Chereads / FERYANA / Chapter 19 - 33. MEKANIK CANTIK

Chapter 19 - 33. MEKANIK CANTIK

" Maaf, maksud aku, aku ganti dengan jasaku. Aku bakalan kerja disini, sampe semua yang aku pakai tadi terbayar. boleh?" ucapnya berharap pemilik bengkel itu berbaik hati.

" Em.. kamu cewek, masa ia kamu mau jadi mekanik! dan apa kamu ngerti mesin?" tanya Aldi.

" Saya paham kok pak, dulu saya sempat masuk smk otomotif, dan sedikit banyak saya paham dengan hal itu,"

" Smk otomotif?!!" celetuk Fery yang tampak kaget.

Ketiga orang yang saat itu sedang bersamanya langsung menatap heran ke arah dirinya.

" Ada yang salah?" tanya gadis berambut panjang dan lurus itu.

" Enggak kok, maaf," Fery salah tingkah.

" Jadi gimana pak? saya janji gak akan ngecewain bapak. dan sebagai jaminannya saya akan kasih ktp saya ke bapak selama saya bekerja disini, buat jadi jaminan," Ana benar-benar serius.

" hmm.. baiklah kalau begitu, dan terus kamu kuliah kan, kamu sesuaikan dengan jadwalmu, karna kamu cuma sementara aja jadi anggota saya. Terus saya akan ngewasin kamu setiap ngerjain barang ya," ucap Aldi.

" Makasih ya pak," ucap Ana dengan tawa yang begitu senang.

Selama perjalanan pulang, gadis itu terus menerus di telpon oleh Ari kekasihnya.

" Yakin gak mau di angkat dulu? siapa tau dia mau ngomong sesuatu?" ucap Henny.

" Aku tau dia mau ngomong apa. Dia pasti mau marah karna atm aku gak bisa di pake sama dia."

" Kamu kok bisa bareng sama cowok kaya gitu sih An?"

" Hmm.. aku juga gak ngerti. gak paham akunya,"

" Ya.... sih, kita cewek bisa aja mencintai tanpa alasan. Tapi yang cowok, gak tau deh bisa apa gak!!"

"Aku capek hen, aku pengen berenti. tapi aku takut aku gabisa tanpa dia! udah banyak hal yang aku jalani bareng dia."

" Dah pernah coba tanpa dia?" tanya Henny yang membuat aku terdiam.

" Woy... Fer, gak mabar?" tanya Hendrik teman sekantorku.

" Lagi gak mood,"

" Kenapa ? ada masalah?" tanyanya sambil duduk di sampingku dan memainkan ponselnya.

" Gak, lagi males aja,"

" Eh... sesekali kelar yok, Kau bareng Tio, aku sama Henny,"

" Kemana?"

" Kemana kek, party gitu,"

" Nanti deh, kalau ada waktu yang tepat, kita pergi. dan satu lagi, aku gak mau kalau cuma ber-empat, aku gak mau Tio mikir aku kasih dia harapan."

" Setia juga kau Fer, tapi aku gak pernah liat kau ngasih waktu sama cewek kau itu, kau sibuk sendiri, gak takut?"

" Aku kerja Hen, bukan main," ucapku yang kemudian beranjak masuk kekamarku.

Aku menatap keluar, menikmati dunia malam di kota itu. gelap yang menutupi segala tempat yang kemudian menciptakan indah dari cahaya lampu jalanan yang seakan nampak seperti bintang dari kejauhan.

" Hallo,"

" Ada apa yah? tumben nelpon Acca," ucapnya dengan nada suara yang aku sendiri tak mengerti.

" Nda, kamu marah sama Fery?"

" Bukan marah, cuma mau gimana?? kamu selalu gak ada waktu buat Acca, Acca tau kalau kamu kerja, tapi masa kamu gak bisa sisihkan waktu buat kita. kamu buat Acca sendirian tau," keluhnya.

" Maaf sayang, Fery suka lupa waktu. Maafin Fery," ucapku menyesal.

Aku tidak mendengar ucapan ya, atau dirinya yang menggubris ucapan maafku. aku hanya mendengar desahan sabar dari gadis yang aku cintai itu.

"Ana...!!! kenapa gak bangunin aku sih!!" bentak Henny yang datang dan membuka pintu kamarku dengan kuat, aku pikir lebih pantas di katakan mendobrak.

" Kamu gak ada pesan mau di bangunin non," ucapku yang sudah siap berangkat ke bengkel.

" Aku ada kuliah pengganti tau!!" ucapnya marah yang kemudian pergi dari hadapan pintu kamarku.

"Ada yang berbeda dari sikapnya Al, dia tidak biasanya seperti itu, ia akan selalu menuntutku untuk memberi kabar padanya. bahkan ia akan terus menggangguku agar aku segera mengabarinya,"

" Kau tau, wanita jika sudah sayang, ia akan menjadi orang yang sangat tulus. Ia bahkan akan merendahkan dirinya untuk orang yang sangat ia cintai. tetapi ada masa di mana mereka jenuh, antara pilihan menyerah dan pergi membawa perasaan mereka, atau bertahan untuk tersakiti,"

" Aku tidak menyakitinya Al, Aku bekerja,"

" Lalu bagaimana dengan keberadaan Tio?"

" Kami hanya berteman, aku hanya menghargai Henny,"

" Aku tidak tau, kau ingat atau todak dengan komitmenmu tentang wanita,"

" Ann... kok datang lagi?"

Tatapan kami mengarah pada pemilik suara itu.

Gadis itu kembali lagi ke Bengkel, Aku ingat perjanjian yang ia buat dengan Aldi, tetapi bukankah itu seharusnya sudah usai.

" Bukannya udah selesai ya Al?"

" Seharusnya," ucapnya yang bangkit dari kursi tempat ia duduk. Dan karena rasa penasaranku, aku memutuskan untuk ikut dengannya.

" Ana!! ngapain lagi?" tanya Aldi tepat di hadapan gadis itu.

" Kerja kak,"

" Loh... bukannya udah selesai ya? kan udah pas 3 haru sama yang semalam," ucap Aldi memastikan.

" Ouh... gitu ya kak, maaf aku lupa, soalnya kalau di bengkel aku gak punya waktu buat diam. sampe lupa kalau perjanjian kita udah usai," ucapnya yang membuatku mengerutkan kening.

" Emang kamu gak kuliah?" tanyaku.

" Kuliah,"

" Terus kalau kamu kerja gak terganggu?"

"Nggak, lebih ke capek aja. tapi aku suka, jadi gak ada waktu buat aku melow,"

Gadis itu tampak sangat polos menjawab semua pertanyaanku. Ia seperti begitu menikmati rasa lelahnya.

" Hmm... ya sudah, karena perjanjian kita sudah selesai, ini kakak kasih sedikit jajan," ucap Aldi yang menyalami gadis itu dengan amplop putih.

" Apa ini kak?"

" Itu tips dariku dan beberapa pelanggan yang fans sama kamu. mereka suka kinerjamu, dan mereka minta kamu yang ngerjain mobil-mobil mereka, tapi aku pikir itu gak baik buat kamu,"

" Iya aku paham kak, makasih ya," ucap gadis itu.

" Dan aku yakin kau juga paham apa yang harus kau perbuat dengan pacarmu," ungkapku tanpa alasan.

" Maksudmu?" Tampaknya gadis itu tersinggung.

" Ouh...dia memang seperti itu An, dia hanya asal bicara," ucap Aldi mencoba menyelamatkanku.

" Hmm... aku ngerti, tapi kau tidak di posisiku, alasan terbesar kenapa kau dengan mudah bisa berkata seperti itu,"

Aku terperangah dengan apa yang ia ucapkan.

Aku masih memandangi gadis itu hingga akhirnya ia menghilang bersama ojol yang ia pesan.

Aku semakin yakin kalau ia bukanlah Ana, Gadis yang beberapa tahun lalu mencuri ciumanku secara tidak sengaja. Gadis itu jelas berbeda, ia terlalu polos dan juga lembut, sorotan matanya juga begitu saya, tidak seperti Nirwana yang sombong dan penuh semangat. Tunggu, sepertinya aku merindukan gadis itu!

Apa kabarnya sekarang?

Apa ia baik-baik saja?

Aku merasa sedikit bersalah dengan membiarkan Tio masuk kedalam kehidupanku, meski sebenarnya aku tidak ingin bersama dengannya. Aku ingin mengakui kesalahanku pada Acca, tetapi aku takut hal ini akan menyakitinya. apa yang harus aku lakukan?