Chereads / FERYANA / Chapter 17 - 31. BAGAI DONGENG NYATA

Chapter 17 - 31. BAGAI DONGENG NYATA

" Aku tau apa, semua ini adalah keputusan yang salah. tetapi aku akan mati penasaran jika aku tidak menanyakannya langsung padamu Ana," ucapnya yang memandangku dengan retina coklat miliknya.

" Itu sudah cukup lama Ari, dan aku sudah belajar untuk melupakan hal itu. jadi cobalah belajar dengan mencoba hal yang sama seperti aku."

" Aku gak bisa!! kau pikir aku tidak mencoba untuk melepaskanmu dari hatiku? kau pikir aku tidak mencoba untuk menghapusmu dan semua hal yang telah aku lakukan agar bisa memilikimu saat SMA dulu?!!"

" Apa maksudmu?"

" Kau tau? aku selalu menunggumu untuk lepas dari lelaki yang memilikimu, mencari cela dan memberanikan diri untuk bisa berbicara denganmu. Tetapi apa kau tau? aku tersiksa oleh itu semua. karena saat aku memiliki kesempatan untuk bisa bicara langsung denganmu, aku selalu mendapatimu di kelilingi oleh lelaki yang ada di sekolah,"

" Kau gak bisa menyalahkan pergaulanku seperti itu!!"

" Aku tidak menyalahkan Ana!! tetapi karena hal itulah aku tidak bisa mendekatimu selangkah pun dari dahulu," bentaknya dengan air mata yang membendung di pelupuknya.

Aku terdiam. Ada satu pantangan yang sejak dahulu aku tanam di dalam diriku. Salah satunya adalah, sangat tidak pantas bagiku jika seorang lelaki menangis. Hal yang sangat ku pantangkan. Karena mereka memiliki kodrat sebagai mahluk yang kuat. dan tak pantas di sandingkan dengan air mata.

" Maaf, maafkan aku," ucapku yang kalah dengan perasaan yang kembali memenuhi hatiku.

Dan itu adalah awal terjalinnya hubungan terlarang ini.

Malam kembali membawa kesunyian kedalam kamar kos ku. aku duduk di dekat jendela, sembari mencoba untuk menghubungi nomor Ari.

Berulang kali nomor itu berdering, berulang kali aku mencoba untuk bersabar menunggu lelaki itu untuk mengangkat telepon ku. Namun percuma. ia begitu sulit untuk memberikan waktunya untukku, sebanyak apapun aku mengiriminya teks atau sebanyak apapun aku mencoba untuk menghubunginya, semua akan sia-sia.

" Sial... apa dia gak mikir tentang mobil yang saat ini ada di bengkel. Gimana coba ngatasinya?"gerutuku sambil terus mencoba untuk menghubungi lelaki itu.

"Halo!! maaf, aku baru dari luar dan hp aku tinggal ucapnya dengan santai dan tanpa rasa bersalah.

" Kamu nongkrong lagi?"

" Iya... tadi aku di ajak nongkrong sama teman-teman. Ada apa sih?"

" Kok ada apa? gimana tuh mobil yang tadi siang? Aku gak ada uang buat bayarin, lagi pula itu mobil pasti nambah uang rentalnya,"

" Ya... gimana? Aku gak punya uang lo!!"

Aku memmang bodoh, aku lupa kalau lelaki ini sedikit pelit.

" Terus gimana? di tangan aku itu cuma ada uang kuliah, sama uang makan, gak lebih,"

" Ya udah pakai aja dulu. toh nanti kamu bilang aja ada pengeluaran tambahan,"

" Kok kamu makin hari makin aneh sih ri? itu kan kamu yang buat, dan aku gak minta kamu buat jemput aku pakai mobil, bantu aku kek?"

"Kamukan tau keuangan ku, udahlah, aku capek mau tidur," ucapnya yang kemudian mematikan ponsel itu secara sepihak.

Dan untuk kesekian kalinya aku harus menangis dengan sikapnya yang seenaknya.

Aku tau, hubungan ini sudah sangat tidak sehat, tetapi entah kenapa aku merasa tidak mampu kalau tidak ada dia.

"Aku janji, kalau suatu saat kita harus mempertangguang jawabkan hubungan ini, aku gak akan biarin kamu sendirian. kita bakalan hadapi bersama-sama,"

Air mataku menetes mengingat kalimatnya itu, untuk masalah kecil saja kau selalu tidak menepati janjimu, apa lagi jika harus mempertanggung jawabkan ini di hadapan keluargaku nanti?

"-"

" Pagi Ana!!" Seru Henny yang sedang duduk bersantai, menikmati sabtu pagi.

" Hai..." jawabku sambil duduk di sampingnya untuk mengenakan sepatu.

"Mau kemana?"

" Mau ke bengkel, ada urusan kecil yang cukup rumit," ucapku sambil fokus mengikat tali sepatuku.

" Aku ikut ya?" pintanya.

Ana tampak kaget dengan permintaan gadis yang sedikit centil itu.

" Tapi mungkin aku agak lama loh,"

" Gak papa. aku juga kosong hari ini. " ucapnya sambil berlari masuk kedalam kos untuk mengambil sepatunya.

Ana tampak terdiam seperti sedang mempertimbangkan sesuatu.

"Ayo!! aku udah siap," ucapnya.

" Aku gak ngerepotin kamu kan?" tanya Ana yang takut menjadi beban dari gadis itu.

" Kamu aneh, kan aku yang minta ikut, kok malah kamu yang bebanin. dah ayo," Ajak gadis yang ternyata serba aktif itu.

" Aku gak terlalu buru-buru sih, cuma aku gak suka juga kalau benerin mobil ku itu ngasal," ucap Fery pada lelaki yang kini berdiri di hadapannya yang tak lain adalah teman sekali gus pemilik bengkel yang cukup besar itu.

" Gak lah bos, tenang aja," balas pemilik bengkel itu.

" Ada apa sih, kok ribut-ribut?" ucap Fery ketika mendengar suara pertengkaran dari salah sudut bengkel itu.

" Terus kenapa coba gak di benerin aja?" tanya Ana yang tampak emosi dengan salah satu crew di bengkel itu.

" Iya... kan saya butuh konfir sama kakak, terus semalam juga gak ada ninggalin no telepon,"

"Huft... ya udah, kerjain sekarang," ucap gadis itu dengan wajah ketus yang tetap menjadikan ia tampak cantik.

" Maaf kak, gak bisa, kakak harus antri dulu, karena ada yang lain juga yang dari tadi belum selesai," ucap crew itu yang membaut Ana semakin frustasi.

" Na, gak papa kali kita tunggu," ucap Henny mencoba untuk menenangkan temannya.

" Gak bisa Hen, kamu gak ngerti permasalahannya."

" Ada apa ini?" tanya Aldi sang pemilik toko.

Crew yang sedari tadi ribut dengan Ana mencoba untuk menerangkan situasi dan masalah yang terjadi di tempat itu.

" Mohon maaf kak, kita cuma mau menghargai orang-orang yang sedari tadi nunggu kak," ucapnya lembut.

" Kalau gitu biarin aku self service aja ya pak, soalnya ini genting banget,"

" Emang kakak ngerti mesin?" ucap crew yang sedari tadi ribut dengan Ana.

" hust... kamu. Jaga etitude mu!!!" bentak Aldi pada crew itu.

" Maaf kak, kakak yakin? nanti malah makin parah kerusakannya kak,"

" Ck... Pak, saya gak akan nganjurin kalau saya gak bisa. Lagian kalau saya self service, dan di temukan kerusakan, kan yang rugi saya!!"

Aldi tampak bimbang dengan wanita cantik yang nampak kesal di hadapannya.

" Ya udahlah Al, kasih aja. lagian dia benar. kalau rusak, dia bakalan nanggung sendiri," ucap Fery yang sedari tadi memperhatikan gadis itu.

" Hm... baiklah kalau begitu, anda boleh self service," ucap Aldi yang masih bimbang.

Setelah mendapat izin, Ana langsung melepas jaket yang ia kenakan hingga tinggallah kaus berwarna kulit yang membentuk body tubuhnya yang indah. Gadis itu mengikat rambut panjangnya yang terurai, membuat setiap mata yang memandangnya menahan nafas karna kecantikannya. ditambah dengan kulit putihnya yang begitu bersinar.

" Makasih," ucapnya pada Fery sebelum ia masuk ke kolong mobil hitam metalik itu.