Banyak hal yang aku lalui di semester-semester awal kuliahku. mulai dari drama keluarga yang tidak mengijinkan aku untuk lebih mandiri untuk kost, dan juga urusan hati yang begitu menjengkelkan dengan ebebrapa lelaki baper yang datang ke hadapanku.
Aku seorang sagitarius, aku memiliki sikap yang menurut mereka terlalu humble dan bahagia, dan tanpa mereka ketahui, rumah bagiku bagaikan neraka. ntah kenapa, aku selalu merasa kesepian setiap kali pulang dari kampus.
" Fan, gak usah aneh-aneh deh, kapan sih aku bilang kita jadian? jangan nyebar yang gak-gak deh," ucapku yang sedikit kesal saat mengetahui lelaki bernama Irfan itu mengarang cerita dan menyebarkan kabar ke seluarus teman di kelas kalau aku adalah pasangannya.
" Tapi kita sering jalan bareng Ann, kamu juga suka ketawa-ketawa bareng aku kan, ke toko buku berdua, makan juga.kamu juga gak keberatan kalau aku pegang tangan kamu,"
" Ya.. itu karna aku teman mu. kamu gak liat aku juga gitu sama yang lain. kamu ribet tau, males kau liat kamu," ucapku yang nyelonong pergi meninggalkannya dan ,
Brugh....
akh...
Aku menabrak anak fakultas lain.
" Sory... aku gak sengaja," ucapku yang ikut menunduk membantu gadis itu menyusun buku yang jatuh dari tangannya.
" Makanya kalau jalan liat-liat donk, kamu gak punya mata!!" ucapnya yang begitu ketus.
" Iya... maaf." ucapku sambil menyerahkan buku yang ada padaku.
" Sayang, kamu gak papa?" tanya Irfan yang tiba-tiba nyelonong.
sumpah, ini laki-laki buat aku muak banget.
" Omonganmu fan!!" bentakku dengan suara yang cukup keras. dan aku yakin orang-orang yang ada di sekitar itu mendengar ucapanku, bahkan gadis yang aku tabrak tampak tidak melanjutkan langkahnya.
" Sekali lagi aku camkan fan, jangan bertindak seolah-olah kita punya hbungan lebih. aku udah jelasin dan tolong kamu paham tentang itu," ucapku.
" Tapi aku udah terlanjur anggap kita pacaran. lagian kamu juga gak punya pacar, terus apa masalahnya?!!"
Laki-laki gak tau diri.
" Eh... siapa bilang dia gak punya pacar? heh...kamu ya... cowokmu nunggu di kos tau, ayo pulang," ucap gadis itu yang membuat aku tercengang.
dan dengan pasrahnya tubuhku hanya menuruti permintaannya yang menarik tanganku untuk ikut bersamanya.
Aku masih saja belum sadar dari expresi goblok wajahku, sampai gadis itu membawaku ke kantin kampus.
tunggu dulu, bukannya diabilang ke parkiran?
"Huhf... untung laki-laki tadi gak ngikutin kita," ucapya sambil duduk di salah satu tempat kosong yang ada di kantin itu.
" Woi.. duduk, gak pegal apa berdiri terus?" tambahnya.
Dan aku masih saja menurut.
" Oiya... kenalin aku Henny, aku anak akuntansi, kau?" tanyanya sambil menyusun buku yang masih belum tersusun rapi.
" Aku Ana, Nirwana," ucapku sambil memandang gadis ketus yang sebenarnya cantik itu.
" kamu baru masuk kos kan kemarin?" ucapnya yang membuatku tambah bingung.
" Kos?"
" Iya... kau anak baru di kos gg. aman kan?"
Aku hanya mengangguk, karna apa yang ia ucapkan itu benar, aku baru mulai kos beberapa hari lalu. mungkin belum genap seminggu.
" Aku juga kos di salah satu kamar di sana. dan aku lihat kamu jarang keluar kamar ya?"
" He..he.. iya, aku gak terlalu nyaman soalnya, lagi pula aku kurang pinter bergaul," ucapku padanya yang nampak santai menghadapi aku.
" Apaan, kamu hamble gini. oiya, kamu jurusan apa?"
" Psikologi!" ucapku cepat.
Alisnya nampak miring, ok, gadis ini sedang berpikir aneh tentangku.
" Oiya... aku mau kerja dulu," ucapnya yang tampak terburu-buru.
dan tanpa berpamitan padaku, gadis itu menerobos pergi meninggalkan aku di sana.
dasar aneh.
tring....tring...
" Halo.." ucapku saat menerima telpon dari seseorang di seberang.
" Aku di depan dari tadi, kamu di mana sih?" tanyanya dengan suara membentak.
" Aku baru selesai kelas. Bentar aku kedepan," ucapku pada pemilik suara itu yang kemudian bergegas untuk berjalan keluar kantin.
" Kamu lama sekali!! katanya baru habis kelas, tapi kamu keluarnya dari kantin sana!!" bentaknya sambil mengendalikan setiran mobil yang entah dari mana ia dapat itu.
" Mana motor kamu?" tanyaku.
" Aku males bawa itu motor ke kampus kamu. Malu aku,"
" Kok gitu?"
" Ya malu lah, masa aku jemput pacar di kampus pake motor,"
" Ya... mending kan, dan ini, mobil ini punya siapa?" tanyaku.
" Aku rental, nanti bayar ya, cuma 250 kok,"
" Gila kamu ya!! kamu rental mobil cuma buat ini doang?"
" Heh... kamu tau diri donk, ini juga aku lakuin biar kamu gak malu. lagian apa salah aku pengen jemput kamu pakai mobil!! jadi perempuan jangan egois!!
" Tapi kan ri...boros banget. aku masih belum bayar uang kos, belum juga uang kuliah,"
Bruk...!!!!
Baiklah, mungkin ini mimpi buruk untuk hari ini.
mobil itu menabrak bagian jalaan hingga tampak kerusakan pada body dan juga mesinnya.
" Liat!!! coba aja kamu gak berisik tadi, gak akan gini!!" bentaknya menyalahkan aku.
Aku tidak pernah berpikir semua akan seperti ini. Sempat aku berhayal tentang c
kebahagiaan saat aku memutuskan untuk menjalani cinta terlarang itu, hingga akhirnya aku terjebak dalam rasa sakit dan cinta yang tak dapat aku hentikan.
Semua berawal 1 Tahun lalu,
Tubuhku masih pegal-pegal, tetapi aku harus stay di depan komputer untuk mengerjakan tugas kuliahku.
tring...
Sebuah notivikasi yang muncul di beranda facebookku. Awalnya aku malas merespon notif-notif itu, tetapi entah kenapa hatiku tergerak untuk membukanya. dan betapa terkejutnya aku ketika mendapati notif itu berasa dari dia yang namanya tidak ingin ku sebut bahkan aku menolak untuk mengingatnya.
" Bisakah kau sisihkan waktu untuk bertemu denganku? ada beberapa hal yang aku ingin perjelas padamu." isi pesan itu.
Jantungku berdetak melebihi kecepatan normalnya. Rasanya semua hal yang selama ini aku tanam secara paksa bagai bangkit dengan mudahnya. perasaan itu kembali kepermukaan.
Aku ingit sekali, tak jauh dari rumah, lokasi sebuah danau buatan yang begitu indah namun tersembunyi. Bukankah sebelumnya aku sudah utarakan bahwa kami memiliki hubungan terlarang?
" Kenapa kau pergi setelah menitipkan surat itu?" tanyanya setelah berbasa-basi cukup lama.
Aku kembali membeku. Kenapa hal itu yang harus di ungkit?
" Alasanku tidak datang ke perpisahan sekolah adalah, karena aku tidak sanggup untuk berpisah denganmu. Aku rasa kau sudah tau perasaanku padamu! tetapi apa kau tau hal yang menyakitkan?" ia menatapku yang terdiam.
"Aku memberikan surat itu, karna aku tidak ingin pergi membawa beban rasa yang seharusnya tidak ada itu,"
" Berarti kau egois, kau hanya mementingkan keinginannmu," bentaknya dengan mata basah disana.
aku bingung, tetapi ketika ia mengungkit perasaan itu aku sakit.
" Alam seakan tau kalau sebenarnya kita tidak boleh memiliki perasaan itu, saat dimana aku berusaha untuk mengingkar hubungan itu, aku mendapati kau yang sudah berpemilik," ucapnya dengan tatapan sendu.