Aku tersenyum puas saat mengetahui jawaban dari gadis itu.
" Maafin aku Jo.. tapi aku sayangnya sama Fery, bukan sama kamu." ucap Lia sambil menggenggam tanganku. dan di hadapanku kini telah tampak pemandangan dari wajah Johan yang begitu tidak mengenakkan. Wajah kalah taruhan.
" Hmm.. maaf nih Li... aku gak tau kalau kamu punya sipat aneh kaya gini, kamu gak salah ngapain minta maaf," ucapku yang memulai drama.
" Ya... aku salah,"
" Salah kamu itu cuma satu, kenapa gak dari awal kamu bilang aja sama dia kalau kamu gak suka dia, jadi gak ribet kaya gini," ucapku sambil menarik tanganku dari genggamannya.
" Aku gak tega beb,"
" Beb?" aku memandangnya dengan pandangan bingung.
" kenapa?"
" Kita baru jadian loh, nyosor amat. dah lah, aku gak suka sama cewek yang modelannya kaya kamu,"
" Maksud kamu apa Fer?" ucapnya yang aku pikir sudah mulai terbakar emosi.
" Maksud ku, aku nyesal gak kenal kamu dari awal, seharusnya aku kenal kamu dari dulu, biar aku gak terkejut gini. maaf aku gak bisa sama kamu," ucapku yang kemudian melewati gadis itu dan merangkul Johan.
" Udah, kau kalau mau nangis di rumahku aja. ayo..." ajakku tanpa memperdulikan bagaimana gadis itu.
Aku agak risih dengan suara berisik yang berasal dari luar kelas. Apa mereka gak tau kalau aku begadang semalaman ngerjain tugas kimia yang aku gak tau bener apa nggak.
" Eh... tidur aja kerjaanmu, bangun, ada masalah itu!!" bentak Albert yang tiba-tiba datang ke arahku.
" Apaan dah, males aku, ngantuk," ucapku yang tidak perduli dengan apa yang ia katakan.
" Gila kau ya... ini nama baik kau bodoh!!"
" Maksudnya?"
" Emh... telat, kau urusin ajalah tu," ucapnya yang aku sama sekali gak ngerti.
Bruk!!!!
" Heh... maksud kakak apa nyebarin ke seluruh sekolah kalau aku pelakor!!" bentak gadis berjilbab di hadapanku yang masih terkejut dengan suara bantingan dimeja yang baru saja ia lakukan.
" Kenapa setelah hampir setahunan kakak baru ngomong, kenapa gak awal kami jadian dulu!! kakak marah karna Dani lebih bahagia sama aku dan lebih milih aku!!"
Ouh... ini tentang lelaki bajingan itu.
" Huft.. dia udah gak ada disini lo, dia juga udah jadi alumni, kamu masih mau ributin tu jantan?" tanyaku dengan santai sambil menggosok-gosok bagian telingaku.
" Ya.. aku gak terima kakak kaya gitu!!"
" Maksud kamu?" aku bingung.
" Ngapain coba buat cerita di mading tentang pelakor, itu karya kakak kan!!" bentaknya.
Aku tetap menghela nafas. aku tidak ingin emosiku terpancing oleh keadaan menyebalkan itu.
" Jadi ini cuma karna cerita Fiksi ku yang ada di mading?"
" Udahlah kak, akui aja, kakak sengaja kan buat itu!!" bentaknya.
Aku tidak habis pikir dengan gadis yang saat ini tengan menyuarakan protesnya di hadapanku. aku tidak tau secinta apa dia pada lelaki itu, hingga ia tidak merasa malu di tonton oleh banyak siswa saat ini.
" Cinta banget kamu ya sama Dani? sampe kamu lakuin semua ini?" tanyaku dengan tatapan lembut padanya.
" Kak!! kakak udah ketauan, gak usah sok tenang kaya gitu, tau malu dikit kek," ucap salah satu temannya.
" Tutup mulutmu!!" ucapku yang mulai terpancing.
huft... aku kembali menghela nafasku. " Devi, asal kamu tau ya, topik dari semua cerita mading yang aku buat memang tentang remaja dan pergaulan mereka. dan aku sama sekali gak pernah angkat kisah aku ke dalam masding itu, karna aku berfikir itu gak penting. Apa lagi yang kamu ributin itu adalah cowok model Dani, tanpa aku sebutin pun aku yakin kamu udah liat kualitas cowok itu. aku gak perduli ya, dari mana kamu punya gagasan kaya gitu, tapi sejauh ini, aku gak pernah mikir kalau udah ada orang yang pantas jadi objek tulisan aku. paham kamu!! jadi kalau kamu mikir kamu atau laki-laki yang saat ini kamu ributin sama aku itu adalah salah satu objek di tulisanku, kamu salah, kalian gak berpengaruh apa-apa buat hidupku. aku harap kalian paham tentang itu." ucapku padanya dengan tatapan dingin.
Gadis itu tampak terdiam oleh ucapanku.
Aku tau ucapanku sudah sangat kasar, aku menyesalinya, hanya saja bagaimana caranya aku menarik kembali ucapan yang keluar dari mulutku? yang telah terlanjur melukai hati gadis itu.
" Kau boleh sayang pada seorang lelaki, tapi jangan membiarkan akal sehatmu juga dirusak oleh perasaanmu!" hardikku yang kemudian menjauh dari kerumunan itu.
Gang kecil di belakang sekolah selalu menjadi tempat favoritku untuk bisa melepas penat. aku juga sering bersembunyi di sana kala hatiku merasa butuh kesunyian.
dan yap...
Aku sempat berharap kalau saat itu aku benar-benar sendirian di sana, tetapi ternyata tidak.
" Aku gak tau ternyata kau bisa ngomong pake kalimat pedas kaya gitu," ucap Ari yang tiba-tiba udah ada di tempat itu.
" Eh... sorry, aku gak tau kalau udah ada penghuninya,"
" Stay aja, aku gak papa kok," ucapnya yang membuat jantungku tidak bisa mengikuti perkataannya.
" Gpp, gak senyaman itu ya keberadaanku, sampe kau gak mau ada di satu temoat denganku?" tambahnya yang membuat langkahku tercegah.
bodoh!!
bukan gak nyaman, hatiku gak bisa di kontrol. " Gak juga sih," ucapku mencoba mengatur cara bernafasku yang hanpir seperti orang terkena asma.
" Jadi kenapa kau selalu menghindar tiap ada aku?" tanyanya sambil memandangku dengan retina tajam miliknya.
Dasar lelaki menyebalkan!! kau sebenarnya mau dengar jawaban apa dariku!!
" Perasaanmu aja kali." tambahku yang tak berani memandang lelaki itu.
"Perasaanku sepeka itu, hingga aku sadar kalau kau sedang menghindari aku,"
Aku memandang bisu lelaki yang sedang memandangi tanah yang ia pijak.
Apa yang sebenarnya ingin ia katakan padaku? aku benar-benar penasaran dengan dirinya.
Semakin hari ia semakin sukses menarikku masuk kedalam sebuah ruang gelap. yang aku sendiri tidak tau harus melakukan apa di sana.
Jika aku menanyakan semua kebingungan yang aku temukan darinya, aku merasa takut!!
Aku takut jika perasaan itu hanya di miliki olehku.
Dan ya... benar saja,
Aku terjebak dalam pikiran yang membuatku merasa buta dengan arahku.
Aku tidak berani berjalan di jalan yang sama dengannya, aku benar-benar mencoba untuk menghindar dari lelaki yang membuatku merasa bahwa dunia ku sedang tidak baik-baik saja.
" Dia kan pacaranm sama Yenny. Adik kelas kita!"
Ucap Albert yang membuat rasa sesak muncul di dadaku.
" Yenny?"
" Iya, kau sih, terlalu sibuk dengan piala-piala dan pencapaianmu, kau juga terlalu sibuk dengan isi kepalamu yang tidak pernah berkurang itu!!" Ledeknya.
Aku sama sekali tidak menghiraukan ucapan Albert. Jujur saja, untuk pertama kalinya aku merasa bahwa aku sedang berada di vase patah hati.
Ya... Aku sedang merasakan hal itu. Dan dengan bodohnya aku patah hati pada kekasih orang lain. Stupid!!!