Chereads / FERYANA / Chapter 13 - 28. CINTA TERLARANG

Chapter 13 - 28. CINTA TERLARANG

" Selama kau liburan, sunyiiii banget sekolahan, Tau gak, di seluruh penjuru sekolah itu nyeritain kau,"

" Kok gitu? kenapa?"

" Iya.. aku dengar nih, katanya kau liburan karna frustasi di tinggal sama Dani. Aku sih gak percaya, orang jelas-jelas di depan mataku, kau mutusin dia," ucap Albert yang begitu suka menggosip.

" Al... udah dong, Ana jangan di ganggu terus, besok dia banyak lomba, biar dia fokus," ucap Danang.

" Iya..iya.. namanya udah lama gak ketemu. sekalinya ketemu sibuk banget,"

" Ya maaf, soalnyan aku juga ada planing buat ini kan, tapi kok bisa sih 1 hari banyak lomba kaya gitu?" tanyaku sambil memandang pada bang Danang.

" Besok kan hari ulang tahun kabupaten, ya sekali gus semua. kamu kan yang pesan kemarin mau ikutin semua. ya udah abng daftarin semua. jadi besok itu kamu dapat 4 lomba sekali gus. Nulis puisi, nyanyi, Genre, sama Model. Untuk model pasangan kamu nanti itu Rico. Abang udah sampein ke dia. terus besoknya lagi kamu juga ikut lomba penyuluhan bareng abng sama pak khairul, jadi kamu tahan-tahan ya staminanya," ucap bang Daang coba untuk mewanti-wanti aku.

" Ok deh bang, aku suka banget sibuk kaya gini, jadi gak kebanyakan halu," ucapku.

" Lah... kau kan emang suka halu wkwkwkw,"

Kami bertiga tertawa lepas di ruangan itu, hingga akhirnya aku perlahan terdiam karena tanpa sengaja retinaku berpapasan dengan tatapan Ari yang sedari tadi mengarah padaku. Bukannya mengelak dari tatapan itu, aku malah menahankan pandanganku, hingga dalam beberapa menit kami saling menatap satu sama lain.

Apa sebenarnya yang di incar lelaki itu dariku?

" Hei.. kau sudah selesai Feey?" tanya Johan saat melihatku keluar dari ruang seleksi.

" Tentu saja, kalau aku masih berada di ruangan itu, itu artinya aku belum selesai," ucapku yang kemudian fokus ke ponselku.

" Yah... pati mau Push Rang,"

" Ya.. mau ngapain lagi coba?"

" Aku mau cerita ini, kau dengar dulu kek,"

" Tentang?"

" Lia,"

Ok...

kali ini aku tertarik dengan bahan cerita Johan. bukan karena aku aku menyukai Gadis itu, iitu karena aku baru saja mendapatkan notif bahwa gadis itu ingin bertemu denganku weekend nanti.

" Kenapa dengan dia?" tanyaku.

" Yah... sepertinya aku akan memenangkan permainan ini,"

Aku tersenyum " Kau sangat yakin?"

" Tentu saja, sepertinya aku menembakan peluru tepat pada sasaran,"

" Jangan terlalu yakin Jo, selidiki dahulu sebelum kau patah hati,"

" Tidak Feey, kali ini aku sangat yakin kalau aku akan memenangkan taruhan ini," ucapnya.

Aku tidak ingin memberitahunya tentang apa yang sebenarnya yang sedang terjadi, biarlah ia yang mengetahuinya sendiri nanti.

" Pagi ini, kita kembali mendapatka suatu kebanggaan yang di bawakan oleh salah satu teman kalian, Nirwana, karena dia kembali meraih penghargaan sebagai seorang puteri berbakat, selain itu dia juga berhasil memperoleh Juara 1 dalam lomba Genre, untuk Nirwana, terimakasih bapak ucapkan atas pencapaian kamu ini, kayanya di lemari piala punya kamu udah banyak sekali, semoga adik-adik kamu mencontoh prestasi kamu ya..." ucap pak Khairul yang membuatku cukup bangga dengan pencapaian ku, palig gak, aku bisa meraih apa yang udah aku targetkan.

" Gak, ongah gak setuju kalau kamu ambil psikologi, mending kamu ambil bagian informasi, kamu gak liat tuh kian kamu bisa berhasil kaya gitu,"

Aku terdiam kala aku berdebat tentang jurusan apa yang aku inginkan .

" Dengerin tuh Ongahmu, ingat gak, waktu ambil jurusan di Sma, kan ongah mintanya kamu ambil Ips, kamu malah ambil IPA, padahal kalau kamu ambil Ips kamu bosa juara terus," ucap nenek yang lebih setuju dengan Ongah, aku terdiam.

Aku gak bilang mereka gak sayang sama aku, Aku juga gak bilang mereka terlalu memaksakan kehendak mereka padaku, Bukannya aku gak bisa mempertanggung jawabkan apa yang aku pilih, tetapi jika di awal saja sayapku sudah di patahkan, bagaimana akau bisa terbang?

" Tapi Emi cuma minat ke Psikologi nek, Emi takut, kalau emi ambil jurusan yang gak sesuai dengan keinginan Emi, Emi malah gak semangat kuliahnya," ucapku memelas.

Aku tidak pernah berani membantah apapun yang mereka inginkan dariku, hanya saja, ini benar-benar genting. Aku tidak ingin salah pilih.

" Ya udahlah kak, kakak memang keras kepala sekali. terserah kakak kalau gak mau dengarin apa yang ongah bilang," ucapnya yang kemudian meninggalkan aku dengan nenek di ruang keluarga.

Aku menghela nafas. Aku tidak bilang kalau nenek dan yang lainnya mencoba untuk mengekangku, tetapi aku paling tidak ingin menjalani sesuatu yang sama sekali tidak aku ingini.

" Hmm... ya udah, kalau kakak emang maunya kaya gitu, tapi ingat, gak boleh nyesal sama pilihan kamu. Nenek cuma bisa ingatin cucu nenek," ucap Nenek sambil mengusap rambutku.

" Iya nek," jawabku.

Aku tidak bilang mereka penyebapnya, tetapi sikapku berubah sejak aku bersama mereka. aku merasa tidak sebebas dahulu ketika masih bersama bapak. Aku merasa terkekang dengan sendirinya.

"Feey... ngapain kau disini?? " Tanya Johan yang menemukanku duduk di salah satu bangku taman.

" Aku ? nunggu Lia, soalnya dia minta jumpa hari ini,"ucapku santai.

" Lah kok sama!! aku juga mau jumpaan sama Lia," ucap Johan.

" Ya udahlah, mau gimana, kita tunggu aja, anaknya juga gak jelas gitu," ucapku.

" Kau gak takut ketauan sama Acca?"

" Acca gak akan tau kalau kau gak ngomong sih," ucapku yang masih saja mengadu game di tanganku.

Lama menunggu, akhirnya tokoh utama malam ini datang.

Gadis itu tampak salah tingkah ketika menghadap kami berdua.

Hal yang membuatku muak pada seorang perempuan adalah, ketka perempuan itu mulai bertingkah seakan-akan ia di perebutkan.

" Maaf ya... kalian nunggu lama?" ucapnya dengan nada lembut yang tidak mengenakkan.

" Lumayanlah," ucapku cuek.

" Gak papa kok Li... kita sabar kok," ucap Johan yang mulai menyerang dengan stylenya.

" Ini maksudnya gimana sih? kamu di ajak ketemuan sama Johan, terus kamu ngajak aku ketemuan juga di jam yang bersamaan, ini maksudnya gimana?"

" iya, gini Fer, aku gak mau kalian berdua itu bertengkar. Secara kan aku tau, kalau kalian itu berteman dekat. di sekolah kalian juga terkenal karib kental. jadi aku gak mau kalian berjarak gara-gara aku,"

" Hmm... gak usah bertele-tela. aku gak suka basa-basi, Kamu udah tau perasaan aku ke kamu gimana, sekarang kamu pasti paham juga Johan gimana. sekarang kamu putuskan, aku atau Johan?" ucapku yang tak suka kepura-puraan.

Sesungguhnya aku tidak punya perasaan apapun pada wanita ini, hanya adrenalinku tertantang jika teman-temanku melakukan taruhan tentang wanita. aku selalu ingin menunjukkan kalau aku selalu lebih unggul dari mereka.

" Aku gak suka nunggu, suka bilang suka, gak suka bilang gak suka ,"

Gadis di depan kami tampak menunduk.

Entahlah, aku tidak tau apakah ini akibat aku yang tidak punya perasaan terhadap gadis di depanku, aku hanya berpikir kalau gadis itu terlalu bertele-tele.