Chereads / Anak sang pembantu / Chapter 31 - Chapter 31 :Gadis Berusia Tanggung

Chapter 31 - Chapter 31 :Gadis Berusia Tanggung

***Di Dalam Pesawat***

Siang itu, Danedra memboyong istri dan putrinya kembali ke Jakarta, tanpa Ibu Rani tentunya yang masih menolak ikut tinggal ke Jakarta.Sepanjang penerbangan Asha lebih banyak diam dan melamun. Bahkan Asha mengabaikan celoteh putri kecilnya yang sejak tadi merengek minta duduk di pangkuannya.Danendra yang sudah kewalahan meladeni Hayana, akhirnya terpaksa mendudukkan gadis kecil itu

di pangkuan Asha tanpa permisi.

"Nana sama Mommy saja," ucap Danendra, menoleh ke arah istrinya.

"Sudah, As ... nanti kita cari waktu menjenguk Ibu lagi," hibur Danedra sambil tersenyum.

"Ya, " jawab Asha lirih. Pandangannya tertuju pada putri kecilnya saat ini. Hayana sedang menggenggam erat telunjuknya seolah meminta perhatiannya.

"Mami ... bobok," pinta Hayana , segera mengambil posisi tidur dalam dekapan Asha , menyusupkan wajahnya di dada Asha .Hayana yang merasa Asha tidak seperti biasanya, segera meraih tangan sang ibu, menuntun tangan itu untuk menepuk bongkoknya lembut.

"Mami," rengek Hayana , memejamkan matanya.Tangan mungil itu sudah menelusuri dan memeluk pinggang Aaha .Danendra yang sedang serius dengan bacaan di tangannya, menatap sekilas.

"As , putrimu sudah tidak bisa lepas darimu,"ucap Danendra, tersenyum.

"Hayana lebih rapat denganmu ,dia hanya mengenalku saat dua minggu ini,Tuan," jelas Asha .Pikirannya masih menerawang, memikirkan ibunya. Asha juga masih memikirkan bagaimana respons kakaknya saat bertemu dengannya lagi.

"Tuan," panggil Asha tiba-tiba.

"Tuan , sudah bicara dengan Kak Isyana?" tanya Asha .

"Belum. Kenapa?" Danendra balik bertanya.

"Aku khawatir. Apa Kak Isyana bisa menerima kalau tiba-tiba diusir dari rumah?" tanya Asha .

" Seharusnya aku tidak muncul di kehidupan kalian. Jika aku tidak menginjakkan kaki mencari Kak Isyana, maka keluarga kecilmu aman. Sebaiknya biarkan waktu yang memutuskan. Kakakku membenciku," lanjut Asha iba.Raut wajahnya saat ini menggambarkan kegusaran bercampur dengan kerisauan.

"Serahkan padaku," sahut Asha menenangkan.

" Yang salah itu aku, As ! "Jawab Danendra.Tangannya tiba-tiba sudah menggenggam erat tangan Asha sambil tersenyum.Asha melepaskan cengkaman tangan Danendra.Asha tidak mahu Danendra merasa simpati padanya.Danendra bisa melihat ada banyak hal yang dipikirkan Asha .

"Kalau lelah, Mas-mu ini bisa meminjamkan bahu untukmu As," goda Danendra, sambil terkekeh.

"Tidak mau merepotkan. Selama ini saya hidup mandiri. Bangun, jatuh, dan bangun sendiri. Saya sudah terbiasa, Tuan," Jawab Asha berani.

Panggilan yang sampai sekarang masih terdengar aneh untuknya. Mungkin karena panggilan besar di lingkungan yang jarang mendengar panggilan seperti itu.Asha menatap tajam sambil menggelengkan

kepala seolah tidak terima dengan keusilan Danendra.

" Menggemaskan!!sekolah ,kuliah ,kebutuhan dan fasalitas aku yang biayai kamu,ibu dan kakakmu,"sindir batin Danendra.

Danendra memilih menutup rapat mulutnya, menyibukan otaknya dengan mempelajari data-data yang dikirimkan Ramos sejak semalam.Baru saja menginjakan kaki di Jakarta, ponsel Danendra langsung berdering. Ada banyak pesan yang dikirim Ramos padanya. Sambil menggendong Hayana yang masih terlelap, terlihat Danendra kesulitan membuka pesan teks yang dikirim asistennya. Asha yang tidak sengaja melihat, langsung meraih Hayana dari tangan Asha.

"Tuan , biarkan Nana bersamaku saja," ucap Asha , sudah merengkuh tubuh gadis kecilnya, memindahkan Hayana ke tangannya. Hayana yang tertidur lelap sama sekali tidak terganggu. Gadis kecil itu masih saja meneruskan tidurnya setelah tadi sempat membuka mata dan merengek

sebentar.

" As, kita mampir ke kantor sebentar. Ada klien penting yang ingin bertemu denganku," pinta Danendra , setelah selesai dengan semua pesan-pesannya.

"Ya, Tuan." Asha menjawab singkat.

"Ayo, As!" ajak Danendra sambil menyeret koper mereka, mengajak istrinya keluar mencari Pak Radin in, sang sopir pribadi.

*** Di Kantor Pusat D.I .A. GROUP SDN .BHD.****

Sampai di kantor, Asha menolak turun. Selain. karena tidak nyaman, Asha juga khawatir beberapa karyawan di lobby mengenalnya. Asha sempat mencari kakaknya sampai ke kantor beberapa minggu yang lalu.

"Mas, aku tunggu di mobil saja, ya," pinta Asha , memohon.

"Mami ... ayo ikut," pinta Hayana yang sudah turun terlebih dulu mengekor sang Daddy.

"Turun saja, As . Siapa yang menjaga Nana kalau kamu tidak mau turun," ucap Danendra , menggandeng Hayana.Asha terpaksa mengekor turun dengan berjalan menunduk. Asha benar-benar tidak nyaman, apalagi sampai bertemu dengan laki-laki yang memberinya alamat Isyana. Sungguh memalukan.

"As , ayo!" panggil Danendra, berhenti menunggu Asha yang tertinggal jauh di belakangnya. Melihat Asha yang berjalan seperti siput, memaksa Danendra menghampiri dan menyeret istrinya itu.

"Aku buru-buru, As. Ada tamu mencariku di atas." jelas Danendra , sambil memggandeng Asha .Asha terus-terusan menunduk. Asha tidak mau sampai ada yang mengenalinya. Asha baru menegakkan kepalanya saat masuk ke dalam lift.

"kamu kenapa?" tanya Danendra heran.

"Tidak, aku tidak apa-apa," jawab Asha berusaha menguasai keadaan.

"Untung saja gadis-gadis di lobby itu tidak mengenaliku," ucap Asha dalam hati.

Ting! Pintu lift terbuka, mengantar mereka menuju ke ruangan Danendra. Begitu masuk ke dalam ruangan, terlihat Ramos dan Dina , keduany asisten sedang duduk menemani salah satu tamu Danendra .Asha yang sedang berjalan disisi Danendra sambil menggandeng Hayana langsung menunduk

Deg

"Aduh kenapa bertemu dengan laki-laki ini lagi,"batin Asha, tidak berani menegakkan kepalanya.

"Siang, Pak," sapa Ramos , tersenyum.

" Kenalkan ,Asha Biantara istriku,jelas Danendra.Ramos ,Dina dan tamunya Danendra tersontak mendengar penyataan Danendra barusan tadi.Mereka hanya mengangguk.Pandangannya beralih pada Asha dan Hayana. Ramos mengernyit menatap Asha.

"Gadis ini sepertinya aku pernah melihatnya. Tapi dimana?" ucap dalam hati.

" Oppps !!Adikya Isyana," lanjut batin Ramos.

Pandangannya beralih menatap Hayana, putri kesayangan atasannya.

"Hai, Gadis Cantik!" sapa Ramos pada Hayana mengajak gadis kecil itu melakukan high five.

"Yeah!" celoteh Hayana terkekeh, menepuk telapak tangan Ramos dengan tangan mungilnya.

"Siang, Pak Danendra," sapa tamu yang sedang duduk ditemani Ramos.

"Eddy , apa kabar? Ada angin apa sampai membawamu ke sini," tanya Danendra, menyalami Eddy.

"Baik Pak. Tapi ... Bosku yang sedang tidak baik," sahut Eddy tersenyum.

"Ada masalah apalagi dengan Ivan . Dia komplain dengan hasil kerjaku atau bagaimana?" tanya Danendra , mempersilahkan tamunya duduk.Asha dan Hayana yang tidak begitu paham den-

gan pembicaraan Danendra memilih menyingkir.Duduk di kursi meja kerja Danendra, sambil menemani Hayana mencoret-coret di atas kertas kosong.

"Pak Ivan mau merenovasi kamar di lantai bawah. Istrinya sedang hamil. Dia khawatir beberapa bulan lagi, istrinya sudah tidak sanggup turun naik tangga kalau kamar mereka tidak pindah ke lantai bawah," jelas Eddy .

"Oh, hanya itu yang membawamu mampir ke sini?" tanya Danendra heran.

"Tidak, aku sekalian membahas kontrak kerja sama perusahaan." Eddy berkata.

"Tapi tadi sudah mencapai kata sepakat dengan Ramos , Pak," lanju Eddy lagi.

"Oh, kalian atur saja bagaimana baiknya. Bukankah Ivan juga menyerahkan sepenuhnya

padamu," lanjut Danendra lagi.

"Siap, Pak," sahut Eddy,

Tak lama Eddy pun berpamitan setelah menyampaikan tujuannya.

"Eddy, sampaikan ke Ivan besok aku pasti datang memenuhi undangannya," ucap Danendra. saat Eddy sudah membuka pintu, bersiap keluar dari ruangan di temani Ramos . Di kejutkan oleh ke-munculan seorang gadis berusia tanggung yang tiba-tiba masuk sambil memeluk cemilan.

Gadis cantik yang rambutnya dikuncir kuda, dengan gaun bermotif floral itu terkejut saat melihat seseorang yang dikenalnya sedang duduk santai di sofa. Berlari tersenyum, gadis itu memanggil sosok yang sudah lumayan lama tidak ditemuinya.

" Daddy!"

" Daddy , Daddy "