Chereads / FERYANA / Chapter 24 - 38. HAL BARU

Chapter 24 - 38. HAL BARU

" Woi.. bangun!!" teriak Henny yang tiba-tiba sudah berada di atas tempat tidurku.

" Akh.. apaan sih Hen, aku ngantuk banget."

" Ikh... bangun lah, mandi,"

" Aduh... inikan hari libur nona,"

" Ayolah, aku mau belanja buat perlengkapan di mess nanti, temenin!!"

" Aduh... emang kamu gak punya teman lain?"

" Ada sih, tapi aku maunya kamu ikut," ucapnya manja.

" Ck.. ydh deh, aku siap-siap dulu. Keluar!!"

" Gak, kamu mandi, aku nungguin kamu disini, nanti kamu pasti gak keluar-keluar,"

" Hen..." aku mulai kesal.

" Engga Ana, udah sana. aku tunggu. Bentar lagi mereka bakalan datang jemput kita,"

"Mereka?"

" Iya, Rony dengan yang lainnya. "

Okey... aku akan menjadi teman sekali gus penjaga nyamuk.

celana panjang jeans berwarna abu-abu, snaker, di padu dengan kaus oblong kebesaran berwarna hijau donker.

" Gak bisa ya sesekali berpenampilan anggun jadi cewek?" singgung Tio di dalam mobil itu.

Aku sama sekai tidak menggubris wanita itu, karena aku sendiri tidak terlalu perduli dengan keberadaannya.

Kami pergi dengan mobil Rony.

Fery dan Rony duduk di depan. Sementara aku, Henny dan Tio duduk di belakang dengan Henny yang berada di antara aku dan Tio.

" Sempit banget pula, ngapain sih Hen kau ajak dia? Kita itu udah ber-4, kurang ya?" Tio mengeluh.

" Tutup mulutmu Tio, dari tadi kau berisik banget tau! muak juga dengar kau dari tadi!! gimana gak sempit? jaketmu, tas mu, banyak banget. belum juga belanja,"

" Ya biarin aja, ku pikir kita mau sekalian dauble date, taunya malah jadi kaya gini,"

" Udahlah, dari tadi kalian berisik mulu," ujar Fery.

Aku sama sekali tidak menggubris percakapan mereka. Aku sibuk dengan mp3 di ponselku dengan koleksi lagu JB yang sangat ku sukai.

" Gadis itu sama sekali tidak terganggu dengan kalimat menohok Tio yang sengaja Tio ucapkan padanya. Entah gadis itu memang memiliki sikap yang cuek, atau ia yang sengaja mengontrol emosinya.

" Na... kau kan jago rias ruangan,apa nih yang cocok buat kamar aku?" tanya Henny padaku.

" warna kamar kau apa?" tanyaku balik.

" Pink donk," ucap Henny dengan bangga.

" Ck... Pink," balasku dengan tatapan malas,"

" Cantiklah pink," balas Tio.

Ntah mengapa aku malas berdebat dengan perempuan itu.

" Udahlah Tio, Ana emang gak suka warna-warna girly gitu. dia lebih suka warna yang dark soft, gak terlalu terang,"

" Kenapa? biar pick me girl gitu?"

" Dah akh... aku milih barangnya dulu," ucapku yang benar-benar habis kesabaran untuk menahan kata dari mulutku.

" Dia itu ceweknya simple banget. gak suka ya di jauhin, dia suka ya.. ambil atau ngomong. Dia gak ribet. Gak suka kode-kode. Nolong juga gitu, mau dia langsung lakuin, gak mau dia langsung ngomong. Pokokmya simple dah dia," cerita Henny pada kami.

" Apaan simple, malas iya. Liat deh.. gak pakai makeup sama sekali. Bibirnya pucat banget. kalau dia Makeup dia pasti cantik," ucap Tio.

" Dia memang malas makeup. Kulit dia juga putih pucat. Soalnya anaknya males makan. Udah akh... ngapain juga ngegosip," ucap Henny mengakhiri info tetang sahabatnya itu.

Akhinya kami pun berpencar mencari kebutuhan masing-masing.

Aku mulai bosan berjalan mengiringi Tio yang sedang memilih barang. Hingga aku tertarik pada seseorang yang sedang berdiri di balik salah satu rak dan tengah memandang Ana dari kejauhan.

" Anak itu cantik kan," ucapku saat aku berdiri di sampingnya.

" Siapa kau?" ucapnya yang kaget dengan keberadaan ku.

Ari?

" Ngapain kau ngintai teman ku?" tanyaku sambil menatapnya dengan pandangan dingin.

" Teman? Ana gak pernah cerita tentang kau,"

" Dia yang gak cerita atau kau yang gak ada waktu untuk dia," balasku.

Hmm...

" Aku mau ketemu anak itu, Tapi kayaknya dia masih marah denganku. Oiya... ini, Ana suka banget sama boneka panda. Aku titip uang ini, Tolong belikan panda untuk dai ya," ucap Ari sambil menitipkan 2 lembar uang senilai 200.000 di tanganku.

" Kenapa kau tidak mencoba datang padanya dan belikan sendiri. Siapa tau ia mau berbicara padamu,"

" Aku tau Ana siapa! dan aku paham betul kalau ia sudah marah, ia tidak akan bisa di redahkan. Sekali pun amarahnya telah berlalu. Aku cuma berharap ia tidak tawar padaku,"

" Apa maksudmu?" aku bingung.

Ari hanya tersenyum lalu menepuk bahuku.

" Kalau kau memang temannya, seharunya kau paham dengan ucapanku," balasnya yang kemudian pergi.

Aku terdiam. Namun jauh di lubuk hatiku paling dalam, aku berharap Ana tidak kembali pada lelaki yang telah menamparnya itu.

" Hen... yang ini aja. Cocok samamu," ejek Rony sambil menunjukkan bonea monyet pada Henny.

" Ich... tega ya," balas Henny.

" Aku mau yang gede ya yank..." balas Tio manja.

Hmm...

Aku sedikit keberatan dengan jiwa manja yang selalu berujung uang itu.

Akh...

Semua kaget dengan Ana yang tiba-tiba teriak di belakangku.

" Ana... apaan sih!" bentak Henny.

" Caper amat!!" Bentak Tio.

Aku masih terdiam melihat Ana dari jarak yang menurutku cukup dekat.

Nafas gadis itu memburu. Matanya penuh dengan ketakutan.

"Gpp, ini cuma boneka," ucapku yang kemudian menaruh kembali boneka yang hampir mengenainya itu di rak paling atas.

" Ambilin yang panda aja Fer, Ana pasti mau ambil yang itu," ucap Henny dan aku pun menurut.

" Nih," ucapku sambil memberikannya boneka panda yang cukup aneh itu.

" Makasih," ucapnya yang kemudian meninggalkan kami berempat ditempat itu.

mungkin dia merasa tersinggung dengan perkataan Henny dan Tio.

Puas memilih barang, ke lima orang itu kini berjejer di kasir menunggu giliran untuk membayar.

" Banyak banget belanjanya. Habis 500k ," terdengar Rony mengeluh.

" Ich... bisa gak nanti di bahas," ucap Henny yang tampak malu dengan ulah dari lelaki itu.

Kini giliran, Tio, Fery dan Ana yang membayar barng yang mereka beli.

" Yank... gede amat. Bawain," Ucap Tio yang kesusahan membawa boneka besar itu.

" Bawa sendirilah. Kan kamu yang mau itu,"

" Boneka pandanya kena 197.000 ya kak," ucap sang kasir pada Ana.

"Eh.. ini," ucap Fery tiba-tiba yang menyodorkan uang 200k dari Ari saat melihat Ana merogo tasnya.

" Gak... makasih," ucap Ana menolak dengan sopan dan senyum.

" Ich... matre. Bukan siapa-siapa, malah minta bayarin," ucap Tio.

Ana hanya tersenyum.

" Ini kak, kembaliannya buat kakak aja," ucap Ana yang kemudian menyerahkan uangnya pada kasir itu.

Ana pun mengambil uang 200k yang di sodorkan Fery padanya.

" Aku gak matre Tio. Aku juga pernah punya pacar, dan sekali pun aku gak pernah dengan sengaja minta uang mereka. Nih... uang pacar kamu. Dia cuma bercanda mau bayarin panda ku," ucap Ana.

Dan dengan cepat Tio menyambar uang 200k itu dari tangan Ana.

Ana tersenyum. " Jangan sempat harga dari boneka panda kecilku ini lebih tinggi dari harga diri kamu ya Tio," ucarnya yang kemudian berjalan mendahului keduanya.