ingin menjengok Hayana ,"Asha coba melepaskan pelukan Danendra yang sudah mengunci tubuhnya.
"As ,masih awal ,Putrimu masih tidur,"jawab Danendra berusaha membuka hati Asha .
" As, apa..aku ... boleh ... emm ...." Kata-kata itu tidak terselesaikan,Danendra memilih menatap untuk mencari tahu isi hati terdalam istrinya. Namun, sungguh disayang, istrinya masih membuang pandangan. Tidak berani menatapnya.
" As .... ' 'Asha baru saja akan mengalihkan pandangannya pada Danendra , tetapi suaminya tiba-tiba bangkit dari tidur, mencuri ciuman di pipinya.Cup! Asha hanya bisa pasrah, tidak berani menolak.Membeku sesaat, sampai Danendra melepas ciumannya.Lega.Itu yang Asha rasakan, saat napas Danendra sedikit menjauh, tidak menerpa wajahnya sekencang tadi. Namun, semua tidak berlangsung lama.Tiba-tiba dan tanpa diduga, Danendra kembali mencium. Namun, bukan di pipi, bukan juga di pelipis, apa lagi di dahi. Ciuman Danendra berakhir di bibir mungil menggoda Asha . Bertahan beberapa detik di sana, sambil menunggu respon sipemiliknya. Hati Asha sudah bersorak sorai saat ini. Asha hanya diam, tidak menikmati, tetapi gadis itu juga tidak menolaknya. Hanya diam dan pasrah.Menerima semua tanpa banyak bicara seperti biasanya.
"Boleh?" tanya Danendra pelan, setelah memberi jarak antara bibirnya dan bibir Asha .Tidak ada jawaban.Danendra bisa melihat Asha sedang gugup, kedua tangan istrinya saling meremas di pangkuannya.Diamnya Asha dianggap persetujuan oleh Danendra .Tanpa menunggu lama, Danendra kembali mengecup bibir mungil itu, mengunci tubuh Asha dengan kedua tangannya.Kecupan lembut berganti l'umatan, tetapi Bella tidak meresponnya sama sekali. Hanya diam,dan mengunci rapat bibirnya.
Danendra bisamerasakan tubuh istrinya bergetar kenikmatan.Tangan Asha melingkari leher Danendra,meremas lembut hujung rambut Danendra.Asha masih mengunci mulutnya tidak merespon ciuman Danendra.Entah ketakutan atau gugup,Danendra yakin degup jantung istrinya pun tak kalah cepat dengan detak jantung miliknya.
"As," panggil Danendra lembut, menghentikan ciumannya dan menunggu jawaban.
"Ya," sahut Asha pelan. Pada akhirnya Asha membuka suara.
"Tatap aku sekarang," pinta Danendra berbisik, menuntut dan penuh harap. Dengan ragu-ragu, Asha menaikkan pandangannya, menatap ke arah bola mata Danendra . Bola mata biru keabuan.
"Kita sudah menikah, kan?" tanya Danendra , melunakan hati Asha . Danendra dan Asha sudah tahu pasti jawabannya. Asha mengangguk, sebenarnya Asha juga sudah paham maksud dan tujuan Danendra , tetapi hatinya masih belum mau menerima. Rasanya terlalu cepat. Baru sebulan lebih, apakah Asha harus secepat itu menyerah pada laki-laki yang belum dikenalnya jelas.Rahasia laki -laki yang masih belum diketahui.
"Kalau merasa menikah denganku, tolong membalas ciumanku," pinta Danendra dengan manjanya.
"Aduh! Bagaimana inl?" batin Asha. Asha ragu untuk menolak, tetapi Asha juga belum siap untuk menerima. Kedua tangannya sudah meremas ujung lingerie merah transparent itu .
"Maaf," ucap Asha pelan.
"Apa bisa ditunda dulu?" tanya Asha ragu-ragu,menggigit bibir bawahnya.
"Kalau aku bilang tidak, kamu bagaimana?" Danendra balik bertanya, berusaha memancing jawaban.
"Kalau aku mau sekarang?" tanya Danendra ,menaikkan alisnya, menunggu jawaban Asha .
"Tapi,Tuan."Asha tidak menghabiskan ayatnya.Danendra menarik tangan Asha memegang "junior"nya yang bersiap untuk bertarung.
"Juniorku kelaparan .Tiga tahun menunggu jatahnya ,sayang,"desih menggoda Danendra di telinga Asha.Asha seperti cacing kepanasan.
Danendra tidak memberi kesempatan, tidakjuga menunggu jawaban Asha . Kedua tangannya sudah memeluk, mengunci tubuh Asha supaya tidak menjauh darinya. Bibir itu kembali mengecup, mencium dan akhirnya melu'mat. Ciuman kali ini lebih menuntut. Asha hanya bisa pasrah, sambil berdoa dalam hati.
Merasa Asha tetap tidak merespon, Danendra melepaskan ciuman di bibir. Memilih mengecup leher jenjang istrinya, berharap kali ini Asha bereaksi. Dan benar saja, walau Asha tidak berbicara, tetapi Danendra dapat merasakan, Asha meremas erat pundaknya.Danendra tersenyum. Danendra mulai mengetahui salah satu cara menaklukan Asha . Mengecup habis leher Asha , sesekali memberi tanda kepemilikan disana.
Asha yang sudah tidak berdaya, hanya melemas di dalam pelukan Danendra sambil berdoa. Semoga ada bala bantuan datang menolongnya. Melihat Asha saat ini, Danendra semakin menggila, mengecup tanpa jeda. Bahkan tangannya sudah mengusap lembut dan mulai bergerilya,menyusup ke balik lingerie .
"Ahh ...." Desahan pertama akhirnya keluar dari bibir Asha . Sontak membuat Danendra berhenti, menatap Asha yang sedang memejamkan matanya.
"As," panggil Danendra lembut.
"Hmm," gumam Asha . Asha sudah tidak bisa berkata-kata.Baru saja tangan kekar itu menyentuh sesuatu yang tertutup bra, gedoran dan teriakan di pintu menghentikan segalanya.
"Mami!" teriak Hayana . Sontak membuat Danendra dan Asha kembali ke alam nyata.
"Nana," ucap Asha pelan. Mendorong Danendra tiba-tiba, kemudian berlari membuka pintu dan mempersilakan putri kesayangannya masuk.
"Nana, kenapa?" tanya Asha tersenyum. Tampak Asha mengatur napasnya yang memburu. Kemudian, menggandeng Nana masuk ke kamarnya.
"Daddy," panggil Hayana pada Danendra yang sedang telentang di atas ranjang, menutup wajah dengan lengannya.
"Daddy," panggil Hayana sekali lagi, sambil mengguncang pelan pundak Danendra .
"Hmm," gumam Danendra berusaha menutup kesal yang menyesak di dada.Keduanya yang sudah di alam gairah.Hampir saja Danendra mendapatkan Asha , tetapi gadis kecilnya mengganggu semua usahanya dan berakhir sia-sia.
"Daddy, ayo main," ajak Hayana , menatap Danendra yang tetap diam. Asha sudah melangkah pergi menuju ke kamar mandi, meninggalkan ayah dan anak itu berdua di atas ranjang.