"Mas, aku izin sebentar. Mau bertemu Kak Dave di depan," ucap Asha ragu, menunjuk ke arah depan kantor.
Danendra terkejut, pandangannya tertuju pada arah tangan Asha. Sebuah bangunan tidak terlalu besar dengan banyak jendela lebar di bagian depannya. Danendra bisa melihat jelas, banyak kursi dan meja yang tertata di dalamnya.
"Aku tidak lama, cuma berpamitan dengan Kak Dave sebentar. Aku tidak enak, pergi tanpa meninggalkan pesan dan kesan padanya," ucap Asha, setengah bercanda.
Dengan ragu, Danendra mengangguk, tetapi hatinya sedikit tidak rela. Entah karena rasa egonya sebagai seorang suami atau ada rasa lain dihatinya. Danendra sendiri tidak paham perasaannya. Yang Danendra tahu, hatinya tidak sepenuhnya tulus mengizinkan Asha menemui laki-laki bernama Dave. Danendra hanya mengangguk, berusaha menarik kedua ujung bibirnya. Memberi sedikit senyum di wajahnya pada Asha . Danendra menatap punggung Asha yang semakin menjauh pergi, kemudian
menghilang masuk ke dalam bangunan kaca.
5 menit, 10 menit, 15 menit, waktu terasa lama berlalu.Danendra menatap pergelangan tangannya berulang kali. Danendra sudah tidak bisa berkonsentrasi menjaga Hayana yang mulai rewel dan merengek di pangkuannya. Entahlah. Gadis kecil itu sudah mulai bosan atau karena di acuhkan oleh daddynya. Danendra hanya diam tanpa kata sejak Asha meninggalkannya. Pikirannya sebagian ikut bersama istrinya.
" Hayana, kita susul Mommy, ya," ajak Danendra,menggendong putri kecilnya turun dari mobil dan bergegas menyusul Asha.
"Kak Dave," panggil Asha pada laki-laki tampan yang sedang memakai seragam kafe tempat Dave bekerja. Terlihat pemuda itu sedang membersihkan meja yang baru saja ditinggalkan seorang tamu.
" As , kamu datang," sahutnya sambil tersenyum.
"Kita bisa bicara sebentar. Aku tidak lama," pinta Asha.
"Baik, aku izin dengan Bos dulu," ucap Dave,meraih botol pembersih dan kain lap dari atas meja, kemudian membawanya masuk ke dapur kafe.Tak lama, Dave sudah muncul kembali dengan senyum cerah menghiasi wajah tampannya.
"Kita mengobrol di sini saja, Kak Dave," pinta Asha, sudah menarik salah satu kursi.
"Ya, ada apa?" tanya Dave ikut duduk di depan Asha.
"Aku mau pamitan. Aku akan ke Jakarta, menyusul Kak Isyana dan tinggal di sana," cerita Asha , menunduk.
"Oh ya ...." Hanya kata ini saja yang keluar dari bibir Dave. Pemuda itu terkejut, walaupun sudah bisa menduga sebelumnya. Pasti Asha juga akan menyusul sang kakak, mengadu nasib ke ibu kota.
"Titip salam untuk Isyana," ucap Dave setelah lama terdiam.
"Kak Dave tidak mau menghubungi Kak Isyana?"tanya Asha. Dave menggeleng.
"Kami sudah selesai. Sejak lulus SMA, kami tidak memiliki hubungan lagi."ucap Dave .
"Kak Isyana masih sendiri. Tidak berniat mengejarnya kembali?" tanya Asha .Dave menggeleng.
"Dia sudah membuangku, untuk apa aku mengejarnya," balas Dave.
Sebenarnya Dave tidak tertarik lagi dengan Isyana. Rasa Cinta yang pernah ada untuk Isyana sudah menguap, tetapi yang membuatnya sedikit kecewa saat ini karena Asha juga akan pergi meninggalkan Surabaya, menyusul sang kakak.
"Baiklah, aku pamit ... Kak Dave ," ucap Asha .
Baru saja Asha bangkit dari duduknya, samar-samar terdengar suara celoteh Hayana yang tertawa nyaring dari luar kafe.
"Mami," panggil Hayana, melepas tangannya dari genggaman sang daddy dan berlari menghampir Asha.
"Mami!" Hayana memeluk kedua lutut Asha.Sontak membuat Dave kaget mendengarnya.
"Mommy? Sejak kapan Asha menikah dan memiliki anak sebesar ini," batin Dave.
Dave tertegun menatap Asha. Otaknya penuh dengan penasaran dan tanda tanya.Dave cepat-cepat mengeluarkan ponselnya,
"As, jelaskan? Apakah kamu sudah menikah dan punya anak? Kapan?" Pesan teks Dave untuk Asha.
Treeeeettt!!! Pesan teks dari ponsel Asha berbunyi .Asha membiarkan saja.Asha tahu pesan teks dari Dave karena Dave memberi signal ponsel ke arahnya.
"As , sudah?" tanya Danendra, yang mengekor di belakang Hayana.
"Sudah, Mas," sahut Asha tersenyum. Asha merengkuh gadis kecil yang sedang memeluk lututnya dan menggendongnya.
"Mami jus!" pinta Hayana setelah melihat foto minuman di buku menu.
"Mami jus!" rengek Hayana kembali.
"Mau jus," pinta Hayana lagi.
Asha menatap Danendra , meminta pendapat suaminya.
" Hayana mau jus?" tanya Danendra, mulai menarik kursi dan duduk. Dave yang sejak tadi tertegun melihat pemandangan di hadapannya, akhirnya memilih berpamitan tanpa banyak bertanya lagi.
"Aku permisi dulu As , Pak," pamit Dave pada Asha dan Danendra dengan perasaan tidak nyaman serta tanda tanya besar di otaknya.
"Masa Asha pacaran dengan Om-Om yang sudah punya anak. Suami orang atau duda ya," batin Dave. Dave menggelengkan kepalanya, masih tidak percaya dengan apa yang dilihat dan didengarnya.
"Tapi, laki-laki itu juga ada bersama Asha dan ibunya semalam," ucap Dave pelan, berjalan menjauh.
Danendra , Asha dan Hayana sedang duduk menunggu pesanan mereka datang. Terpaksa Danendra mengabulkan permintaan putrinya setelah Hayana terus merengek dan tidak bisa dibujuk. Danendra terlihat mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari sosok Dave yang tadi sempat bersama mereka.
Tak lama, seorang pelayan mengantar pesanan mereka. Hayana yang tidak sabar sudah bersiap menarik piring berisi sepotong roti cokelat pesanannya.
"Mommy saja yang suapin Hayana," tolak Asha,mengambil alih piring dari tangan Hayana.
"Mau," rengek Hayana saat piring itu berpindah ke hadapan Asha.
"Ya, Mommy yang suapin. Nanti belepotan kena baju Hayana, jadi tidak cantik lagi," ucap Asha, membujuk putrinya.Tampak Asha menyuapkan potongan roti isi cokelat itu ke dalam mulut Hayana .
"Enyak ... mami," celoteh Hayanal, menunjukan kedua ibu jarinya pada Asha.
"Mas ... mau?" tawar Asha pada Danendra yang sedang menyesap secangkir kopi hitam pesanannya. Roti pesanan Hayana dengan porsi jumbo lengkap dengan topping susu cokelat di atasnya itu tidak akan habis dimakan Hayana sendirian. Danendra menggeleng. Pandangannya masih sibuk mencari sosok Dave dari tadi. Sebagai laki-laki, Danendra sangat hafal betul arti pandangan mata Dave pada Asha. Sayang, tadi Danendra melewatkan kesempatan berkenalan dengan Dave. Kalau tidak, Danendra akan memperkenalkan diri dan statusnya pada mantan pacar Isyana itu. Supaya laki-laki itu tahu diri dan tidak memupuk perasaannya lebih jauh lagi pada Asha, istrinya.
"As , kamu sering ke sini?" tanya Danendra tiba-tiba,membuat Asha mengalihkan pandangannya.
"Tidak terlalu, Mas. Kalau sedang kumpul sama teman- teman, seringnya kumpul di sini."jelas Asha.
" Dave tinggal di dekat sini juga?" tanya Danendra lagi.
"Ya, Kak Dave tinggal tidak terlalu jauh dari sini."jawab Asha.
"Kamu pernah ke rumah Dave?" tanya Danendra lagi.
"Aneh? Kenapa suamiku sudah seperti petugas sensus," batin Asha.
"Tidak, Mas. Aku tidak terlalu dekat dengan Kak Dave . Biasa bertemu kalau Kak Dave kerja di kafe." Jelas Asha .Danendra mengangguk. Tidak ada pertanyaan lagi. Danendra memilih menikmati kopi hitam sambil memandang putri kesayangannya.
" Hayana suka?" tanyanya tiba-tiba pada putrinya.
"Suka "Daddy," sahut Hayana , menyeruput jus jeruk yang dipesannya.
"Kalau suka, cepat dihabiskan. Sebentar lagi kita pulang," perintah Danendra, menepuk lembut pucuk kepala Hayana sambil tersenyum.Asha menuju ke kasir, setelah itu mereka bertiga meninggalkan kafe mengarah ke mobil.