***Keesokan harinya.**
Asha bangun pagi, Asha tidak ingin pengasuh Hayana melihatnya tidur di kamar putri Danendra, Asha pura-pura tidak terjadi apa-apa.Pagi-pagi sekali sudah terlihat kesibukan di dalam kamar.Danendra yang baru saja menyelesaikan mandinya terlihat sedang mengenakan pakaian kerjanya di depan cermin. Asha sendiri tampak sibuk mengikat rambut Hayana.
"Sudah, Sayang, anak Mommy sudah cantik," ucap Asha tersenyum menatap Hayana yang sudah mandi dan berpakaian rapi. Satu-satunya yang membuat hatinya bercahaya ,melupakan apa yang telah terjadi kemarin.
"Ayo, Sayang, kita sarapan," ajak Asha mengandeng tangan Hayana . Namun, baru saja meraih gagang pintu, Danendra memanggilnya.
"As , kemari," panggil Danendra tersenyum usil.
"Ya, Tuan. Ada apa?" tanya Asha saat sudah berdiri di depan Danendra , sambil tetap menggan-
deng Hayana bersamanya.Terlihat Danendra tersenyum menatap Hayana .
"Kamu tidak menyapa Daddy pagi ini?" tanya Danendra . Berjongkok, menyejajarkan tubuhnya dengan Hayana . Danendra sudah menyodorkan pipinya, bersiap menunggu kecupan putrinya.
Cup!cup! Dua kecupan di pipi kiri dan kanan.
Danendra , kecupan basah dari Hayana meninggalkan noda liur gadis kecil itu di sana. Danendra meraih tubuh mungil Hayana , ikut mengecup pipi gembul putrinya. Di Kiri dan kanan.
"Daddy, mau lihat boneka Kitty Nana.Tolong ambilkan buat Daddy sekarang, ya?" pinta Danendra tersenyum.Danendra ingin bermesra dengan istri sebentar ,semalam istrinya tidak tidur dengannya.Danendra tahu istrinya tidak beres.Danendra tidak mahu merumitkan hubungan mareka.
"0k, Daddy," sahut Hayana sudah berlari keluar kamar sambil berteriak memanggil pengasuhnya.
"As , tolong pakaikan, ya," pinta Danendra,tersenyum usil.Danendra menyodorkan dasinya ke tangan Asha.
" Dasar suami jadi-jadian! Aku tahu tipu helahmu.,"gertak Asha membatin, memberi senyuman kecut. Asha terlihat ragu tetapi akhirnya Asha memberanikan diri.
"Tuan,derajat yang rendah ,polos dan lungu sepertiku belum pernah memasang dasi. Apa Tuan masih mahu aku melakukan atau Tuan bisa mengajariku?" tanya Asha.Danendra menghela napas. Danendra sudah bersusah payah mengusir Hayana dari kamar mereka, pada akhirnya rencananya tidak berjalan sempurna.Dengan wajah ditekuk, Danendra mengajarkan step by step tutorial memasang dasi. Setelah berhasil terpasang sempurna, Danendra berencana melepaskannya kembali supaya Asha bisa mem-praktikkan langsung.
"Jangan Tuan, itu 'kan sudah rapi. Besok-besok saja aku baru mencobanya, takut nanti Tuan lambat ke kantor, " ucap Asha , berusaha menahan tangan Danendra . Menghentikan suaminya melepas dasi yang sudah terpasang rapi di lehernya.
"As, apa tidak ada ciuman selamat pagi seperti yang di sinetron-sinetron?" tanya Danendra kembali.
"Tuan itu korban sinetron," sahut Asha .
"Aku menyusul Nana, Tuan," pamit Asha , berlalu pergi meninggalkan Danendra yang masih saja mematung.
Selama tiga minggu di kediaman Danendra di Jakarta, hubungannya dengan suaminya masih tegang. Asha tahu Danendra menyimpan banyak rahasia yang belum terungkap. Pada siang hari, Asha sibuk berurusan dengan melayani celoteh Hayana yang semakin aktif. Pada malam hari, Asha menghabiskan malam di kamar Hayana, larut malam Asha masuk tidur di kamarnya. Terkadang Asha menelepon atau video call dengan mantan majikannya, Farzan dan Betty, pekerja di tokonya. Pagi-pagi sekali Asha menyiapkan sarapan. Menyiapkan kebutuhan ,keperluan Danendra dan putrinya ,Hayana. Asha melakukannya perkara yang sama saat tinggal di Surabaya buat jelas majikan ibunya dulu yang kini menjadi suaminya.
****Rencana pertama Danendra plan A****
Malam hari, setelah menyelesaikan acara makan malam,Danendra kembali ke kamarnya. Begitu membuka pintu kamar, ia disuguhkan pemandangan Asha dan Hayana yang sedang bercerita di atas ranjang. Hayana terus-terusan meloncat sambil bertepuk tangan. Terkadang gadis kecil itu menjatuhkan diri di atas ranjang empuk sembari tertawa.
"Mamiiii ... mau bobok ."Hayana tiba-tiba.
"bobok cini?" Tanya Asha memastikan.
"Ya, bobok cama Mommy," lanjut Hayana ,tersenyum.
"Kalau begitu, ayo kita sikat gigi, cuci kaki setelah itu bobok, ya," ajak Asha , menurunkan Hayana dan menuntunnya ke kamar mandi.Tak lama gadis kecil itu sudah berlari keluar dari kamar mandi, naik ke atas tempat tidur.
"Daddy," panggil Hayana memeluk leher Danendra yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang.
"Nana mau bobok di sini?" tanya Danendra sambil menepuk ranjang empuknya.
"Yes, Daddy," sahut Hayana mengangguk.Terlihat Danendra mengintip ke arah kamar mandi,memastikan Asha belum muncul di sana.
"Nana mau Adek bayi?" tanya Danendra setengah berbisik. Sesekali menatap ke arah pintu kamar mandi.
"Mau," sahut Hayana meloncat kegirangan.
"Sstt, jangan berisik." Danendra berkata sambil menempelkan telunjuknya di bibir.
"Nana kalau mau Adek bayi, boboknya di kamar Nana saja, ya. Jangan bobok di kamar Daddy. Nanti Daddy buatkan Adek bayi yang banyak untuk Nana ," bujuk Danendra , tersenyum licik. Kembali ia menatap ke arah kamar mandi.Hayana mengangguk.
"Nanti Nana minta adek bayi sama Mommy juga, ya. Jadi dapatnya dua. Dari Daddy satu, dari mommy satu. Oke?" ucap Danendra tersenyum menatap putrinya.
"0k, Daddy!" sahut Hayana , meloncat kegirangan.
Asha keluar dari kamar mandi dengan tatapan aneh melihat pasangan ayah dan anak yang sedang berbisik-bisik di atas tempat tidur. Sesekali, ia melihat Hayana mengangguk dan tertawa kecil melihat Danendra .Saat Asha mendatangi keduanya, ayah dan anak itu baru saja melakukan high five, meresmikan persekongkolan kecil mereka yang baru saja dibahas beberapa menit yang lalu.
"Nana, kenapa?" tanya Asha saat melihat wajah Hayana yang tidak seperti biasanya.
"Mami ... mau," celoteh Hayana .
"Nana mau apa?" tanya Asha heran , tidak mengerti pembicaraan gadis kecil itu.
"Mau ... mmm ... mau ... Dedek." lanjut Hayana dengan sedikit penekanan dan terdengar lucu. Kemudian dia terkekeh menatap ke arah Danendra yang sudah membaringkan tubuhnya di atas ranjang empuk. Danendra sengaja membelakangi Asha dan Hayana ,seolah tidak tertarik dengan pembicaraan keduanya.
"Dedek? Maksudnya?" Asha masih tidak paham.Hayana segera merengkuh leher Asha , memeluk erat sambil berbisik.
"Dedek," jelas Hayana.
"Nana mau boneka?" tanya Asha lagi. Setelah lama berpikir, otaknya berusaha mencerna arah pembicaraan Hayana .Mendengar kata boneka, Hayana meloncat kegirangan.
"Mau, Mami. Mau boneka," sahut Hayana tersenyum, kembali memeluk leher Asha .
"Ya, nanti Mommy beli buat Nana. Mau boneka apa?" tanya Asha lagi.
"Mau boneka inces," jawab Hayana .
"Ya sudah, nanti kita beli. Sekarang bobok." Asha merengkuh tubuh mungil Issabell dan menidurkannya di tengah ranjang. Di antara dirinya dan Danendra .Danendra yang sejak tadi memilih diam dan menguping, hanya bisa mengelus dada.
"Anak kecil tetap anak kecil, hanya sebuah boneka ... lupa tujuan awalnya," batinnya.Tampak Danendra membalikkan tubuhnya, menghadap ke Hayana . Membisikkan sesuatu, di telinga gadis kecil itu. Sontak membuat Hayana bangkit.
"Mami.. ayo bobok di kamal Ana," ajak Hayana , menarik tangan Asha .
"Ha! Nana bobok di sini saja. Mommy sudah mengantuk," pinta Asha , merengkuh tubuh Hayana dan menidurkannya kembali. Tangannya sudah mengusap lembut punggung Hayana .
Danendra hanya bisa menahan kesal. Semua rencananya berantakan .
****Rencana kedua Danendra plan B****
Setelah menidurkan Hayana , Asha mengendong Hayana ke kamar putrinya.Setelah itu,Asha kembali ke kamarnya.Danendra yang sudah bersiap dengan akal bulusnya mengulum senyuman saat bayangan Asha muncul di balik pintu. Danendra sudah menghitung mundur, menunggu detik-detik istrinya takluk padanya. Bagaimana pun, Danendra harus mendapatkan Asha secepatnya.Danendra khawatir dengan Isyana yang bisa mengancam keutuhan rumah tangganya setiap saat.
"Mudah-mudahan rencanaku bisa lulus," ucapnya dalam hati.
"Kenapa senyum-senyum, Tuan ?" tanya Asha, heran.Asha sudah berbaring di sisi Danendra , mele-takkan guling sebagai pembatas.
"Tidak, hanya saja kamu terlihat cantik malam ini," sahut Danendra beralasan. Menatap istrinya tersenyum.Baru saja Asha akan merespons perkataan Danendra ,tiba-tiba lampu di kamar mati.Danendra langsung tersenyum di dalam gelap. Menunggu beberapa saat, tetapi tidak ada reaksi dari istrinya.
" As, kamu baik-baik saja?" tanya Danendra heran.Reaksi istrinya berbeda dengan reaksi sinetron yang ditontonnya.
"Kamu tidak takut gelap?" tanya Danendra lagi.
"Tidak, Tuan . Dulu tinggal di kontrakan sering mati lampu. Apalagi kalau Ibu tidak punya uang untuk bayar tagihan listrik. Bisa berhari-hari kami tidur tanpa lampu," jawab Asha,sedih mengingat masa kecilnya saat tinggal di kontrakan.
"Tuan ... takut gelap? Sebentar aku carikan lilin,"lanjut Asha , sudah bangkit dari tidurnya. Dengan bantuan cahaya ponsel, Asha sudah bersiap keluar kamar mencari lilin.
"As , kamu tidak takut. Gelap seperti ini banyak setan gentayangan, Ioh," ucap Danendra lagi.
"Aku lebih takut denganmu dibandingkan dengan setan, Tuan ," jawab Asha kesal. Asha tidak paham maksud dan tujuan Danendra mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal.Danendra hanya bisa mengelus dada dan mengumpat dalam hati.Plan A dan plan B GAGAL!!
Terima kasih.
Love you all