Kelima sejoli itu berjalan menuju tempat dimana mobil mereka terparkir apik.
" Eh... bentar, kau juga masih mau numpang mobil ini?" tanya Tio yang menahan Ana untuk masuk ke dalam mobil mereka.
" Apaan sih Tio?" tanya Henny yang tidak suka dengan sikap Tio.
" Gak cukuplah kita di dalam. liat bonekaku sebesar ini," desak gadis itu.
" Lagian kau kaya bocah. Ngapain sih beli boneka segede itu!!"
" Terserah akulah, kau pula yang sewot. Pokoknya dia gak bisa ikut kita,"
" Kok kau pula yang...
" Udah akh... berisik," putus Ana melerai keduanya.
" Aku naik ojol aja. lagian sumpe banget di dalam, Sempit,"
" Gak, kau harus pulang bareng kami," ucap Henny keras kepala.
" Lagi pula kita perginya sama. pulang juga harusnya bareng," dukung Fery.
" Terus boneka cewekmu mau kau buat dimana? di seret?"
" Kau aja yang di seret," tampik Tio kasar.
Huft...
Aku sangat lelah berada di kumpulan mereka. Ditambah Tio yang sensitif padaku.
" Aku naik ojol aja. gpp," ucapku menyerah pada wanita itu.
" Tapi kau udah janji bakalan tidur tempat aku na,"
" Iya... aku tau. Maksud aku itu, aku kesananya naik ojol. Dan stop buat berisik, suara kalian itu menggema."
" Bagus deh, ternyata kau sadar diri,"
"hmmm... dah lah, gak usah ribut lagi. Btw aku laper banget," tambahku yang benar-benar lapar.
" Ya udah... nanti kita bahas tentang cara pulang. Aku juga lapar, gimana kalau kita makan dulu?" tambah Fery.
Syukurlah ada yang sependeritaan denganku.
" Aku mau shusi," ucap Tio sambil melompat kecentilan.
Akh.... wanita ini menyebalkan.
" Apaa shushi !! nanti yang ada kau malah gak makan,mubazir" balas Henny. Dan akhirnya keduanya kembali berdebat.
" Akh... kalian bisa gak mutusin sesuatu itu dengan simple. Aku bisa mati kelaparan nungguin kalian selesai berdebat. Aku lapar!!!"
Gadis itu berteriak lalu berjalan gusar meninggalkan kami ber-4. Sudah bukan suatu keheranan kalau Henny dan Tio suka berbeda pendapat tanpa memikirkan tempat dan situasi yang mereka hadapi. Bahkan mereka tidak memikirkan siapa orang yang mendengar dan menyaksikan perdebatan mereka.
" Kalian buat malu tau," ucap Rony yang tampak jengkel.
" Sekarang kalian mau apa lagi? hampir 30 menit juga kalian bising sendiri. Sampe anak orang kelaparan."
" Kau kan paham gimana Tio Fer, gayanya aja banyak, nanti udah di beli bukannya di makan. malah di foto aja, abis itu terbuang," ucap Henny rewel.
Aku sama sekali tidak memihak salah satu di antara keduanya. Bagiku mereka adalah anak kecil yang sedang berebuatn untuk mendapatkan perhatian.
" Nih..."
Aku mengerutkan keningku ketika sebuah bungkusan pelastik bening tersodor ke hadapanku.
" Apa ini?" tanyaku pada gadis yang beberapa waktu belakangan ini membuatku terpikir.
" Aku beliin kalian siomay, Aku laper banget dan seharian kita gak ada makan, Aku yakin kalian juga lapar," ucapnya sambil membagikan bungkusan itu pada yang lainnya.
" Aku gak suka !!" Celetuk Tio sambil melempar makanan itu dari tangannya ke tanah.
" Tio !!" Seru Henny yang tampak tidak suka dengan perbuatan gadis itu.
" Kau tidak perlu berlaku sekasar itu, kalau kau memnag tidak suka, alangkah lebih baik jika kau tidak menerimanya!" Ana tampak marah.
Gadis itu memungut bungkusan siomay yang tergeletak di tanah itu.
" Gak !! aku gak suka kau di perlakukan kaya gini," ucap Henny yang mencegah Ana mengambil bungkusan itu.
"Kau harus tau Tio, niat Ana itu baik, biar kau gak kelaparan. kalau kau gak mau makan, gak usah terima, gak perlu campakin makannya ke lantai!!"
" Lah... aku gak ada minta dia beliin, gak usah drama deh! kau pasti mau cari perhatian sama Rony dan Fery, iya kan!!" celetuk gadis menyebalkan itu.
Aku hanya tersenyum mendengar penuturan Tio, Ternyata hal itu yang membuat ia tidak menyukai aku.
" Aku gak perlu perhatian dari mereka Tio. Aku lapar, dan sedari pagi itu kita bareng-bareng.
Setauku, sampai pada detik ini, belum ada makanan yang masuk ke dalam perut kita. Dan aku berkesimpulan, kalau kita itu sedang lapar. Ya... aku inisiatif beli ini. Tapi kalau kau emang gak suka, ya... gak usah di buang, paling gak hargain," ucapku yang sedari tadi telah jengkel dengan sikapnya.
" Udah deh, jadi sekarang gimana? mau makan apa?" tanya Rony menengahi.
" Aku capek, aku pulang aja ya, kalian bisa lanjutin belanja kalian,"
" Ih.. Ana, kok gitu, pulang sama-sama lah. Aku gak suka ya kalau kau mutusin sendiri kaya gitu," ucap Henny.
" Aku capek Hen, lagian besok aku harus masuk kuliah. sore kerja. Kalau gak jelas mau ngapain lagi, mending aku balik diluan,"
" Ya...udahlah, biarin dia balik. Lagian harusnya kita kan ber-4, bukan ber-5," ucap Tio.
Henny tampak menggertak rahang mendengar ucapan Tio yang sedari tadi menyinggung temannya itu.
" Have fun ya...," ucap Ana yang beberapa saat kemudian masuk ke dalam taksi online yang entah sejak kapan ia pesan.
Kami terdiam sekepergian gadis itu. Tak ada yang bersuara, kami sibuk dengan pikiran kami masing-masing.
" Jadi mau ngapain lagi?" tanya Henny.
" Ya.. makanlah,"
" Mau makan apa? aku udah kenyang makan siomay dari si Ana," ucapku yang sedari tadi telah mengunyah.
" Ih... yank, itu gak enak, aku lapar," rengek Tio.
" Yah... tadi kenapa kau buang siomay dari si Ana, kau udah buat orang sakit hati tau," ucap Rony.
" Bukan urusanmu," tambahnya.
" Aku heran sama kau Fer, bisa kau tahan sama perempuan kaya dia,"
" Ya... dia kan bukan kau," ucap Tio kembali.
" Udahlah, kaluan berisik terus dari tadi,"
" Sorry Fer, kalau kau mau pulan bareng kami boleh, tapi kalau cewek ini itu, sorry aku gak mau,"
" Kok kau gitu Ron?"
" Aku kok gitu? kau pikirkan lah Fer!!"
Kelihatannya Rony bener-benar kesal dengan Tio.
Aku tau, aku tidak bisa berlaku kasar pada wanita di depan orang-orang, tetapi aku juga mengakui, apa yang di perbuat oleh Tio itu keterlaluan. Tidak seharusya ia melakukan hal demikian.
" Terus kita gimana? naik apa coba?" rengeknya kembali.
" Taksilah, apa lagi coba?" ucapku pada gadis itu.
" Ich... lama donk, ydh deh, aku minta jemput sama teman aku aja,"
Aku tidak mengerti apa yang terkadang di pikirkan oleh para wanita. sebagian besar wanita yang aku temui lebih suka merepotkan orang lain dari pada dirinya sendiri.
30 menit berlalu sejak Rony dan Henny meninggalkan aku dan Tio di tempat itu. Kami duduk di depan sebuah cafe menunggu jemputan yang Tio maksud.
TITTT.....
Sebuah mobil berwarna hitam metalik berhenti tepat di depan cafe, setelah memuat semua barang Tio kedalam mobil,
" Kamu mau ngapain?" tanya Tio saat menemukan aku hendak masuk ke dalam mobil.
" Ya... masuklah, kan mau pulang,"
" Mmmm... yank, kos Rudi itu jauh dari kos kamu, lawanan arah, dan searah dengan kos aku, jadi kamu naik taksi online aja ya,"
" Maksudmu? aku pulang sendirian?" tanya ku menahan amarah.
" Ya... enggak, kan sama taksi online. makanya besok-besok kita bawa mobil sendiri ya, gak enak numpang gini," ucapnya yang kemudian masuk kedalam mobil dan meninggalkan aku.
wanita ini...