Chereads / FERYANA / Chapter 3 - 18

Chapter 3 - 18

Apel pagi segera di mulai, aku masih belum punya kesempatan untuk bisa berbicara dengan Dani kekasihku. Tidak ada yang berbeda sama sekali. Ia tetap memiliki perasaan yang hangat terhadapku, ia tetap tersenyum taat kalaia berpapasan denganku.

Tetapi kenapa isi kepalaku masih saja sama?

" Baik, selain itu, selamat kepada Nurlaini dan juga Indra yang telah menjadi pemenang untuk bagian renang putra dan bagian renang putri. kedua teman kalian ini mendapatkan juara 1 pada masing-masing bidangnya. Dan tidak lupa juga buat teman kita Ana, karena telah mempersembahkan gaya batu yang begitu menggemparkan," canda pak Khairul yang membuatku semakin kikuk.

Aku sama sekali tidak merasa tersinggung dengan apa yang di lakukan oleh pak Khairul kepadaku. Aku hanya sedikit merasa malu ketika hampir seluruh siswa, termasuk Albert menertawakan aku.

***

"Fer... bisa ikut bapak bentar?" tanya pak Toni yang mendatangi aku saat tengah sibuk bercanda-tawa dengan pak Johan dan yang lainnya.

" iya pak, kenapa ya?" tanyaku.

"Ini ada pendaftaran untuk loker bagian Mekanik. kamu ikut ya, bapak yakin kamu bakalan lolos. lagian kamu anak yang pintar. dan kalau kamu bisa di terima, bapak yakin kamu bakalan jadi orang sukses," ucap Pak Toni.

Aku mengambil brosur yang di maksud oleh pak Toni, dan benar saja, perusahaan yang di maksud oleh pak Toni itu adalah salah satu perusahaan terbesar dan juga sudah termasuk kancah internasional.

" Ok deh pak, Saya mau ikut," ucapku. dan aku menemukan mimik wajah dari pak Toni yang begitu puas dengan jawaban ku.

Semoga ini adalah rejeki ku.

" Yah... dari tadi bunda cariin," ucap Acca yang menemuiku sesaat aku keluar dari ruangan pak Toni.

" Kenapa Nda?" tanyaku padanya.

"Ayah ada waktu gak minggu depan, Acca ada dengar, bakalan ada pasar malam. Main disana yok?" Ajak Acca.

Aku terdiam mendengar permintaan dari kekasih ku itu.

" Kenapa diam yah?" tanya Acca.

" Nda, nanti ya Ayah kabarin, soalnya kemarin itu ada Job yang bakalan Ayah kerjainnya minggu depan. Nanti kalau udah dapat kepastiannya, Ayah langsung kabarin kamu ya," ucapku berharap ia tidak kecewa.

" Kamu selalu aja kaya gitu, gak pernah ada kepastian. kamu selalu aja bilang nanti, nanti, dah akh... kamu emang gak mau pergi sama aku," ucapnya.

" Cha!! kamu ngerti donk. aku itu cari uang juga biar bisa jalan sama kamu!" benatkku padanya. Gadis di hadapan ku itu terdiam melihatku yang demikian.

Aku tau, perbuatanku salah, tetapi aku benar-benar tidak tahan dengan ulahnya.

" Fery malu tau kalau kita jalan harus pakai uang kamu. Aku itu cowok. kalau aku terima aja apa yang kamu mau, sama aja aku gak ada harga diri. so please, paham," pintaku. berharap ia mengerti.

Bukannya menjawab, ia malah melengos pergi dariku.

Akh... wanita memang sangat membingungkan. aku benar-benar lelah di buatnya.

***

Ok... fisika, kembali aku tekankan, aku sangat lemah dalam hal berhitung. dan salah satu hal yang membuat aku malas untuk memperhatikan adalah cara sang guru mengajar.

Ayolah, apa sih menariknya angka-angka yang berserakan di papan tulis itu. kurang kerjaan banget gak sih?

pikir deh,

Gaya?

dihitung.

Bergaya aja di hitung. Astaga!!

Manusia memang suka memperumit suatu hal. dan aku menemukan itu semua di Fisika.

Setiap seseorang merasa bosan, maka orang tersebut akan mencari cara untuk menghilangkan kebosanannya.

Aku gak bilang kalau aku adalah siswa yang benar-benarpatuh terhadap peraturan yang di tetapkan di sekolah.

Ada 1 peraturan yang di larang di sekolah, tetapi hampir seluruh siswa melanggarnya. yaitu perihal penggunaan ponsel.

Di sekolah ini, tidak di perkenankan untuk seluruh siswa menggunakan ponsel saat pembelajaran sedang di terapkan. dan saat itu ini juga aku melanggarnya.

Aku mengirim beberapa teks massage pada Dani yang kelasnya cukup jauh dariku.

Awalnya kami saling mengirim pesan candaan yang begitu menggelikan.

hingga semua terhenti saat ia berkata, "Udahan sms-nya, jangan main ponsel lagi belajar. nanti ketauan,"

Aku hanya tersenyum membaca teks itu,

Tidak salah jika Dani di pilih sebagai siswa teladan di sekolah itu.

" Kenapa kau senyam-senyum, kaya orang gila tau," ucap Albert dengan sedikit berbisik.

" Hehe,... iya, aku kelihatannya overthingking banget sama Dani. Ternyata dia jujur,"

" Kok gitu?"

" iya, tau gak tadi dia sama aku itu sms-an, gak lama dia bilang, jangan sms-an pas lagi belajar, so sweat banget gak sih?" ucapku dengan senyum yang begitu menggelikan.

" gitu aja, berani gak kau berjanji demi persahabatan kita?"

" janji apa?"

" Kalau suatu saat nanti, kau nemuin bukti kalau Dani selingkuh, kau bakalan ninggalin dia, dan bakalan mutusin dia tepat di hadapan semua teman-temanya," ucap Albert.

" Doa mu loh bet,"

"Berani gak?"

" Kok kayanya kamu gak suka banget ama Dani?"

" Karna aku udah tau belang dari dia. Aku gak mau temanku kena," ucapnya sungguh-sungguh.

" Percaya deh, gak akan," ucapku yang masih mencoba meyakinkan karibku itu.

" Aku gak akan percaya sebelum kau buat janji,"

" Oke... aku janji, kalau aku nemu bukti dia selingkuh, aku bakalan putuskan hubungan ini di depanmu tanpa nangis," ucapku padanya.

" Ok... aku tunggu pembuktian dari janji mu," ucapnya lalu memilih untuk diam.

Aku menghela nafas saat melihat tingkah dari Albert.

Tring...

ponselku kembali berdering.

Dan aku menemukan notivikasi atas nama kekasihku disana.

" Bukannya tadi dia bilang jangan sms-an waktu belajar?" gumaku.

Ehk...

aku tersentak saat Albert menarik ponselku secara paksa.

" ia, nanti aku minum deh, maaf ya cantik, jangan ngambek donk.. nanti cantik Devi hilang,"

Isi dari pesan itu.

"hhmm... bagaimana?" ucap Albert yang menatapku dengan pandangan yang menantang.

Jujur, saat ini hatiku sedang tidak baik-baik saja. aku merasakan luka yang begitu perih disana.

" Ya.. aku akan tepati janji ku," ucapku yang memendam geram.

" Ayah kemana aja? Acca nungguin ayah itu lama banget di depan sekolah," ucap kekasihku itu protes.

" Iya... maafin ayah ya.. tadi Ayah ikut ujian rekrutmen,"

" Jadi Ayah ikutan?"

" Iya,"

" Syukur deh, moga Ayah keterima ya yah, biar gak kerja pelaminan lagi,"

" Kok ngomongnya gitu nda? kamu malu sama kerjaannya Feey?"

" Bukan gitu yah.. maaf bunda salah ngomong."

" Asal kamu tau ya, kerjaan itu jauh lebih baik dari pada aku harus balik kaya dulu. kamu ingat masa lalu itu kan? keluarga aku gak seberuntung kamu Cha, dan aku harap kamu ngerti," ucapku yang terpancing dengan ucapnnya.

" Maafin Acca ya yah... Acca salah," ucapnya yang sepertinya menyesal dengan kata-katanya.

" Udah deh, aku gak mood ngomong sama kamu. maaf aku mau sendirian," ucapku lalu mematikan ponselku.