Chereads / FERYANA / Chapter 15 - 29. PERPISAHAN

Chapter 15 - 29. PERPISAHAN

Long distance relationship,

Tidak ada yang benar-benar bisa menjaga kesetiannya, bahkan saat kekasihmu hanya di jarak oleh waktu, hal tersebut tidak akan pernah menjadi jaminan untuk hatimu.

Yah... itulah yang ada di benak ku tentang hubungan jarak jauh.

" Aku gak mau, aku gak bisa jauh Cha, aku gak bisa jauh dari kamu!!" protesku ketika Acca memintaku untuk menerima pekerjaan dari perusahaan besar yang bekerja sama dengan sekolahku kemarin.

Ya... aku adalah salah satu kandidat yang berhasil masuk dan lolos recruitmen itu.

" Terus Ayah maunya gimana? bukannya Ayah mau jadi masa depan Acca, dan semua di mulai dari ini Ayah," ucapnya meyakinkan aku.

" Tapi aku gak bisa Cha, aku gak mau jauh dari kamu. Kita dekat aja aku cuek sama kamu, apa lagi jauh ! siapa coba yang bakal jaga kamu!!"

" Acca yakin Acca bisa jaga diri. ini buat karir kamu juga sayang," ucapnya menyentuh wajahku.

Aku hanya memandangi wajah gadis di depanku.

" Berjanjilah kalau kamu bakal selalu jadi milik Fery, kamu harus setia nunggu aku," ucapku yang sebenarnya putus asa.

Iya tersenyum sambil mengangguk dengan senyuman. Gadis itu benar-benar membuatku luluh.

Dan akhinya aku memutuskan untuk menerima pekerjaan itu. satu-satunya alasan yang membuat kami harus selalu menggantungkan perasaan kami pada kesetiaan satu sama lain. Walau sebenarnya aku tau, kalau perasan kami telah berjarak sangat jauh dari lama. bahkan tidak ada yang tau akhir dari hubungan yang sebenarnya terbatasi oleh agama.

" Waw...waw... aku gak pernah berpikir kalau kau bakaln cantik banget kalaun feminim kaya gini An," ucap Albert yang terkagum saat melihatku memakai gaun.

" Tutup mulut mu, aku juga gak akan pakai gaun ini kalau gak karena terpaksa," ucapku yang saat itu mendapat bagian memberi kata perpisahan mewakili seluruh anak kelas 12.

Ya... dan aku telah memutuskan untuk meninggalkan semuanya di sekolah itu, saat kelulusan tiba. Dan hal paling bodoh adalah, aku berniat untuk menyatakan perasaanku pada Ari. yap...tetapi bukan berarti aku ingin ia membalas perasaan itu, aku hanya ingin meninggalkan tempat itu tanpa beban di di benakku.

Bruk...akh!!

Punggung belakangku sangat sakit karena di hantam oleh pukulan kuat Albert saat turun dari panggung setelah menyampaikan kata perpisahan.

" Aku terharu dengan kata-katamu," ucapnya sambil menyeka-nyeka kelopaknya seakan-akan ia sedang menangis.

" Sialan kau bert, sakit banget pukulanmu!!" bentakku yang merasa kalau tulangku remuk.

" Aku terharu bodoh, aku gak pernah dengar kata-kata bijak dari mulutmu,"

Aku hanya melototi laki-laki konyol yang saat ini sedang berdrama di hadapanku.

" Ana!!" panggil bang Danang yang tiba-tiba datang.

" Iya, kenapa bang?"

" Foto yok...kita kan team Osis paling kompak," ucapnya sambil meletakkan tangan kanannya di bahuku. ia merangkulku.

" Aku ikut," ucap Albert yang kemudian menempel padaku.

" Eh...Bert, jangan ganggu dulu, aku dulu sama Nirwana,"

" Apaan!! aku juga kan anggota Osis, aneh kau Nang!!"

" Ich... berisik, bentar deh, aku ada keperluan. kalian foto aja dulu berdua. aku mau cari seseorang," ucapku sambil meninggalkan keduanya dengan wajah kesal mereka masing-masing.

Aku berjalan mengelilingi sekolah sembari melihat ke segala arah secara bergantian.

Dimana anak itu?

Aku sama sekali tidak menemukannya, bahkan aku tidak mendapati sosoknya di tengah-tengah gerombolan anak kelas 12 IPS.

" Ana!! mau kemana?"

Aku menoleh ke arah sumber suara itu, ternyata Nita.

" Aku cari seseorang Nit, bentar ya... soalnya ini penting," ucapku sambil berbalik dan hendak meninggalakan ia.

" Kau cari Ari!! dia gak datang,"

Deg...

langkahku terhenti. Dan entah kenapa, kekecewaanku muncul.

" Ari gak ada kabar, dia gak datang," ucapnya yang membuatku semakin menundukkan kepala.

" Kau ada kepentingan apa?" ucap Nita sambil menepuk bahuku.

Aku menatap gadis itu, yang detik selanjutnya aku menangis di pelukannya.

Aku harus menghadapi kenyataan kalau aku akan membawa perasaan itu ikut denganku. bahkan saat aku harus meninggalkan rumah nenek, beban itu masih harus ku pikul.

Aku merasa sangat sedih, tetapi aku bisa berbuat apa? aku telah berupayauntuk tidak membawanya ikut bersamaku, tetapi takdir berkata lain, aku masih harus benar-benar menyelesaikannya sendiri.

Sore di bandara, Fery benar-benar harus meninggalkan kota kelahirannya itu.

" Jaga hati kamu ya, aku benar-benar sayang sama kamu," ucap Fery pada kekasihnya yang kini menahan air mata.

" Bunda bakalan nunggu kamu. dan berjanjilah, kamu gak akan ninggalin bunda, bakalan setia sama bunda."

" Janji sayang," ucap Fery lalu memeluk kekasihnya.

Tepat jam 01:00 pesawat lepas landas, lelaki itu pergi meninggalkan kota sejuta cerita yang telah tergores dalam buku kehidupannya, tidak ada yang benar-benar tau kelanjutan dari kisahnya di depan nanti.

Meninggalkan tempat yang memiliki sejuta cerita dan kisah yang tak seorang pun tau Akhirnya. Menikmati setiap rasa yang tercipta di dalam kisah itu, merasakan bagian dari cerita tersebut.

" Aku akan kembali jika saatnya telah tiba, aku akan memberimu hadiah atas kesetian yang kau berikan kepadaku, aku akan menebus semua kecurangan yang aku lakukan di belakangmu, menyembuhkan semua luka yang aku berikan padamu, dan akhirnya aku akan membawamu terbang melapaui semua penghalang yang membuatmu tidak bisa bersatu denganku. ini adalah janjiku, janji seorang lelaki pada bidadarinya," guma lelaki tampan itu dalam hati.

" Mungkin sudah takdirku membawa beban perasaan ini untuk ikut bersamaku, mungkin sudah takdirku untuk menguburnya sendiri. Dan menghapuskan semua perasaan yang ada di sana, mungkin inilah yang terbaik untuk kita, lewat sepucuk surat yang aku tidak tau akan sampai ke tanganmu atau tidak, aku menyatakan perasaanku, mencoba mengiklaskan segalanya dan kemdian melupakan semuanya, tetapi rasanya ini sangat berat, danmungkin kau tidak akan pernah ingin merasakannya. Tetapi paling tidak,kau sudah mengetahui perasaan ku dari sepucuk kertas yang aku titipkan untukmu. Aku tidak bisa mengucapkan selamat tinggal secara langsung, aku hanya akan mengingat semuanya dalam benakku,"

Selamat tinggal cinta, selamat tinggal air mata, saat semua orang harus berjalan dengan harapan-harapan yang timbul di benaknya, saat setiap orang harus berdiri tegap dengan rasa sakit yang semakin mencekamnya, semua hal yang membuatnya sadar bahwa semua bisa saja berubah menjadi sia-sia. Dan akhirnya memutuskan untuk mengambil resiko atas rasa sakit yang mendekamnya.

Tempat baru, cerita baru, dan harasapan yang masih sama.

Jika luka yang menjadi perisai dari buku baru yang akan tertulis, paling tidak, masa lalu masih ada untuk jadi obat tetapi, untukku semua terasa hambar, karena masa lalu yang aku tinggalkan adalah luka menganga yang tersiram perasan kepiluan. Aku harus berjalan dengan perasaan yang masih tenggelam dibenakku, dan akulah yang bisa mengobatinya.