"Mas," panggil Asha setelah tidak mendapatkan jawabannya. Danendra mengangguk, itu pun terpaksa. Danendra tidak mungkin melarang Asha menerima panggilan.
"Kamu harus menerima panggilannya di depanku," ucap Danendra, memberi syarat pada istrinya.Asha mengangguk.
"Halo, ada apa Kak Dave ?" tanya Asha .
"As , kapan kamu ke Jakarta?" tanya Dave dari seberang telepon. Asha langsung menatap Danendra, Asha sendiri belum tahu kapan Danendra akan mengajaknya kembali ke Jakarta.
"Aku belum tahu Kak Dave , kenapa?" Asha balik bertanya.
"Bisa bertemu, masih ada yang harus aku bicarakan," tanya Dave .
Kembali Asha menatap suaminya. Asha tidak bisa menjawab, karena sekarang Danendra bersamanya.Beda saat dulu, Asha bisa melakukan banyak hal tanpa perlu mempertimbangkan orang lain.
"Sebentar, ya. Atau aku kabari lagi nanti. Soalnya aku sedang bersama Ibu," jelas Asha , berbohong.Sebenarnya Asha terpaksa berbohong, bukan karena ingin menyembunyikan statusnya. Rasanya terlalu mengejutkan kalau tiba-tiba Asha mengatakan sedang bersama suami dan anaknya pada Dave . Sedangkan selama ini, yang diketahui semua teman-temannya kalau status Asha masih single. Berbeda kalau bertemu langsung seperti tadi siang, mungkin Asha akan lebih mudah untuk menjelaskannya.
Kebohongan Asha yang baru saja terjadi di depan mata Danendra , sontak membuat pria itu murka.Danendra tidak paham maksud Asha berbohong didepan Dave . Terlihat rahangnya mengeras, menatap tajam pada istrinya. Danendra sengaja menunggu Asha menyelesaikan pembicaraannya.Terlihat Danendra menggendong Hayana keluar dari kamar.
"Hayana , sama Oma sebentar, ya," ucap Danendra setelah mereka berada di luar kamar.Hayana hanya tersenyum, memeluk erat leher Danendra. Begitu sampai kamar Ibu Rani, Danendra mengetuk pintu dan memanggil mertuanya.
"Bu, ini aku," panggil Danendra di sela ketukannya.Tak lama, muncul Ibu Rani , tersenyum dari balik pintu.Tak lama, muncul Ibu Rani , tersenyum dari balik pintu.
"Ada apa, Nak?" tanya Ibu Rani.
"Aku titip Hayana sebentar," jelas Danendra, langsung menurunkan putrinya dan membiarkan Ibu Rani menggandeng putri kesayangannya masuk ke dalam kamar.Samar-samar Danendra masih bisa mendengar celoteh Hayana yang belum terlalu fasih bicara sedang bercerita dengan Omanya. Danendra masuk ke kamar, tepat saat Asha menyelesaikan pembicaraan di ponselnya.
"As , kita perlu bicara," ucap Danendra, terlihat kesal.
"Ada apa, Mas?" tanya Asha , yang belum paham tetapi Asha sudah bisa melihat ada ketidaksukaan di wajah suaminya itu.
"Kenapa harus berbohong?" tanya Danendra, duduk di sofa sambil melipatkan tangan di dada.
"Maksudmu, Mas?" tanya Asha , menghampiri Danendra. Asha berdiri tepat di depan suaminya, hanya terhalang sebuah meja.
"Kenapa harus berbohong? Kenapa tidak berterus terang kalau kamu sedang bersama suamimu?" tuding Danendra. Tatapannya sungguh mengerikan saat ini. Asha sampai bergidik dan memilih menunduk.
"Apa dia akan memukulku? Wajahnya sungguh mengerikan. Bagaimana kalau dulu dia bercerai karena KDRT. Astaga, kenapa aku tidak berpikir sampai ke sana. Bisa tamat riwayatku, kalau tidak hati-hati," batin Asha .
"Maaf, Tuan. Aku belum menceritakan pada Kak Dave kalau aku sudah menikah. Makanya ... tadi aku berbohong," jelas Asha , memberanikan diri menatap Danendra. Danendra terkekeh.
"Di saat seperti ini dia berani memanggilku Tuan," ucap Danendra dalam hati.
"Apa yang diinginkan laki-laki itu?" tanya Danendra, masih menatap tajam sambil menunggu jawaban.
"Kak Dave mau mengajak bertemu ... dan …"Asha coba menjelaskan.
"Dan apa? Kamu menjawab apa padanya," potong Danendra, penasaran.
"Menikah ternyata seperti ini," batin Asha .
"Aku belum menjawabnya," sahut Asha ragu.
"Katakan padanya, kita akan menemuinya," ucap Danendra dengan jelas dan tegas.
"Hah! Kita?" tanya Asha memastikan.
"Ya, kita. Aku akan ikut denganmu bertemu dengannya," jelas Danendra.
"Kabari aku, kapan dan di mana dia minta bertemu. Aku akan ikut bersamamu," lanjut Danendra.
Berdiri dari duduknya dan memilih berbaring di ranjang. Danendra tidak memberi kesempatan pada Asha bertanya atau pun berpendapat.
"Kenapa?" tanya Danendra setelah melihat Asha masih mematung di tempat.
"Tidak terima?" lanjut Danendra , sudah menegakkan duduknya.
"Bukan begitu, Tuan ... eh Mas," ralat Asha, setelah melihat bola mata Danendra yang hampir keluar menatap ke arahnya.
"Kenapa ... Mas harus ikut denganku?" tanya Asha dengan polosnya.
"Aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya." Asha menjelaskan.
"Sekarang tidak ada, tetapi kalau aku membiarkan istriku bebas berkeliaran, bisa saja hubungan itu akan terjadi," ucap Danendra dengan santai dan tidak memikirkan perasaan istrinya.
"Tuan, aku tidak seperti itu,Tuan terlalu posesif!" Gertak Asha sedikit keras, tidak terima dengan ucapan suaminya.
"Semua istri juga awalnya tidak seperti itu, tetapi keadaan bisa membuat hati seseorang
berubah. Aku tidak mau mengambil risiko, walaupun mungkin kamu berbeda tetapi aku sudah tidak bisa percaya sepenuhnya," jelas Danendra.
"Pengalaman membuatku harus belajar dan lebih berhati-hati menjaga istriku sendiri," lanjut Danendra.
"Ini tidak adil, Mas. Kalau perempuan di masa lalumu seperti itu, belum tentu itu juga berlaku padaku, .Meskipun aku tidak tahu seperti apa mantan istrimu, jangan samakan aku dengannya ,ku mohon!" protes Asha , tidak terima.
"Mungkin kamu berbeda, tetapi aku tetap harus menjaga. Aku tidak mau jadi orang bodoh, harus jatuh berkali-kali di lubang yang sama." Danendra berkata.
"Tuan !," protes Asha .Asha sejenak memanggilnya Tuan, sejenak memanggilnya Mas.
"Ya, kenapa lagi?" tanya Danendra.
" Tuan, aku tidak mau dikekang, tidak mau dibatasi ruang gerakku," pinta Asha .
"Kalau tidak mau, seharusnya tiga tahun yang lalu menolak menikah denganku," ucap Danendra santai.
"Ya,kerana aku tidak ingin mengecewakanmu .Tuan menikahimu juga kerana ibu.pernikahan kita sah di sisi hukum tapi aku tidak pernah merasa diriku seorang istri kerana selama ini aku mandiri.Kita hanya rapat selama seminggu lebih ,Tuan .Bukannya Tuan bisa melepasku selama tiga tahun ini. Kenapa sekarang mengikatku sekencang ini?Jika Tuan tidak keberatan, silakan menandatangani dokumen ini.Tuan tidak harus menjaga dan tidak harus menjadi orang bodoh jatuh berkali -kali ke lubang yang sama.Tuan bisa menemui gadis yang Tuan harapkan dan inginkan," protes Asha . Asha mengeluarkan amplop coklat di dalam laci sisi kasurnya.Danendra pura -pura tidak mendengar kalimat .Asha mengulang lagi ayat yang sebentar tadi keluar dari mulut Danendra.
Deg—
Danendra tampak berpikir. Yang dikatakan Asha ada benarnya, selama tiga tahun Danendra tidak pernah mengkhawatirkan istrinya, tidak pernah memikirkan bagaimana Asha sendirian di Surabaya, tidak pernah berpikir buruk seperti sekarang ini. Sebenarnya ini karena ketakutan akan pengalaman kegagalannya di masa lalu atau ada alasan lain yang melatar belakangi semua sikap posesifnya beberapa hari ini.
"Aku tidak mau tahu. Aku tidak menerima alasan apa pun. Aku tidak akan membatasi ruang gerakmu kalau memang itu bukan suatu ancaman bagiku, tetapi aku merasa laki-laki itu sebuah ancaman dalam rumah tangga kita." Jelas Danendra.
" Tuan , aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya. Aku tadinya berencana mendekatkannya kembali pada Kak Isyana. Kasihan Kak Isyana."Kata Asha memaksudkan ayatnya.
"Tidak perlu mencampuri urusan orang lain,"tegas Danendra.
" Apa Tuan cemburu karena kak Isyana ?" Sindir Asha.Danendra tidak menjawab.Asha kini sudah pandai bertikam lidah.
" Tuan mulai hari ini ,aku kembali memanggilmu Tuan.Aku tidak pantas memanggilmu Mas. Statusku hanya anak pembantu. Aku tahu itu ...."jelas Asha lagi .Asha tahu dirinya direndahkan.Asha menahan diri untuk tidak menangis di depan Danendra.
"Urusi putrimu sekarang. Dia sedang menghancurkan kamar ibu saat ini," perintah Danendra, memilih tidur dan tidak melanjutkan perang kata-kata dengan istrinya.
"Tuan menitipkan Hayana pada Ibu? Kasihan Ibu,Hayana sedang aktif-aktifnya, Mas. Pasti ibu kewalahan," ucap Asha kesal.
"Jadi kamu mau Hayana menonton kita berdebat di sini. Lagi pula ini kesalahanmu, seharusnya aku membawa pengasuh Hayana bersama kita,tetapi kamu menolak," ucap Danendra, tidak mau kalah.
" Ya ,aku salah .Maka Tuan lepaskan aku !"marah Asha ,lalu mencapai ponsel dan iPad mininya.
Asha keluar kamar dengan kesal,membanting pintu dengan kuat sekali .Asha baru mengetahui Sisi lain suaminya. Selama ini Danendra tidak terlalu banyak bicara. Tidak terlalu mencampuri urusannya, tetapi sekarang Asha melihat sendiri bagaimana suaminya menguasai segala hal.